Kini, Raya dan Haga sudah menjadi suami istri.
"Pagi sayang, mau makan apa?"
"Terserah kamu deh, aku kan cewe jadi aku ga bisa milih hehe'
"Siap tuan putri ku, tunggu bentar yaa"
Haga segera berlari ke dapur untuk menyiapkan makanan.
Raya menunggu di atas ranjang sembari menatap langit-langit kamarnya itu.
Tak lama, Haga kembali dengan membawa semangkuk buah dan sop buatannya.
"Tara! Makanan spesial buat orang yang spesial juga""Bisa aja, terimakasih banyak sayang aku"
"Sama-sama sayang, nanti kita jalan-jalan mau? Kita ke taman ajak adek juga"
Raya mengangguk senang.
"Nanti mampir ke toko aku ya? Mau nyusul Ghea, kasian dia sendirian di sana""Siap, yuk kita mandi"
.
.
."Kakak! Liat burungnya cantik kayak Kakak"
"Ah adek bisa aja"
Royan tertawa.
"Kakak, kata Bunda kakak engga bisa sembuh? Kok gitu?" tanya Royan.
Raya tersenyum mendengarnya.
"Iya dek, tapi kakak harus berusaha biar bisa sembuh, bisa liat adek sukses nanti'."Tapi adek sedih liat kakak nangis pas di suntik di rumah sakit.."
"Kan dokter nya mau nyembuhin kakak"
"Kakak, janji sembuh ya?" ucap Royan mengeluarkan jari kelingking kecilnya.
"Janji"
.
.
.
Namun di balik semua ucapan janji itu, ada hal lain yang Raya sembunyikan dari keluarganya. Hanya ia, dokter dan Tuhan yang tahu tentang penyakit yang ia derita. Pneumonia.Haga menangis menggenggam tangan pucat Raya yang terbaring di atas ranjang. Raya kehilangan kesadarannya lagi untuk kesekian kali.
"Aga.. Ikhlasin aku ya..? Aku engga kuat.."
"Engga jangan bilang gitu sayang.."
Tangan Raya mencari tangan Rania. Dengan cepat Rania mengulurkan tangannya.
"B-bunda.. Tolong jangan tahan kakak.. Raya engga kuat buat nahan ini.."
"Kakak.. Kalau memang ini jalan yang terbaik, kita ikhlas kak.. Ya Tuhan.. Jangan engkau beri sakit yang luar biasa pada putri ku.. Dan kalau memang ini sudah menjadi takdir, kami akan mengikhlaskan Raya untuk kembali pada-Mu.."..
Detak jantung Raya semakin melemah.
"Hah..".
Bertepatan dengan suara monitor ICU, hembusan terakhir Raya terdengar tenang.
Haga menangis histeris kala semua alat yang di pasangkan ke tubuh Istri tercintanya di lepas.
"Hiks.. Selamat jalan Sayang.."
"Haga sudah nak.. Jangan tahan dia" ucap Gani.
"Hiks.. Kakak.. Kakak bohong! Katanya kakak mau sembuh! Kakak jahat Bunda.."
"Dek! Kenapa lu pergi sebelum gua bahagiain lu..? Maaf gua belum jadi Abang yang baik buat lu.."
Raya terlihat Ayu, seperti orang yang tertidur pulas. Sama sekali tidak terlihat seperti orang meninggal. Senyumnya terukir tipis dan manis di wajahnya.
Pergi dan beristirahatlah dengan tenang, bidadari surga kami. Semua orang pasti akan merindukan tawa mu, candamu, kenangan indah yang pernah ada.
Kini, penderitaanmu telah usai.To be continue...
Agak ga nyambung ya, awalnya seneng lucu, akhirnya gini wkwk. Maklum lah baru pemula.
Btw mimin baru liat berita yang baru-baru ini, ktnya Kak S*lla udah ga ada ya?:((
Trus di liat² kok mirip gitu alurnya.
Ini masih ada 1-2 bab lagi ya shay
Jangan lupa tekan tombol vote nya ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Pohon Cemara (Guanren place)
General Fictionmenceritakan tentang kehidupan sehari-hari keluarga Pak Gani dan Bu Rania. hidup mereka penuh warna di setiap harinya. ya walaupun kadang Bu Rania sedikit pusing dengan kelakuan anak-anaknya yang setiap hari hanya berkelahi, adu mulut, ribut, dan la...