"Ini Pak, Dokumennya sudah saya siapkan di sini semuanya. Mohon dikoreksi dulu. Kalau sudah oke, akan saya kirim ke percetakan hari ini juga," kata Habib sembari memberikan sebuah hardisk eksternal pada kepala sekolahnya Pak Sugiono.
Minggu depan akan ada penilaian kepala sekolah. Sudah dua Minggu lamanya Habib melembur mengerjakan semua dokumen persiapannya. Ada 12 dokumen yang harus dikerjakan dan hampir 60% nya dibebankan pada Habib. Habib bahkan sampai mengurangi jam kerjanya sebagai driver gejek.
"Ah, terima kasih banyak ya, Pak Habib. Sungguh saya nggak tahu sekolah ini nasibnya bagaimana kalau tidak ada Pak Habib. Anu, ini ada sedikit upah lelah dari saya pribadi."
Senyuman Habib terkembang. Yah, syukurlah kepala sekolahnya ini cukup tahu diri. Biarpun dia selalu memberikan banyak pekerjaan pada Habib. Tapi dia juga selalu memberikan kompensasi yang setimpal.
"Terima kasih, banyak Pak. Saya juga senang bisa membantu sekolah ini." Habib menerima amplop dari bosnya itu dengan hati-hati.
"Kalau begitu saya permisi dulu, inggih, Pak. Saya ada kelas setelah ini."
"Oh ya, Pak Habib silakan."
Setelah Habib melangkah keluar. Pak Sugiono membuka laptop dan membuka file folder yang telah disiapkan oleh Habib. Pak Sugiono bersiul bahagia karena semua dokumen yang dibutuhkan sudah siap. Habib memang sungguh luar biasa.
Kadangkala, Pak Sugiono merasa bersalah juga karena terlalu banyak memberikan beban pekerjaan pada Habib yang hanya seorang guru sukwan. Tapi apa mau dikata, guru-guru di sekolah ini banyak yang sudah sepuh dan gaptek. Sekalinya ada yang muda, kalau dimintain tolong ada saja alasannya. Hanya Habib saja yang selalu dengan sukarela membantunya. Yah, tentu saja Pak Sugiono selalu memberikan upah lelah agar kelak tidak sungkan saat meminta bantuan lagi.
Ponsel Pak Sugiono berbunyi. Pria paruh baya itu mengerutkan kening karena yang menelpon adalah Pak Zainudin, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ada apa kira-kira? Pak Sugiono berdeham-deham sejenak lalu menekan tombol answer.
"Assalamualaikum Pak, nggih pripun?" tanya Pak Sugiono berusaha sopan.
"Pak Sugiono, jenengan bikin masalah apa?"
"Hah? Ada masalah apa ya, Pak?" Pak Sugiono jelas tidak mengerti dengan omongan Pak Zainudin itu.
"Barusan saya ditelepon Pak Ahmad Fauzi dari kejaksaan. Beliau minta nomor Bapak. Saya tanya ada apa katanya hanya mau silaturahmi saja. Saya gemetar Pak. Kejaksaan kalau silaturahmi seram sekali...."
Pak Sugiono jelas kebingungan. Kejaksaan? Ada apa? Seumur hidupnya Pak Sugiono adalah orang yang jujur dan tidak pernah melakukan korupsi. Tapi kalau kejaksaan yang beraksi, yang tidak salah pun katanya bisa jadi salah. Pak Sugiono menghela napas panjang dan membaca ayat kursi di dalam hati. Benar apa kata Habib, setelah membaca ayat ini hatinya memang lebih tenang dan tentram meskipun dia masih sedikit takut.
"Saya Insyaallah tidak pernah membuat masalah apa-apa, Pak. Kalau kejaksaan mau sowan ke sini tidak masalah," jawabnya tenang.
"Aduh, ya udahlah Pak. Tolong diatasi ya, kalau nanti dia beneran menghubungi Bapak. Sudah saya mau ada rapat, saya tutup dulu ya."
"Inggih, Pak."
Panjang umur sekali, tak lama kemudian ada satu nomor wa tidak dikenal menghubunginya. Pak Sugiono membuka aplikasi Getcontact yang diinstalkan oleh Habib ke ponselnya. Dia bisa melihat penanda yang diberikan orang-orang ke nomor tersebut, jadi bisa menghindari adanya penipuan. Ternyata yang menghubunginya adalah benar Pak Ahmad Fauzi dari Kejaksaan. Dengan mengucapkan bismillah, Pak Sugiono mengangkat telepon itu.
"Inggih Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, ngapunten Pak saya Ahmad Fauzi dari kejaksaan. Saya tadi minta nomor jenengan dari Pak Zainudin." Suara jaksa yang berwibawa terdengar dari dalam ponsel membuat Pak Sugiono jadi gemetaran.
"Inggih, Pak ada yang bisa saya bantu?"
"Anu, Pak... Di sekolah jenengan benar ada guru yang namanya Pak Habib?"
Pak Sugiono mengerutkan kening. Hah? Pak Habib? Ada apa? Kenapa Habib sampai dicari sama kejaksaan?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikahi Dokter 2
RomanceKehidupan setelah pernikahan ternyata tidak mudah. Tidak seindah di novel-novel romance. Apakah happly ever after itu ada?