Bella jengkel dengan mobilnya yang mendadak tidak bisa dinyalakan pagi itu. Dia sudah memeriksa notifikasi atau kode error di layar tengah yang bisa membantu mengidentifikasi masalah, namun tidak ada apa-apa. Dia sudah melakukan soft reset dengan menekan dan menahan kedua tombol di setir sampai layar mati dan hidup kembali. Namun mesin masih tidak mau menyala. Dalam kondisi seperti ini menggunakan Tesla memang sedikit ribet. Karena yang bisa menanganinya hanya bengkel resmi Tesla. Masalahnya adalah Bella haru segera berangkat ke seminar produk kecantikan pagi ini. Produk baru buatan sepupunya Moreno. Pasti playboy yang tobat itu akan mengomel jika Bella datang terlambat. Maka diputuskannya untuk memesan gejek. Karena lalulintas kota Surabaya yang padat di pagi hari, Bella memilih memesan roda dua saja.
Bella menunggu kehadiran Abang Gejek di depan lobby apartemennya. Tanpa dia duga, tukang ojek yang datang adalah lelaki itu. Pacar adiknya! Sungguh tidak terduga. Seperti dunia ini hanya sesempit daun kelor saja. Diantara ribuan tukang ojol di seluruh kota Surabaya bagaimana bisa yang muncul di sini adalah si Mokondo ini? Oh, apa mungkin ini adalah kehendak Allah agar Bella bisa menegur bocah sialan yang nggak tahu diri ini?
"Selamat pagi Mbak Bella." Habib menyodorkan helm dengan santai. Melihat dari ekspresinya, sepertinya dia tidak menyadari sama sekali siapa cewek yang ada di hadapannya saat ini.
"Pagi," jawab Bella santai. Dia menerima helm itu, memakainya dan langsung melompat naik ke atas jok belakang motor Habib.
Habib sebenarnya merasa ada yang aneh pada penumpang ini, tapi tidak ambil pusing. "Shangri-La hotel Surabaya ya, Kak?" tanya Habib sembari mengecek aplikasi Gepartner-nya.
Bella hanya menjawab dengan dehaman kecil. Dalam hati sebenarnya dia jengkel juga mengapa Habib tidak mengenalinya. Padahal Bella langsung hapal wajah pacar adiknya itu mesku pertemuan pertama mereka sangat singkat. Ya, harus Bella akui Habib memang punya paras yang cukup rupawan dan sulit untuk dilupakan.
Motor pun melaju. Melihat Habib yang masih santai, Bella akhirnya buka pembicaraan.
"Kamu pacarnya Aina, kan?"
Ekspresi Habib yang awalnya biasa saja langsung berubah ngeri ketika dia mengamati kembali wajah penumpang itu melalui kaca spion. Dia Bella! Kakaknya Aina yang Children free itu! Astaghfirullah! Mengapa Habib sama sekali nggak sadar ya dari tadi?
"Eh, iya.... Anu Kak Bella ya. Maaf aku nggak sadar kalau ini Kakak. Maaf ya, Kak."
Habib tertawa canggung. Dalam hati dia memaki-maki. Bagaimana bisa dunia begitu sempit dan mempertemukan mereka lagi dalam jarak sedekat ini. Bella dengan mata Cyclopsnya serasa membakar punggung Habib.
"Stop caling me Kak! Aku bukan kakakmu!" ketus Bella.
"Eh, iya maaf, Kak. Eh Anu...."
"Bella! Namaku Isabella Prawirohadjo. Atau kamu bisa panggil aku Dokter aja."
Habib tertegun. Sebenarnya Bella dan adiknya ini mirip tapi agak berkebalikan ya. Kalau Aina nggak mau dipanggil Dokter. Sementara Bella malah sengaja minta dipanggil pakai gelar. Seolah-olah dia ingin menegaskan status sosial mereka yang memang berbeda jauh. Habib menghela napas. Kenapa sih dia bisa apes begini.
"Saya cuma mau tanya, kamu serius sama Aina? Atau kamu cuma main-main? Kamu tahu dia dokter, kan? Kamu tukang ojek. Kamu yakin ini bukan soal... kepentingan?"
Kening Habib berkerut dalam. Dia mencoba memahami apa maksud Bella. Kepentingan? Kepentingan apa yang dia maksud?
***
Komen ya kalau minat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikahi Dokter 2
Storie d'amoreKehidupan setelah pernikahan ternyata tidak mudah. Tidak seindah di novel-novel romance. Apakah happly ever after itu ada?