Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gadis itu hanya ingin membuktikan, bahwasanya menjalani hidup tanpa sang pria kerap membelenggu diri merupakan jalan terbaik agar tidak semakin terjebak di antara labirin ketergantungan. Celakanya, tanpa disadari, justru sejak awal garis takdir mengikat merekalah benang merah memang sudah merekat bahkan langkah akan selalu berada di dalam kuasa genggaman.
Sebab, bagi Sylus, memiliki [Fullname] adalah sebuah keharusan dan ia tidak membutuhkan sedikit pun alasan. ㅤ
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
●●●
"Kau putus dengan Sylus?"
Entah hanya perasaan saja atau memang benar suasana di sekitar mendadak sunyi ketika seuntai kalimat tanya dilontarkan, atmosfer yang menyapa sang gadis dari ujung rambut sampai kaki pun seolah menipis sehingga tubuhnya refleks bergerak gelisah tidak nyaman. Netra berkilau sesaat melirik kiri juga kanan kemudian mengetukkan jari telunjuk pada meja, memberi sinyal terlalu kentara bahwa dirinya tak memiliki waktu menjelaskan atau sekadar merangkai kata.
Ada banyak hal. Terlalu banyak malah. Yang sejujurnya ingin ia curahkan pada siapa pun relawan sudi menampung keluh kesahnya. Tetapi, mengingat kembali peristiwa mengenaskan sering kali terjadi setelah mereka menjadi pendengar setia, akan sangat keterlaluan bila sang gadis tetap membiarkan korban berjatuhan hanya disebabkan ceritera tak berkesudahan tentang diri sendiri selama ini berperan sebagai marionette sedangkan mantan kekasihnya adalah manipulator ternyata mudah menyingkirkan siapa saja.
