Bab 8. Sebuah Pertolongan

87 16 4
                                    

Sudah 2 setengah jam Halilintar sendirian di ruang kantor Ayahnya, dia heran kenapa Taufan masih belum kembali dari ruang cctv. Padahal dia ingin segera menyelidiki tentang kasus Ayahnya. Setidaknya jika dia melapor ke polisi dia punya bukti yang jelas dari rekaman cctv itu.

'Itu anak kemana ya? Perginya lama banget, mana handphonenya ditinggal disini lagi' Ucap Halilintar dalam hati. Dia mengetukkan jarinya ke meja di hadapannya.

TOK! TOK!

"Masuk" Ucap Halilintar. Rupanya seorang office boy masuk keruangan itu.

"Maaf, Nak Halilintar, tadi saya menemukan ini di ruang cctv, Pak Hendra juga baru saja sadar dari pingsannya, dia bilang tadi ada orang masuk ke ruang cctv dan memukulnya" Ucap OB itu

OB itu, menyerahkan sebuah atribut yang biasanya terpasang pada seragam siswa NHS. Namun benda itu bukan milik Halilintar melainkan Taufan, karena miliknya ada di rumah,   dia tidak memakainya hari ini karena tadi pagi dia membeli seragam di koperasi.

"Ini milik Taufan, dimana dia? Apa Bapak tidak melihatnya?" Tanya Halilintar.

"Tidak Nak, saya hanya menemukan itu saja, benda itu tadi tergeletak di lantai begitu saja, tapi tadi saya menemukan sedikit bercak darah di lantai" Ucap OB itu.

"Saya harus ke ruang cctv, orang itu pasti sudah membawa Taufan pergi dari sini" Ucap Hali.

"Maaf nak tapi cctv kantor dirusak, tidak ada data yang masuk dari 3 jam yang lalu, sejak Pak Hendra pingsan" Ucap OB itu sedikit takut.

Hali pun menghembuskan nafasnya kasar, tangannya terkepal dan matanya terpejam. Belum selesai kasus Ayahnya sekarang hal itu juga menimpa adiknya. Pantas saja perasaannya tidak enak sejak tadi.

DRRT! DRRT!

"Ya halo Gem, ada apa?" Tanya Halilintar mengangkat telepon.

'Kak Hali dimana? Kak Taufan ada di rumah sakit sekarang' Ucap Gempa dari balik telepon.

Tut..Tut..

Hali menutup telepon secara sepihak lantas segera menuju ke parkiran, tanpa memperdulikan OB yang masih berdiri disana.

****

Di koridor rumah sakit Halilintar berjalan secara terburu-buru.

"Dimana Taufan?" Tanya Halilintar to the point setelah bertemu adik-adiknya.

"Ssst, Kak Hali jangan masuk dulu, Kak Taufan lagi pacaran" Ucap Thorn.

"Maksudnya apa sih, minggir Kakak tetep mau masuk" Ucap Hali lantas menerobos pintu ruangan tempat Taufan dirawat.

"Halilintar?"

"Lo, ngapain lo disini?" Tanya Halilintar pada gadis itu, Yaya.

"Maaf Hali, tadi aku hanya ingin memastikan kalau Taufan baik-baik saja.

"Buat apa lo sok peduli?" Tanya Halilintar.

"Ya wajarlah Kak, kan dia yang nolongin gue" Ucap Taufan menyahuti.

FLASH BACK ON:

Setelah Taufan pingsan, rupanya tubuhnya di ikat dan mulutnya di tempeli lakban. Kemudian tubuhnya di masukan ke plastik sampah yang ada di ruangan itu, Taufan benar-benar diperlakukan seperti sampah tubuhnya dimasukkan begitu saja, bersamaan dengan sampah yang memang sudah ada plastik itu.

Dia dimasukan ke sebuah tong sampah yang berada di sebuah TPS, yang cukup jauh dari kantor Ayahnya, tong sampah itu ditutup dan ditimpa dengan batu.

Setelah beberapa menit ditinggal, rupanya Taufan mulai sadar, merasa dirinya tidak nyaman, akibat bau sampah, dan luka di kepalanya. Taufan pun berusaha menggoyangkan tong sampah dengan sisa tenaganya

Yaya, yang kebetulan sedang lewat di daerah itu, karena sedang tersesat dan kebingungan mencari alamat orang yang telah memesan kue Ibunya, mendengar bunyi yang cukup keras dari sebuah tong sampah.

Yaya yang merasa penasaran, akhirnya menghampiri tong sampah itu, dan melihat Taufan dalam keadaan terikat, dan wajah yang memerah akibat kepanasan dan kekurangan oksigen.

Karena panik, akhirnya Yaya meminta tolong, pada orang-orang disana, dan membawa Taufan ke rumah sakit.

FLASH BACK OFF

"Kalau gitu Thanks udah nolong Taufan, lo bisa pergi sekarang" Ucap Hali pantas menyerahkan sejumlah uang ke tangan Yaya.

"Maaf Hali, aku ikhlas kok nolongin Taufan, jangan takut berhutang budi sama orang lain, itu adalah hal yang wajar terjadi pada manusia. Tapi mungkin karena  kalian devil, jadi kalian nggak terbiasa" Ucap Yaya pada Hali.

Entah kenapa kata-kata Yaya memang begitu lemah lembut, tapi bagi Hali itu terasa sangat menusuk.



Happy reading ya guys

Semoga mereka segera berubah jadi orang baik

See you 👋😁




The Devil Boys Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang