BAB 2

2 0 0
                                    

°°°°

"Hey Kang Yerin!" Bentak seseorang pada wanita berambut panjang hitam yang tengah melamun menatap keluar jendela.

"Kenapa sih?!" Yerin mendecak sambil memukul sahabatnya itu, Eunbi.

"Apa sih yang lo lihat?" Tanya Eunbi ikut melongo kearah yang di lihat Yerin.

Yerin menghela napas kemudian menatap Eunbi.

"Gak ada apa apa! Kepo banget!" Gerutu Yerin.

Eunbi mendecak kemudian duduk di samping Yerin.

"Kenapa sih melamun terus?" Tanya Eunbi.

"Lo tahu ga sih, kayanya gue jatuh cinta deh," ucap Yerin.

"SERIUSAN!" Teriak Eunbi nampak tak percaya dengan ucapan Yerin. Karena sahabat kharibnya itu nampak sangat amat anti yang namanya pacaran.

Jangankan pacaran, dia saja tak mau melihat kearah pria sekalipun. Dan kini dia memberi pengakuan bahwa dia tengah jatuh cinta? Oh yang benar saja.

"Serius lu?" Tanya Eunbi kini lebih memelankan suaranya lantaran Yerin memelototinya.

"Iya," jawab Yerin lemas.

"Siapa weee???"

Yerin menggeleng.

"Maksudnya?"

"Aku gak tau siapa namanya, dia datang gitu aja kaya pangeran gilaaa kharismanya," ujar Yerin nampak tersipu saat mencoba mengingat pria itu.

"Hah? Kok bisa??" Heran Eunbi.

"Waktu itu..."






















***

"Pulang dari les hari itu nampak rame banget di bis. Aku terpaksa banget harus berdiri soalnya ga kebagian tempat duduk hari itu.

Terus pas berdiri..."













Suasana engap di bis nampaknya membuat Yerin mau tidak mau harus berdempet dempetan dengan para karyawan yang pulang kerja. Yerin yang hanya mengenakan seragam dengan rok yang cukup tinggi itu mati matian menutupinya dengan tas gendong.

Namun beberapa kali tangan nakal dari belakangnya meraba raba paha Yerin. Bahkan sampai menempelkan alat kelaminnya pada bokong Yerin.

Yerin sadar akan hal itu mencoba geser namun padatnya penumpang membuatnya tak bisa bergerak.

Yerin hanya diam menangis saat tangan itu mulai berani mengelus lebih nakal lagi.

Namun beberapa saat kemudian terdengar suara tinjuan keras membuat penumpang bis menoleh.

"Heh brengsek! Otak lo itu di balut bokep? Berani banget lo terang terangan di fasilitas umum kaya gini!"

Yerin yang ketakutan hanya berdiri di belakang pria yang meninju wajah seseorang yang meraba pahanya tadi. Suasana semakin kacau saat pria itu berjongkok kemudian kembali melayangkaan tinjuannya.

100 Day With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang