The LXV : Six, Not Seven

2 1 0
                                    

GO!

Kini giliranku--Menaruh botol parfum yang aku punya ke atas meja Jelly. Sebelum aku benar-benar menaruhnya, aku memastikan ujung botol parfumku. Pink, sesuai dugaanku. Semua cairan di dalam parfum sudah diberi tanda di ujung botolnya.

"Ehem, kak." Cadby berdehem sambil mengeluarkan botol parfum untuk Ken.
"Kamu juga bisa mengumpulkan ke atas meja." Kata Cadby menaruh botol parfum milik Ken yang ia curi.

Biru, aku melihat Cadby memberikan parfum yang telah ia curi waktu itu.

"Rina, kamu juga punya, nih." Jo menyodorkan parfum berwarna hijau.

Alex menengakkan posisinya. Berharap ia diberikan parfum dengan salah satu dari kami. Di tambah dengan matanya berbinar-binar, berharap.

"Ini punyaku?" Ken mengangkat botol cairan berwarna biru tinggi-tinggi.

Cadby hanya terdiam, tak menjawab.

"Cadby, aku tidak diberi parfum?" Melas Alex sambil melirik-lirik ke kami yang juga diam saja.

"Berkurang, nih. Punyaku." Ken menaruh ke atas meja jelly. Ujung alisnya menyatu.
"Coba lihat, Rina. Milikmu." Ken memperbaiki posisi duduknya, menyodorkan tangannya yang kosong ke arah Rina di serong kirinya.

"Untuk apa?" Tanya Rina yang sudah kembali ke setting-an awal---Kepala menunduk dengan rambut panjang menutupinya.

"Mana, coba. Aku ingin lihat." Kata Ken sedikit memaksa.

"Diam Rina, jangan turutinya." Egan memajukan posisi duduknya, menghalangi Rina dengan tangannya.

"Aku si pencipta ramuan. Jangan sok tahu kamu!" Melotot Ken sambil menunjuk ke Egan.

Aku, Alex, dan Rina kaget atas pengakuan Ken. Jadi maksudnya, Ken si pencipta ramuan sekaligus monster?

"Ja-jadi yang kalian pegang bukan parfum? Tapi ramuan? Ramuan apa?" Berbeda dengan Alex. Alex lebih kaget atas kalimat Ken yang mengarah ke sebutan cairan di botol kecil kami.

"Haha, omong kosong." Tawa Egan, lalu bibirnya kembali terdiam, menatap tajam ke Ken.

Mereka sama-sama memiliki aura negatif, tatapan, nafas, bahkan suhu tubuhnya. Seolah-olah aku bisa tembus pandang melihat suhu tubuh keduanya. Padahal hanya pikirku saja.

"Kamu hanya sang pencuri dari pemilik aslinya. Ken." Jawab Egan tanpa ekspresi.

"Maksud kau!" Ken tidak setuju dengan ucapan Egan.

"Ya, karena ramuan-ramuan yang kau pegang. Hasil curian dari anak kecil yang sedang sekarat. Parahnya lagi, kamu mencoba bereksperimen, dan menambah sesuatu untuk uji cobamu di acara tahunan sekolah waktu itu. Lalu, sampai akhirnya kamu hanyalah Ken yang sok tahu. Jadi bukan aku yang sok tahu." Marah Egan, dan mengatakan Ken sebaliknya.

Ken terlihat menelan ludah, kini ia ketahuan. Semuanya palsu, Ken tidak benar-benar menciptakan ramuan dan monster dari awal. Namun, ia hanya melanjutkannya, dan menghasilkan kegagalan. Tetapi, menurutku tidak semuanya gagal. Ramuan yang kami minum, salah satu hasil yang telah berhasil lanjutkan, dan hasilnya sangat menakjubkan.

"Jadi, ramuan yang kita minum. Siapa pembuatnya?" Tanyaku yang penasaran.

"Ejen." Jawab Egan.
"Si anak kecil, pengidap penyakit afasia ekspresif."

PCSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang