Chapter 14 - Arc 2: 2 Truths 1 Lie

119 20 8
                                    


Chapter 14: Trainee


Elisa berdiri dihadapan Julian yang duduk dengan santai di kursi kulit yang empuk, satu tangan menggenggam minuman, sementara yang lain terletak di sandaran kursi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elisa berdiri dihadapan Julian yang duduk dengan santai di kursi kulit yang empuk, satu tangan menggenggam minuman, sementara yang lain terletak di sandaran kursi. Ekspresi wajahnya santai namun matanya berbinar cerah begitu ia melihat Elisa akhirnya datang. Senyum lebar menghiasi wajahnya, senyum yang membuatnya terlihat seperti seorang anak kecil yang baru saja memenangkan permainan besar.

Ini pertama kalinya Elisa masuk kedalam ruang VVIP bioskop. Pencahayaan yang redup memantulkan bayangan-bayangan panjang di dinding yang dihiasi panel kayu mahal, memberikan kesan eksklusif dan sedikit mengintimidasi. Aroma kulit mewah dari kursi-kursi empuk di dalam ruangan itu bercampur dengan wangi popcorn mentega yang samar, menciptakan atmosfer yang tak lazim bagi Elisa.

"Ah, kau benar-benar datang," Julian mengangkat tangannya dengan senyum semakin lebar, seolah-olah dia telah memprediksi kehadiran Elisa dengan tepat.

Elisa menarik napas dalam, menahan diri untuk tidak memutar mata atau mengucapkan sesuatu yang tajam. Dia mencoba terlihat tenang meski hatinya sedikit kesal karena dipanggil dengan cara yang begitu mendadak. Elisa melipat tangannya di depan dada, dan mengangkat satu alis.

"Kau sengaja melakukannya kan?" tanya Elisa dengan nada yang mencoba terdengar tegas.

Julian mengangkat sebelah alisnya, berpura-pura tak mengerti. "Melakukan apa? Sebagai warga negara yang baik, aku tidak melakukan apa pun," katanya sambil memasang wajah polos.

Elisa memutar bola matanya, mendengus kesal "Kau pasti melakukan sesuatu yang aneh sehingga seluruh pegawai bioskop ini tersenyum aneh padaku ketika aku datang kesini"

Julian terkekeh, dan dengan gerakan yang begitu alami, ia menyandarkan tubuhnya lebih dalam ke kursi kulit empuk. "Aneh?" tanyanya, suaranya terdengar seperti ia sedang berusaha menahan tawa. "Mungkin mereka hanya senang melihatmu. Kau tahu, kau selalu membuat kesan yang kuat di mana pun kau pergi."

Elisa mendengus dan, tanpa pikir panjang, duduk di kursi samping Julian. Kursi itu terasa sangat nyaman, namun dia tidak ingin terjebak dalam suasana santai yang diciptakan Julian. "Cukup soal pegawai bioskop ini," katanya. "Katakan padaku, apakah kau sudah menonton atau mencari tahu tentang film horor ini?"

Elisa sebelumnya sudah membaca sinopsis, namun film ini sangat pelit. Sinopsisnya tidak memberikan bayangan apapun pada Elisa.

Ciri-ciri film horor gagal.

Julian menggelengkan kepalanya, senyumnya tetap tak berkurang. "Aku tidak mencari tahu apapun tentang film ini, aku ingin merasakannya secara langsung tanpa ekspektasi. Lagipula, menonton film horor selalu lebih menyenangkan ketika ada yang bisa kau takut-takuti." Julian terkekeh kecil ketika melirik Elisa.

Haunting EchoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang