Bab 10: Egois

101 12 0
                                    

Setelah mengeluh dan bermanja dengan Danu, Vano akhirnya sampai pada tujuannya. Dengan setelan kemeja formal melekat pada tubuhnya Vano berjalan menuju sebuah rumah megah yang siapapun yang melihatnya akan merasa iri.

Vano memencet bel dan sesosok wanita parubaya tampak menghampiri Vano dengan raut wajah bahagia. Vano dengan sopan tersenyum kecil dan memeluk sang wanita yang telah melahirkannya ke dunia.

"Al..."

"Kenapa pake baju formal gitu sih? Ini rumah mu loh Al."

"Gapapa mah."

"Kamu ini, ya sudah ayok masuk."

Ibunya membawanya keruang tamu terlihat 3 sosok orang lainnya yang tak dia kenali sedang duduk didepan ayahnya.

"Ayo duduk Vano." Ucap sang ayahnya sedikit bergeser memberikan ruang untuk kedua orang itu. Ayah Vano duduk diujung berhadapan dengan pak Darno dan Vano ditengah yang diapit oleh sang ayah dan sang ibu. Vano berhadap dangan sang anak gadis keluarga pak Darno.

"Vano kenalin ini temen bisnis papa namanya pak Darno dia pemilik tambang emas yang sedang bekerja sama dengan papa. Terus dia anaknya, namanya Cherly Christy." Jelas sang ayah.

"Nama saya Alvano Nadewa panggil Vano aja." Ucap Vano dengan wajah datarnya. Sedangkan Cherly tampak tersenyum malu-malu.

"Emm panggil Al boleh?"

"Saya rasa kita tak terlalu dekat." Ucap Vano dengan wajah datar yang mendapatkan lirikan tajam dari sang ayah.

"Haha, gapapa lagian mereka baru aja ketemu pasti canggung." Ucap ayah Cherly yang diangguki oleh orang Vano tersebut.

"Kalo gitu kalian jalan aja berdua biar makin deket." Saran pak Darno membuat Vano mendengus.

"Vano!!" Seru sang ayah.

"Vano sibuk yah, Vano ada kerjaan juga nanti."

"Emang kamu sibuk ngapain?" Tanya sang ayah cukup murka.

"Aku kerja, aku mau mandiri." Ucap Vano jujur. Toh dia kerja buat jadi mendiri. Menafkahi keluarga kecilnya dengan keringatnya sendiri walaupun gajinya terbilang cukup kecil.

"Wah Vano hebat ya..." Ucap Cherly menengahi kedua pria tersebut yang tampak akan bertengkar.

"Kalo boleh tau Vano kerja apa?"

"Jadi pelayan cafe." Ucap Vano santai berbeda dengan sang ayah yang melotot marah.

"Kenapa? Toh gw gak maling, gak melanggar hukum juga kan?" Ucap Vano dingin

"Vano kamu!–"

"Hebat juga kamu ya. Walaupun sedari kecil hidup bak pangeran tapi bisa kerja jadi bawahan. Saya salut." Ayah Vano tersenyum dan membanggakan sang anak. Padahal tadi wajahnya terlihat merah dan sebentar lagi akan mengeluarkan tanduknya.

Dalam diam Cherly menghela nafas bosan, melihat anaknya yang tak tertarik dengan topik bisnis akhirnya mengelus rambut sang anak dan tersenyum.

"Ya udah kita ke inti pembahasan karna kayanya Cherly udah agak bosan ya haha."

"Jadi alasan kami mempertemukan kalian itu karna kami mau ngejodohin kalian gimana Cherly terima?" Tanya ayah Vano yang diangguki oleh Cherly dengan tersenyum malu.

"Kalo gitu kita atur pernikahannya satu minggu–"

"Vano gak setuju."

"Kamu kenapa sih Vano? Cherly itu anak baik, dia juga manis."

"Ayah, aku masih sekolah. Aku gak mau nikah aku juga ada seseorang yang aku suka."

"Lupain dia!"

"Ayah!! Aku cinta sama dia aku gak mungkin segampang itu lupain dia, Vano juga udah buat dia ha... jadi pacar Vano."

Be Your Bottom [MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang