"Kami pertama kali ketemu saat aku pulang dari arisan keluarga bulan lalu. Dia orang yang humoris dan menyenangkan. Waktu itu dia minta nomor hpku dan aku kasih." Aina menceritakan bagaimana pertemuan pertamanya dengan Habib pada ibu dan kakaknya saat mereka makan bersama di rumah Aina sore itu.
Ibu yang mendengarkan tampak tenang-tenang saja. Sementara Bella mengerutkan kening sangat dalam. Tapi kakaknya itu sepertinya menahan komentar karena dia hanya melihat ekspresi ibunya yang tampak ingin mendengarkan lebih banyak.
"Jadi kamu kasih nomormu? Lalu setelah itu kalian jadi dekat?" tanya ibu.
"Hm... Tidak semudah itu. Dia tidak menghubungiku sampai seminggu lamanya. Lalu aku tanpa sengaja ketemu dia di Mie Gacoan saat aku ke sana dengan Agmi. Ternyata Agmi mengenalinya. Dia itu guru dari ibu hamilnya Agmi yang open BO itu loh, aku pernah cerita kan sama ibu."
"Oh! Guru yang keren itu ya?"
Aina tersenyum senang melihat ekspresi wajah ibunya yang tampak antusias.
"Iya Bu, berkat bimbingannya ibu hamil itu bisa lulus paket C. Ibu hamil itu sekarang bekerja di Bank X. Awalnya jadi satpam, tapi karena cantik dan pandai dia ditarik jadi teller. Sambil dia juga kuliah di UT. Anaknya kalau pagi ditaruh di penitipan. Sore dan malam diasuh sendiri."
"Wah... luar biasa. Ibu tidak menyangka dia bisa seperti itu. Padahal waktu kamu cerita dulu, kayaknya ibu hamil itu sudah nggak ada harapan hidup lagi. Hebat sekali pacarmu itu, semuanya pasti berkat dia."
Aina meringis. "Kami belum pacaran, Bu. Bisa dibilang masih dalam tahap masa percobaan. Dia bilang dia minder kalau pacaran sama aku."
Aina melihat Bella yang bersedekap. Sepertinya dia bersiap mau mengatakan sesuatu tapi tidak jadi Karena ibu bicara lebih dulu.
"Ah, iya. Pasti begitu ya. Status sosial kalian memang berbeda jauh ya. Tapi apa kamu benar-benar yakin kalau kamu suka sama dia, Na?"
"Aku yakin dia adalah calon imam yang baik. Bahkan dia bisa menjaga muridnya dengan baik seperti itu, apalagi istrinya ya. Ibu pernah bilang kan, kalau keluar dengan laki-laki coba amati bagaimana saat ada suara adzan. Ternyata dia langsung berhenti dan salat berjamaah di Masjid tadi saat ashar. Dia juga kalau bicara bijak sekali. Saat aku curhat dia menjawabnya dengan memberikan ayat Al Baqarah 255. Itu ayat kursi yang saat aku baca artinya bisa menetralkan jiwaku. Pengetahuannya tentang agama sepertinya cukup bagus. Kalau menurut ibu bagaimana? Apa ibu merestui kalau aku dan dia menjalin hubungan yang lebih serius?"
"Kalau mendengar ceritamu, ibu sih setuju saja. Dia sepertinya orang yang baik. Pekerja keras dan agamanya juga bagus."
Aina melihat Bella yang tampak syok dengan ucapan ibunya. Kakaknya itu mau menyela tapi ibunya bicara lagi.
"Tapi Aina, bagaimana kalau kamu kenalkan dia dengan Kakek? Kakek adalah penilai pribadi dan potensi seseorang yang baik. Sudah banyak talenta muda yang menjadi sukses dibawah bimbingan Kakekmu. Ibu ikut saja keputusan Kakekmu."
"Kakek..."
Aina mengigit bibir bawahnya. Kakek Aina, Prof.Dr.dr. Sumarto Prawirohadjo, M.Kes. adalah seorang guru besar dan pemilik perusahaan farmasi P-Farma. Perusahaan yang memiliki klinik bersama, rumah sakit dan gerai apotik lebih dari 3000 gerai di seluruh Indonesia. Bagaimana dia bisa mempertemukan kakeknya itu dengan Habib? Apa Habib mau bertemu kakeknya? Mereka belum lama masuk ke tahap uji coba. Baru dua Minggu saja.
Aina melirik sang kakak yang sepertinya tersenyum puas sembari bersedekap. Aina tahu Kak Bella jelas tidak menyetujui hubungannya dengan Habib. Melihat ekspresi kakaknya yang menyebalkan itu, Aina jadi jengkel sendiri.
"Bagaimana kalau aku ajak Habib ke arisan keluarga bulan ini?" tanya Aina pada ibunya. Ekspresi meremehkan Bella malah membuatnya tertantang. Ibunya benar, Kakek adalah penilai pribadi yang baik. Mungkin saja sang kakek akan menyukai Habib.
"Boleh juga, sepertinya arisan keluarga bulan ini masih dua Minggu lagi ya?" angguk sang ibu. Wanita itu sama sekali tidak menyadari kedua putrinya yang saling bertatapan sengit sore menjelang malam itu.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikahi Dokter 2 (END)
Roman d'amourKehidupan setelah pernikahan ternyata tidak mudah. Tidak seindah di novel-novel romance. Apakah happly ever after itu ada?