Terdengar telepon berdering saat dia baru memasuki rumah selesai membatu ibunya berkemas dari toko. Rigo yang berada di dekat telepon otomatis langsung mengangkatnya
"Halo?"
Terdengar ramai di sebrang sana, pemuda ini perlu mendengarkan dengan fokus apa yang di bicarakan orang di balik telepon ini
"Halo bibi aku Selena, maaf mengganggu malamnya. bisa minta tolong ke Rigo untuk membantuku di taman kota sekarang?"
Rigo, mengerutkan dahinya. Dia yang pertama bersuara harusnya orang dibalik telepon ini tau kalau yang mengangkat seorang laki-laki
"Kenapa?" tanya Rigo memastikan
"Kita sedang dalam masalah, nanti akan ku ceritakan saat Rigo sudah sampai bi"
Lagi dan lagi Rigo dipanggil bibi. Apakah suaranya tidak terdengar jelas? apa dia harus berteriak kencang?
"Baik"
Saat sambungan telepon sudah terputus, Rigo kembali keluar rumah tak lupa dengan jaket yang tadi sempat dia pakai Melihat putranya kembali berjalan keluar, bibi bertanya
"Mau kemana nak?"
"Pelanggan setiamu meminta tolong bu, aku akan segera kembali"
Meninggalkan ibunya yang masih menyimpan tanda tanya, Rigo berjalan ke tempat yang tadi Selena sebutkan. Tidak jauh dari rumahnya, hanya sekitar 10 menit jika berjalan kaki
Sedangkan di sisi lain, Sania penasaran seperti apa seorang Rigo Rigo itu. Namun rasa takutnya masih menyelimutinya
"Dia bilang apa?" tanya Sania
"Baik katanya"
"Singkat sekali"
Saat keduanya berada diobrolan sambil menunggu Rigo datang, dari arah berlawanan ada sedikit kegaduhan yang tidak mereka sadari Namun suara itu semakin mendekat
"AWAS!!!"
Reflek Sania dan Selena langsung berdiri dari tempat duduk saat melihat anak laki-laki dengan sepedanya yang mengarah ke mereka
"Kau ini kenapa?" Sania yang memang sebelumnya hatinya sedang tidak dalam kondisi baik langsung mengeluhkan
"Maaf kak, rem sepedaku rusak"
"Makanya hati-hati, jangan mengebut"
Meskipun terdengar galak, Sania sebenarnya perhatian dan memberikan saran. Namun karena kondisinya seperti ini, anak laki-laki itu tidak berani mengangkat kepalanya lagi. Dia terlalu takut dengan amukan kata Sania
Selena yang menyadari itu langsung menyuruh untuk anak laki-laki itu pergi
"Kamu tidak terluka kan? Kita tidak apa-apa. Sebaiknya kamu pulang karena ini sudah malam" Mencoba untuk meredakan situasi yang tidak enak. Selena berbicara selembut mungkin agar tidak terjadi salah paham
"Sekali lagi maaf ya kak, aku akan berhati-hati lain kali"
"Iya! hati-hati dijalan!" layaknya anak kecil, Selena semangat melambaikan tangan saat anak itu pergi. Namun seketika dia dibuat diam saat menyadari sesuatu ada yang tertinggal
"Oh, tidak!"
"Kenapa!?"
"Bito tertinggal di toko!"
Sania memukul kepalanya sendiri, dia juga lupa kalau Selena harus merawat kucing itu selama 3 hari. Terlalu panik membuat keadaan tidak berjalan baik
Saat itu juga dari arah lain pemuda berbadan tinggi datang menghampiri mereka. Sania belum tau, tapi Selena sudah sadar dahulu
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloodline Rivalry
Historia Corta"Bloodline Rivalry" bercerita tentang seorang gadis pemberani yang terjebak dalam perseteruan lama antara musuh ayah dan keluarganya. Saat dia berjuang demi kelangsungan hidupnya, dia menemukan rahasia mengejutkan tentang garis keluarganya sendiri y...