Bab 10

20 5 0
                                    

Suasana meja makan pagi harinya terasa hening setelah kedatangan Nara yang ikut bergabung makan disana, sedangkan Davin tidak ikut sebab pagi-pagi sekali pria itu sudah pergi entah kemana.

Tatapan mata Nara tampak datar dan dingin, bahkan gadis itu menghiraukan orang yang tengah menatap padanya. Sedangkan Refa sejak tadi menunduk seakan takut pada Nara.

Dirga menghela nafas berat melihat keluarganya yang seperti tidak ada kata harmonis didalam nya. Padahal pria paru baya itu ingin jika Nara dan Refa menjadi saudari yang baik tapi sepertinya itu hanya angan-angan nya saja karena Nara sangat membenci adik angkatnya itu.

Suara deritan kursi terdengar ketika Nara berdiri karena selesai dengan sarapannya, gadis itu tanpa mengucapkan kata sedikitpun beranjak dari sana bahkan tanpa berpamitan pada orang tuanya.

"Kenapa tidak ada rasa hormat mu sama sekali sama mama dan papa". Reza membuka suara kerena jengah melihat adiknya yang tidak berpamitan pada orang tuanya terlebih dahulu.

Nara berhenti melangkahkan kakinya tanpa menoleh sedikit pun.

"Setidaknya hargai mereka dan berpamitan sebelum ke sekolah". Sambung Reza lagi.

Gadis itu memejamkan mata sekilas lalu tetap melangkahkan kaki nya tanpa menghiraukan ucapan sang kakak, menoleh pun tidak. fani menatap nanar putri nya yang semakin jauh dengannya padahal dulu nara sangat dekat dengan nya ketika masih kecil dan sekarang semenjak beranjak dewasa putrinya semakin tidak bisa digapainya.

Ah lebih tepatnya ketika mereka membawa Refa kerumah itu semuanya langsung berubah.

Seperti biasa Nara selalu menggunakan ojek atau taksi ketika ke sekolah karena tidak mungkin dia harus ikut dengan reza dan juga Refa yang membencinya.

Gadis itu langsung berjalan menuju ke kelasnya hanya melewati marvin ddk, melirik pun enggan rasanya gadis itu lakukan. Cukup dirinya dulu yang b*doh karena terus mengejar pria remaja itu dan sekarang jangan pernah harap karena Nara yang dulu telah m*ti di b*nuh oleh keluarganya sendiri.

"Sepertinya memang dia sudah tidak mengharapkan kamu lagi Marvel, lihatlah tatapannya tidak ada kata memuja lagi". Ujar Abian yang menatap Nara.

Diam-diam Marvin mengepalkan tangannya, semua itu tak luput dari pandangan rasya yang tersenyum miring, walaupun Rasya sangat cerewet tapi pria remaja itu sering memperingati Marvel agar tidak terlalu kasar pada Nara, lihatlah sekarang gadis itu sudah tidak menghiraukannya lagi.

"Aku rasa memang benar yang dikatakan Abian". Timpal Rasya

"Kenapa Marvel? Kenapa terlihat kesal begitu ? Kamu kan sudah pacaran sama Refa adik Nara". Sambungnya lagi dengan kalimat pertanyaan.

"Tentu Refa lebih segalanya dari pada dia". Jawab Marvel langsung meninggalkan anggotanya.

Dikta dan Adrian saling pandang menampilkan senyum kecil yang tidak dapat dilihat oleh siapapun.

Tak lama kepergian Marvel, Reza dan Refa akhirnya datang juga, kakak beradik itu menghampiri temannya.

Refa yang tidak melihat Marvel, sang kekasih menatap sekeliling. "Kak Marvel belum datang?". Tanyanya dengan suara mendayu.

"Dia sudah pergi ke kelas barusan". Jawab Abian

"Kenapa kak Marvel nggak nunggu aku yah". Pikirnya melihat teman-teman Marvel.

Tapi tidak ada sama sekali jawaban atas pertanyaan nya, sebab mereka juga tidak tahu. Biasanya Marvel selalu setia menunggu Refa didepan, sebelum masuk kelas dan mengantar kekasih nya itu menuju kelasnya terlebih dahulu.

"Mungkin Marvel ada tugas dek, ayo kakak saja yang antar ke kelas". Ajak Reza yang hanya bisa diangguki oleh gadis itu.

"Kita juga ke kelas masing-masing, sepertinya bel masuk tidak akan lama lagi". Ujar Abian yang dituruti oleh teman-temannya.

Y.A.K.A.D Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang