Seperti yang Aina duga. Di depan kamarnya, Bella sudah berdiri sambil bersedekap. Ekspresi gahar kakaknya itu bikin Aina sedikit kincep juga.
"Ada apa Kak?" tanya Aina berusaha tersenyum. Walaupun dia sudah mengira apa yang akan dia hadapi setelah ini.
"Ayo kita ngobrol sebentar, Na," ucap Bella.
Aina mencibir dalam hati. Mengobrol? Memangnya Bella itu bisa mengobrol? Dalam pembicaraan mereka selama ini hanya ada satu topik saja yaitu perdebatan. Apa pun bisa mereka perselisihkan. Sepertinya misalnya masalah politik. Bella adalah orang yang sangat vokal dalam hal politik. Dia bahkan tidak takut untuk mengkritik pemerintah di sosmed. Sementara Aina sangat menghindari hal itu. Bukan apa-apa. Aina hanya main aman karena dia adalah ASN. Selama satu tahun Diklat prajabatan CPNS Aina dibina agar netral. Minggu lalu mereka berdebat tentang itu di grup WhatsApp keluarga. Mereka baru berhenti ketika ibu mereka akhirnya menengahi. Belum lagi masah children free. Bella dengan teori sekptisnya tentang perkembangan AI dan lapangan pekerjaan yang semakin berkurang, sementara Aina membawa-bawa ayat suci Alquran, bahwa Mahasuci Allah selalu mengurus makhluk-Nya. Yang membuat Aina jengkel, dia selalu kalah dalam perdebatan itu walaupun sudah membawa ayat-ayat Alquran segala. Namun dalam perdebatan kali ini. Bagaimana pun caranya. Aina harus menang!
"Ibu mana?" tanya Aina.
"Udah tidur. Ayo turun ke bawah aja. Kita ngobrol sambil makan siomay kukus buatan ibu."
Mendengar kata siomay kukus, perasaan Aina sedikit melunak. Siomay buatan ibunya tidak pernah gagal. Maka Aina pun mengikuti Bella turun ke ruang makan.
Selisih umur Aina dan Bella adalah 2 tahun. Seperti kebanyakan saudara mereka tidak pernah akur. Namun terkadang mereka juga sering merindukan satu sama lainnya. Bella sudah mandiri sejak 2 tahun yang lalu. Sepertinya alasan dia keluar dari rumah adalah karena malas mendengar ibunya bertanya kapan dia menikah. Aina pernah beberapa kali mendengar Bella berdebat dengan ibunya perihal itu. Bella bilang dia bukannya tidak mau menikah, tapi belum ketemu pria yang cocok saja. Entah itu benar apa tidak. Tapi dengan sifatnya yang galak seperti itu, laki-laki mana coba yang berani mendekat pada Bella?
Sedangkan Aina baru saja keluar dari rumah mereka 2 bulan lalu. Alasan Aina keluar adalah ingin mandiri. Kebetulan rumah di sebelah rumah Bang Reno dijual, jadi Aina membelinya dan tinggal di sana. Namun ibu mereka tetap meminta mereka untuk berkumpul secara bergantian seminggu sekali di rumah Aina, apartemen Bella atau rumah lama mereka.
"Ibu ini sudah tua. Kalian nggak tahu berapa lama lagi kalian bisa bersama ibu."
Itulah kalimat yang selalu diucapkan ibunya, misalkan Aina dan Bella menolak untuk quality time bersama setiap akhir pekan seperti hari ini. Yah, bagi Aina, berkumpul dengan keluarga seperti ini sebenarnya tidak buruk juga. Hanya saja dia terlalu lelah kalau harus berdebat dengan Bella.
"Jadi, Apa yang kamu pikirkan? Kamu pacaran dengan tukang ojek? Kamu itu dokter anak, dari keluarga kaya. Masa depan kamu bisa lebih dari ini."
Aina hampir keselek siomay mendengar Bella yang tiba-tiba saja sudah menyerang tanpa aba-aba terlebih dahulu.
"Kenapa? Kamu pikir karena aku dokter, aku harus pacaran dengan seseorang yang selevel? Apa salahnya aku jatuh cinta pada orang yang sederhana?" balas Aina.
Aina kincep melihat mata Bella yang tampak berkobar-kobar. Kira-kira sampai jam berapa Perdebatan ini akan berakhir? Padahal besok Aina harus memantau bayi-bayi kecil di ruang NICU. Energinya pasti akan terkuras habis. Akan tetapi, Aina tidak berniat untuk kalah malam ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikahi Dokter 2
RomanceKehidupan setelah pernikahan ternyata tidak mudah. Tidak seindah di novel-novel romance. Apakah happly ever after itu ada?