07. Rayuan Ayah

53 8 3
                                    

"Ikut ya, nak..."

.
.
.
.
.

“Iku, besok ikut Ayah pergi ke rumah Opa dan Oma ya,”

Malam di rumah kediaman Joe, sudah ada Ayah yang biasanya pulang terlambat kini tengah asik duduk di teras dengan secangkir teh dan buku novel bacaannya, Iku sendiri tengah berada di dalam depan TV menonton film kesukaannya Kamen Rider.

“Iku! Kamu ikut kan sama Ayah besok?” teriak Ayah lagi memastikan kalau si bungsu mendengarnya.

“Kalo nggak mau gimana? Iku mau di rumah aja, Ayah…” jawab Iku saat dirinya berjalan kearah luar menemui sang Ayah.

“Ayolah, nak… masa Ayah sendirian, udah mana jomblo, masa sendirian banget sih?” jawab Ayah dengan memelas menatap anak bungsunya agar mau ikut bersamanya ke pertemuan keluarga.

“Ayah sama Mommy Echa aja, Iku males pergi, nanti Iku chat Mommy Echa deh biar jemput Ayah,”

“Ya kali, nak… Mommy Echa kan sama Daddy Mika sama bang Jie, nanti Ayah jadi obat nyamuk kalo sama mereka,”

“Ihh ribet! Lagian kalo punya saudara tuh yang banyak, Ayah… biar Iku nggak ikut-ikut Ayah terus ke acara kayak beginian… ada aja deh alasannya,”

“Heh, Opa Joe yang minta kamu datang ya, Ayah bisa aja pergi sama Om Eros, tapi ya masa kamu nggak ikut lagi, bisa dicincang Ayah kalo nggak bawa kamu,”

“Bilang aja sama Opa Joe kalo Iku lagi sibuk,”

“Yessaya itu loh temen sekelasmu kan? Buna Naren sama Yanda Jemmy pasti ajak Yessaya juga,”

“Isht!”

Ayah menatap bungsunya itu dengan menunggu saat melihat ekspresi Iku terlihat tidak suka. Iku aslinya begitu kalau sama Ayah, manja banget, cerewet, tapi entah kenapa kalau ada Mama semua sifat aslinya itu hilang, entah itu memang sengaja Iku lakukan atau memang upaya perlindungan diri karena Mama galak?

“Ajak Mama aja, Ayah… Mama tidak pernah Ayah ajak pergi ke pertemuan keluarga besar,” ujar Iku mencoba mencari cara lain agar Ayah tidak memaksanya ikut pergi terus.

“Mama? Kamu mau Ayah dihajar oleh Opa Joe, bukan membawa Bunda tapi malah membawa Mama datang ke acara pertemuan keluarga besar?”

“Lagian kenapa Ayah harus pisah sama Bunda? Kenapa juga Bunda harus pergi ke Macau sendiri, padahal Iku mau ikut Bunda…”

“Kamu nggak minta Bunda pulang ke Indonesia, dek? Bunda udah kelamaan sama Oma Tiyan di Macau, terus tiba-tiba Ayah diminta menikahi Mama mu, Ayah tidak bisa berbuat apapun,”

“Tapi Ayah mau kan?”

“Itu wasiat Bunda mu, nak…”

Keduanya kemudian terdiam satu sama lain karena obrolan mereka yang sudah masuk hal sensitive. Bunda dan Mama adalah orang yang berbeda yang ada di hidup Iku juga Ayah. Bunda adalah sosok yang melahirkan Iku, sedangkan Mama adalah Ibu sambung Iku yang menikah dengan Ayah atas permintaan Bunda yang sampai saat ini belum juga kembali ke Indonesia sebab pekerjaanya di negeri Las Vegas Asia itu. Bukan, Bunda bukan WNI di Macau, Bunda itu keturunan keluarga Nawangsa yang terkenal dengan semua keluarganya berpendidikan tinggi, bahkan Bunda sendiri sudah mengenyam bangku pendidikan S3 yang kini sedang melakukan penelitian agar menjadi Doktor. Demi pendidikan Bunda rela meninggalkan Iku dan Ayah, bahkan meminta Ayah untuk menikah lagi sebab takut tidak bisa memenuhi nafkah batin Ayah, padahal Ayah saja biasa saja, tapi karena permintaan itu akhirnya terjadilah pernikahan antara Ayah dan Mama.

Iku tau Ayah pernah melakukan kesalahan sehingga Bunda memintanya untuk menikah lagi, mangkannya saat tau Ayah menyetujui permintaan Bunda agaknya Iku tidak terkejut sebab hal itu memang kesalahan yang sangat fatal yang pernah Ayah lakukan, oleh sebab itu setiap Ayah pertemuan dengan keluarga besar pasti Opa Joe akan mengamuk pada Ayah, dan akan berakhir pulang dengan babak belur kalau Iku tidak ikut dalam pertemuan itu.

Di antara sanak keluarga yang lain, Iku memang paling jarang atau hampir tidak pernah mengikuti pertemuan keluarga besar. Bahkan saat Bunda masih bersama Ayah, Iku hanya pernah datang sekali, saat itu adalah wisuda Om Bhanu dan Iku terpaksa ikut karena Ayah dan Bunda yang menjemputnya di sekolah. Pernah sekali saat pertemuan beberapa waktu setelahnya, Oma Tara menelpon ke rumah alasan Ayah sih karena Oma yang meminta telepon ingin mendengar suara Iku, padahal memang Ayah yang meminta Oma Tara menelpon Iku agar anak bungsunya itu menjelaskan sendiri kenapa tidak mau datang ke pertemuan keluarga. Oma Tara bilang kalau beliau sudah mulai lupa dengan wajah Iku seperti apa, padahal semua orang ada di sana, tapi cucunya yang menggemaskan itu tidak mau juga untuk datang bertemu dengan sanak keluarganya yang lain. Alhasil, untuk menyenangkan Oma Tara, Iku pun hanya bisa berjanji akan datang ke pertemuan berikutnya, yang berujung Ayah pulang dengan wajah berantakan sebab dihajar habis-habisan oleh Opa Joe karena pernikahan keduanya.

“Sayang… ikut ya,” ujar Ayah mencoba untuk merayu anaknya itu agar ikut pertemuan besok.

“Tapi besok Sabtu, Ayah,” jawab Iku agak gamang.

“Lalu?” tanya Ayah memastikan. Perasaannya tidak enak nih.

“Iku mau ada latihan Volley di sekolah,”

Kan alasan lagi—geram Ayah dalam hati. “Sekali aja, nak… Ayah bilang Yessaya nih untuk menyeretmu pergi dari lapangan besok! Yessaya juga harus datang ke pertemuan itu! Om Eros akan melepas masa lajangnya, nak…”

“Sama siapa?” tanya Iku tidak percaya.

“Loh, kamu setiap hari ketemu nggak tau, nak?”

“Kapan Iku ketemu sama Om Eros, Ayah?”

Ayah menepuk dahinya dengan keras mendengar pertanyaan anak bungsunya itu. Iku ini polosnya beda tipis sama bodoh. Om Eros nya memang tidak pernah bertemu dengan Iku, tapi konteks pertanyaan Ayah itu mengarah ke sosok yang memang setiap hari bertemu dengan Iku di sekolah, artinya itu adalah sosok pasangan Om Eros nya, kenapa juga bertanya soal pertemuan. Duh Ayah gemas pada anaknya.

“Bukan kapan, tapi siapa pendamping Om Eros yang bisa setiap hari ketemu Iku di sekolah. Begitu nak…” jelas Ayah dengan menahan kegemasannya karena sikap anaknya itu.

“Oh siapa?” tanya Iku setelah sadar.

“Tau ah!” Ayah menjawab dengan membuang muka karena lagi-lagi anaknya terlambat memahami kalimatnya.

“Ayah~” manja Iku memulai jurus merayunya, “beritahu Iku atau Iku tidak ikut!”

“Rahasia ah! Biar kamu ikut!”

“Ah nggak asik, deh!”

“Mangkannya ikut, nanti baru deh kamu olok-olok Om mu itu biar kapok,”

“Kok diolok-olok?”

“Tau ah! Udah sana tidur, besok kita berangkat pagi!”

Mendengar kata perintah dari Ayah, Iku pun segera pergi masuk ke dalam rumah. Iku itu penurut, jadi kalau Ayah bilang pergi masuk untuk tidur, ya Iku akan masuk ke dalam kamarnya tanpa membantah.

“Dan… anak mu udah besar, apa kamu nggak mau lihat gimana Iku sekarang? Kita juga masih suami istri loh, Dan,”

To be continue...

Ini Ayah

Ganteng kan Ayahnya Iku? 😏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ganteng kan Ayahnya Iku? 😏

Derian Ardino Joe
Panggilannya : Ayah, Deri
CEO of Joe Corporation bagian Designer Magazine
Ayah punya dua istri 😌
Sayang banget sama Iku
Prinsipnya Iku dulu baru kerjaan 😌

Me After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang