Need U - 2

517 34 0
                                    

Saat keluar kamar, Namjoon bisa melihat Jin yg duduk lesehan sembari menonton TV ruang tengah. Di depan Jin ada sekotak makanan yang Namjoon tebak adalah ayam goreng, juga cup ramyun yang Jin pegang. 

Namjoon dengan ragu mendekat. 

"Buat ramyunmu sendiri jika lapar." Kata Jin tanpa menatap Namjoon.

Namjoon lagi-lagi hanya mengangguk. Sekarang pergi ke dapur untuk memasak ramyun-nya sendiri. Tenang saja, hanya ditinggal menuang air panas kok, jadi dapur Jin akan aman. Ia sudah beberapa kali datang ke rumah Jin, jadi sudah tahu dimana Jin meletakkan makanan dan barang-barang yang dibutuhkannya.

Semoga saja Jin tidak protes karena Namjoon mengambil cup yang paling besar, jujur saja ia sangat lapar sekarang.

Setelah menuang air panas, Namjoon kembali ke ruang tengah dan dengan ragu ikut duduk lesehan di sisi lain. Jin tak protes, ia terlihat fokus bermain ponsel sekarang.

Namjoon menatap Jin saat temannya itu menaruh beberapa potong ayam ke cup ramyunnya tanpa bicara. 

"Terima kasih, hyung." 

Keadaan kembali hening setelahnya. Hanya suara ada TV yang sebenarnya tidak mereka tonton di ruangan besar itu. 

"Hyung." Panggil Namjoon mencoba membuka percakapan

"Aku sungguh minta maaf. Aku tidak mengingat sepenuhnya kejadian kemarin tapi dari apa yang aku ingat dan kondisiku saat bangun tidur,I know I fucked up." 

Jin menggenggam erat sumpitnya. Setelah sepanjang hari berusaha menahan emosinya, ia tidak yakin akan sanggup menahan lebih lama.

"Maafkan aku hyung. Harusnya begitu merasa pre-rut aku kembali ke rumah atau meminum supressantku, bukan datang ke sini dan mengacaukan semuannya." 

Jin membantah dalam hati, kejadian ini tidak sepenuhnya salah Namjoon. Ia yang meminta Namjoon mampir saat leadernya mengabarkan di grup kalau akan mengambil waktu libur wamilnya. 

Tadinya ia ingin meminta pendapat Namjoon terkait lagu yg ia buat untuk album solonya.Ia tidak tahu kalau Namjoon akan rut. Jika tahu tentu saja ia tidak akan meminta Namjoon datang.

"Harusnya rutku masih sekitar 3 minggu lagi, tidak tahu kenapa kemarin tiba-tiba datang."Jin masih terdiam, tidak tahu harus menanggapi seperti apa. 

"Tapi itu tidak bisa dijadikan alasan. Aku tetap bersalah, harusnya aku bisa lebih mengontrol diri. Maafkan aku Jin hyung, aku sungguh menyesal."

Jin bisa menangkap penyesalan dan rasa frustrasi Namjoon. Ia pun tahu, Namjoon tdk akan dengan sengaja melakukan hal yang bisa membuatnya tak nyaman begini. 

"Tolong katakan sesuatu hyung, kau berhak memarahiku, itu lebih baik dibanding kau diam begini." Pinta Namjoon.

Jin menghela napas panjang. Semua sudah terjadi, tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk mengubahnya. Jin hanya berharap kejadian kemarin tidak berbuntut panjang ke hal lain. 

"Joon, hyung mianhaeyo, kalau hyung tidak menyuruhmu datang pasti tidak akan begini." Sesal Jin merasa ikut andil dalam kerunyaman ini.

Jin juga merutuki omeganya yang terlalu lemah di hadapan alpha Namjoon. Andai saja ia punya pertahanan diri yang lebih baik. 

Andai saja saat mencium feromon rut Namjoon kemarin ia langsung mengusir Namjoon, bukan malah mengajak Namjoon masuk ke rumahnya yang jelas dipenuhi feromon omeganya. Membuat alpha Namjoon terpancing sehingga mereka berakhir bergelung panas di nest Jin semalam. 

"Tidak hyung, aku bersalah karena kurang aware dengan tubuhku sendiri. Kalau aku menyadari lebih awal, aku bisa mengatakannya padamu jadi kita tidak berakhir begini. Maafkan aku."

Jin kembali menghela napas. Kesimpulannya, ini salah mereka berdua. 

"Di banding saling minta maaf begini, lebih baik kita pikirkan apa yang akan kita lakukan setelah ini." Ucap Jin membuat Namjoon menyentuh belakang telinganya gugup. Jin benar, mereka harus membahasnya.

"Eung, seberapa besar kemungkinannya?" 

Jin mengernyit bingung dengan pertanyaan Namjoon itu, "kemungkinan apa?" 

Namjoon menatap kakak tertua grupnya dengan gugup, "Kau tahu, saat rut aku tidak mungkin having sex tanpa knotting. Jadi, ada kemungkinan untuk hamil jika hyung dalam keadaan fertil."

Kini giliran Jin yang gugup. Bayang-bayang kejadian kemarin membuat mukanya memerah. Astaga, kenapa ia justru berpikir tentang itu. 

"Hyung." Panggil Namjoon menyadarkan Jin. 

"Aku baru selesai heat," Jin tersadar, ia baru selesai heat beberapa hari yang lalu, artinya sekarang masih termasuk masa fertilnya. Kemungkinan besar aktivitas kemarin akan membuahkan hasil. 

"Joonie, bagaimana ini?" Tanya Jin panik. 

Ia blm siap jika harus hamil. Belum lagi soal pekerjaannya, dalam beberapa bulan ke depan jadwal solonya sudah tertata dengan rapi. Ia bahkan sudah mulai rekaman untuk album barunya.

"Hyung jangan panik." Ucap Namjoon saat menghirup feromon cemas Jn. 

"Aku tidak mau hamil, Joon. Aku baru kembali dari wamil, tidak mau jika harus hiatus lagi." Ucap Jin pelan. 

Namjoon bisa memahami kecemasan anggota tertuanya. Ia juga tidak berharap kejadian kemarin membuahkan hasil. Semuanya akan rumit jika Jin benar-benar hamil. Ia masih harus wamil, juga soal pekerjaan Jin, dan yang paling mengkhawatirlan soal penggemar dan netizen. 

Tapi ia harus bisa bersikap tenang dalam situasi begini. "Hyung, kita belum tahu apa yang akan terjadi."

"Sembari menunggu kepastiannya, kita masih punya waktu untuk memikirkan solusi jika memang kau hamil, hyung." Lanjut Namjoon pelan-pelan.

"Mereka akan menyuruhku keluar dari Bangtan jika aku hamil." Ucap Jin sendu. Namjoon tidak bisa membantahnya, karena memang kemungkinan itu ada.

"Untuk sekarang, jangan berpikir terlalu jauh begitu, hyung. Cukup berjanji untuk mengabariku jika kita mendapat hasil pastinya, bisakah?" 

"Tapi Joon, a-" 

"Please? "Jin mengalihkan tatapannya dari Namjoon. Ia takut pada kemungkinan terburuk yang akan ia hadapi kedepannya.

"Kau tidak melakukan ini sendiri hyung, kita akan menghadapinya bersama. Jadi bisakah kau berjanji untuk mengabariku jika terjadi sesuatu? Baik ataupun buruk tolong beritahu aku hyung." Pinta Namjoon membuat Jin luluh. 

Ia akhirnya mengangguk. Semoga semuanya baik-baik saja.

Need UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang