Semua orang terdiam saat melihat Solar tertunduk sambil menyelesaikan rubik ke 5 setelah mereka kembali dari penelusuran mereka di planet itu.
"Jadi...?".
Solar menghela nafas lalu melihat ke arah Taufan, dia meletakkan rubik itu di meja bersama rubik lainnya lalu menatap mereka semua.
"Aku belum pasti.. namun urusan planet ini akan menjadi tanggungan penelitian ku, jadi kalian tak perlu terlalu khawatir...". Solar berkata dengan nada santai, seolah peristiwa tadi tak begitu membuatnya goyah.
"Tetap saja..". Gempa menggelengkan kepalanya pelan, heran dengan bagaimana Solar tampak tak bergeming akan hal tadi, seolah itu adalah hal yang biasa.
"Hal yang ku yakini, konsep yang ada di planet ini, sama dengan konsep gravitasi, dimana gravitasi di tiap planet itu berbeda..dan mungkin begitu juga di planet ini, mungkin hal itu tidak hanya terjadi pada kekuatan ku, namun kalian..". Solar kembali mengambil rubik yang belum ia selesaikan dan mulai menyelesaikannya.
"Maksudnya?..". Blaze semakin heran, sedari tadi mereka berbicara, Solar selalu berkata dengan kata yang sangat sulit ia cerna.
"Kau tau konsep gravitasi?.. dimana gravitasi di tiap planet itu berbeda, dimana bumi lebih berat dibanding bulan? Begitu juga dengan planet ini, setiap gerakan yang dilakukan dihitung lebih besar dibanding bumi, mungkin satu tembakan senapan saja dapat membuat retakan besar bagi planet ini..".
Solar menyelesaikan rubik itu dan kembali mengotak-atik rubiknya kembali untuk ia selesaikan lagi, hal biasa yang ia lakukan saat sedang berfikir untuk membuat otaknya berjalan dengan lancar.
"Hah? Aduh aku makin gak ngerti..". Thorn menggaruk tengkuk belakang nya yang tak gatal lalu melihat Solar yang berkali-kali menyelesaikan rubik dan kembali mengacaukannya agar bisa ia selesaikan lagi.
"Simpelnya, kalau Blaze hidupin api sebesar api korek di sini, maka api itu dapat membuat satu per empat hutan yang kita jelajahi tadi terbakar-..". Solar terdiam ketika ia menyadari sesuatu, ia tersenyum sumringah lalu berjalan pergi dari sana.
"Woi woi, mau kemana?!". Teriak Blaze ketika Solar pergi meninggalkan mereka dengan senyuman yang terukir di wajahnya.
"Ke ruang kerja ku". Solar menatap teman-temannya sekilas sebelum tertawa dan kembali berjalan di lorong yang menuju kearah ruang kerjanya.
"Freak njir..". Ice berkata dan langsung di setujui oleh anggukan oleh Halilintar dan Taufan.
.
.
.
.
Solar langsung menutup pintu ruang kerjanya, ia duduk di meja kerjanya dan menghidupkan komputer miliknya."Ah sial.. hal semudah ini aku bisa tidak menyadarinya dari awal..". Seringai kecil terukir indah di wajah tampannya, dia terkekeh lalu mengetik sesuatu di komputernya.
"Thanks to them..". Solar tak bisa menahan rasa senangnya, baru kali ini dia mendapati planet yang sangat unik, planet yang membuat gairah dan semangatnya langsung naik.
"God.. I'm sure I'm a fucking genius". Solar bergumam dengan bangga, tidak bisa dipungkiri bahwa dirinya jenius, tidak hanya dirinya ataupun manusia..mungkin segala makhluk yang ada di alam semesta ini pun akan setuju.
"Hah.. ini menyenangkan..". Solar bersandar di kursi yang ia duduki, membuka kacamatanya dan memperlihatkan mata indahnya yang mengkilap terkena cahaya lampu di ruangan itu.
Matanya menatap kosong lampu di atas kepalanya dengan seringai yang masih terpampang indah di bibir miliknya.
"Khe..hehe....What did I expect.. I'm the God's favorite after all...".
.
.
.
Malamnya, para element kini tengah berada di arena latihan di markas baru itu, mereka sangat bersemangat apalagi michat bagaimana arena itu sangat luas, bahkan lebih luas dibandingkan markas utama Tapops.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return
FantasyBagaimana jadinya jika ke-6 element sudah mencapai tahap tertinggi kekuatan mereka dan meninggalkan sang terkuat masih berada di zona nyamannya?. . . . "Sudah ku bilang aku tidak mau!". "Kau ini keras kepala sekali!". . . . Peringatan! Cerita ini m...