BAB 7 - Ayah yang baik (bagian 2)

45 3 0
                                    

Helen sadar dari lamunannya, ia menahan air yang ada dimatanya, dia mengusap matanya dan berdiri, memutuskan untuk ikut sarapan hari ini.

Helen menuruni anak tangga, ia melihat para pelayan memberinya senyum sapa dan melakukan tugas mereka, saat ia sampai di ruang maka,ia melihat adiknya Yelen sedang berbincang bincang dengan Ayahnya dengan canda dan tawa, hati Helen menghangat ia menghampiri mereka berdua.

"Selamat pagi Yelen, dan ayah" sapa helen.

"Selamat pagi kak! aku menunggumu, bagaimana steak yang kemarin? aku membantu memasaknya lho!" kata Yelena bangga.

Helen terkekeh,dia tau bahwa Yelen tidak pintar memasak dan mungkin dia hanya menaruh beberapa bumbu disteak itu, tapi dia tidak ingin menghancurkan kepercayaan dirinya. "tentu saja, itu lezat dan juga gurih." Helen duduk dikursi yang telah disiapkan, didepan Yelen dan disamping ayahnya.

Frederick diam memperhatikan mereka, hingga akhirnya mereka semua diam dan saling menatap sambil menunggu sarapan mereka tiba, Frederick menatap Helen dan berbicara.

"Nak, apa kau benar benar menyetujui perjodohan itu?"

Helen terkejut mendengar pertanyaan ayahnya, ia melihat kearah ayahnya dengan tatapan bingung "aku.. ya, aku menyetujuinya, mengapa ayahanda bertanya?"

"Tidak apa apa, dia bukan pria yang baik kau tau, kau boleh menolak" Frederick berkata dan mengangkat gelas yang berisi air putih dimeja makan.

Helen terdiam, sesaat dia menyadari bahwa ayahnya khawatir padanya. Hal utu membuat Helen tersenyum tipis, sekarang dia masih berumur 23 tahun, belum saatnya baginya untuk menikah, namun dia memutuskan untuk tetap menerima perjodohan tidak masuk akal ini.

"aku baik baik saja tentang perjodohan ini, ini akan berjalan lancar, aku akan menceraikannya jika urusan keluarga kita sudah selesai."

Frederick menatap anaknya, ia menghela nafas pelan dan memalingkan wajahnya, Yelen hanya diam, menyimak perbincangan antara mereka, ia tidak ingin kakaknya pergi untuk laki laki seperti Putra mahkota.

Pelayan datang, membawa makanan mereka, disana ada salad buah, salah satu makanan yang disukai Helen.

Helen mengambil salad itu, memakannya pelan dengan garpu dan sendok, ia menikmati kemanisan yang diciptakan dari mayo dan keju, sekaligus menikmati kehangatan mereka dipagi hari ini.

***

Pelayan merapikan rambutnya merah mudanya, mengepangnya menjadi satu, poninya diujung sisis wajahnya dan kepangnya berada dibelakang lehernya.

"Bagaimana Nona apa anda suka?"

"Ya,saya menyukainya" Helen tersenyum, memandangi wajah indahnya.

Seorang pelayan membuka pintu dengan membawa manekin dengan gaun hijau yang cantik. "Selamat pagi nona, ini adalah gaun yang direkomendasikan oleh butik langganan anda"

Wajah Helen berseri seri, ia bangun dan menghampiri gaun tersebut, dia memutuskan untuk segera memakainya. Mengapa ia berusaha tampil cantik? rambut dikepang, gaun yang dipesan khusus, serta ia akan berdandan.. Tak lain, ia akan bertemu dengan Putra mahkota.

Walau pertemuan yang tidak ia inginkan, ia berusaha untuk tampil semaksimal mungkin, ia berdandan, mengenakan aksesoris, dan lain sebagainya.

30 menit telah berlalu, kini ia benar benar terlihat seperti seorang putri yang elegan dan dewasa, senyum menghiasi bibirnya dan ia segera keluar dari ruangan tak lupa mengucapkan terimakasih kepada para pelayan.

"Semoga kau bersenang senang nona!" salah satu pelayan berseru.

Helen menganggukan kepalanya, ia memakai sepatu hak pendek berwarna putih, jadi ia lebih mudah menuruni tangga yang panjang itu.

Ia bertemu dengan Ayahnya, ayahnya sedang berdiri disana, menunggunya. "Lama sekali hanya untuk berdandan seperti itu, kau tidak secantik Yelen kau tau?"

Perkataan ayahnya membuat hatinya sakit, ia berpikir ayahnya akan memujinya, mengatakan bahwa ia tampak sangat cantik hari ini. Tapi ia segera membuang perasaan grogi dalam dirinya, ia menyunggingkan mulutnya keatas lagi dengan tenang.

"Maafkan aku, aku sudah siap ayahanda."

Ayahnya hanya mengangguk pelan, ia menyuruh Helen mengikutinya.

Halaman utama.

Helen sedikit terkejut ketika ayahnya membawanya ke halaman utama, tempat keluarganya bersantai dulu, semenjak kematian ibunya, Helen tidak pernah berkunjung lagi kehalaman itu, bahkan dinovelnya halaman ini hanya tertulis saat masa lalu Helen ditampilkan.

Kaisar membuka pintunya, disana seseorang telah duduk diruangan itu. Putra mahkota, menatap mereka dengan tatapan acuh tak acuh, namun ia tetap berdiri dan memberikan salam pada mereka berdua.

"Duduk lah dikursimu Helen" suruh kaisar menunjuk kesebuah kursi.

"baiklah, ayahanda."

Helen menghampiri tempat dimana pangeran duduk, ia duduk dikursi yang ditunjuk oleh ayahnya. Putra mahkota menatapnya dengan tajam, mata merahnya membuat tulang punggungnya menggigil.

"Aku sudah berbincang dengannya sebelumnya, sekarang perkenalkan dirimu padanya dan lakukan sesuka kalian." Kaisar menutup pintu halaman itu.

Perjodohan ini hanyalah perjodohan politik, bahkan orang tua kedua belah pihak terlihat seperti tidak ingin mengurus pernikahan ini, ekspresi tidak peduli mereka, dan bahkan mereka tidak tersenyum padanya.

"Aku kyran." Putra mahkota berkata dengan nada yang singkat dan dingin, wajah acuh tak acuhnya menjelaskan bahwa ia ingin pergi dan tidak ingin bersama dengan wanita ini sendirian.

"ah, aku Helen, senang bertemu denganmu." Helen tersenyum hangat, senyum palsu yang menghiasi wajah bibirnya tidak bisa menghangatkan suasana.

Putra mahkota melihatnya dengan mata terpejam seolah menolak untuk melihatnya.

Ketidakpedulian orang orang disekitarnya membuat Helen ingin menangis, tapi ia tau ia tidak bisa menangis karna ia adalah seorang kakak perempuan dan juga adik perempuan, serta anak kaisar, akan memalukan jika Putra mahkota melihatnya menangis disini.

Kini ia tau mengapa Helen menjadi tokoh penjahat pada serial novelnya, tidak ada yang peduli padanya, satu satunya yang peduli padanya hanya saudarinya, Yelen

Helen tidak menyerah, akhirnya ia memutuskan untuk membuka topik pembicaraan.

**-**-**-**

**-**-**-**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tragic FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang