BAB 1

6 2 0
                                    

Terik matahari hari ini nampaknya berhasil membuatku mengalah untuk sekedar menepi membeli minuman dan duduk. Ku letakkan gitarku dan mulai membuka tutup botol kemudian meneguknya sebelum akhirnya ku tuang di kepala untuk meredakan rasa panas hari ini.

Aku Min Yoongi. Orang orang menyebutku Suga.

Seorang pria sebatang kara dari Daegu yang bercita cita menjadi musisi yang terkenal. Tapi semenjak ayahku meninggal dan ibuku pergi dengan lelaki lain, aku tinggal sendiri dengan gitarku yang selalu ku bawa kemana mana.

Gitar berwarna pink gradasi putih yang kini nampak sudah usang namun tetap ku peluk setiap saat.

Setiap harinya aku hanya mengamen dari cafe ke cafe untuk menghidupi diriku sendiri dan juga anak anak kecil di pinggir jalan.

Terkadang aku lebih sering duduk di bawah jembatan dengan anak anak kecil yang seperjuangan denganku. Berbagi roti dan kisah dalam hidup.

Terkadang aku masih merasa beruntung bisa mengenyam pendidikan meski hanya sampai bangku sekolah menengah atas. Sedangkan anak anak yang 12 tahun di bawahku ini tak bersekolah sama sekali.

Orang tua orang tua brengsek itu hanya bisa mengeluarkan pejunya dan menelantarkan buah hatinyaa begitu saja. Bajingan sekali hidup ini.

Di usiaku yang 25 kini aku merasa banyak sekali pengalaman yang ku dapat melalui anak anak kecil ini. Senyum tulus mereka tak pudar meski hidup nampak setidak adil itu.

Melamun disini nampaknya aku melewatkan begitu banyak waktu hingga tak terasa sudah cukup larut malam. Aku mulai bangkit dari dudukku dan menyusuri aspal yang nampak sedikit ramai karena jam pulang kerja.

Menyusuri jalan demi jalan hingga saat melewati gang mataku tak sengaja menangkap siluet beberapa orang yang tengah mengerubungi sesuatu di sana.

Aku berhenti dan menolehkan kepalaku.

Nampaknya para pria itu melakukan tindakan tidak senonoh pada seseorang. Dengan bergegas aku menghampiri mereka dan menedang tumpukan kaleng mengalihkaan perhatian.

"Apa yang kalian lakukan?!" Bentakku.

Mereka saling pandang kemudian tak lama setelah itu tertawa.

"Mau sok jagoan?" Ledek mereka padaku yang hanya sendirian dengan menenteng gitar.

Aku tersenyum miring kemudian meletakkan gitarku. Dengan langkah pelan penuh intimidasi, aku mendekat.

"Apa kau tau kenapa aku sendirian?" Tanyaku dengan nada dingin membuat mereka sedikit bergidik.

Atmosfer di gang itu nampak tengang.

Hingga tiba tiba saja salah satu dari mereka meyerangku tanpa aba aba. Aku yang terkejut sontak menghindar. Namun di susul yang lain secara keroyokan menyerangku. Dengan kewalahan aku bertarung dengan mereka dan berhasil bertahan.

Aku yang hanya bertahan itu akhirnya tersungkur karena terkena tendangan dari salah satu mereka. Mereka tertawa seolah sudah menang. Aku yang habis kesabaran segera melepas jaketku dan menghajar habis para preman bajingan itu.

Perkelahian itu tak bisa terelakan dengan 4 lawan 1 aku tetap menang. Hingga salah satu dari mereka mengeluarkan pisaunya dan mengayun ayunkan kearahku. Nampak amatir sekali.

Pertempuran tangan kosong dan bersenjata itu membuatku kewalahan dan akhirnya pisau itu berhasil menyayat mataku. Aku mundur kesakitan sambil memegang mata kiriku yang terkena pisau.

Dia tertawa sambil mendekatiku yang mundur. Aku terpojok dengan memegangi mata kiriku yang mengucurkan darah.

Pria itu mendekat dengan pisaunya dan duduk di depanku.

100 Day With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang