{39}

126 10 2
                                    

"Dalam penjelasan dari kitab yang sudah di maknain tadi telah disebutkan bahwa Ibrahim bin Adham adalah putra seorang raja, namun ia meninggalkan semua kemewahannya karena mendapatkan hidayah saat berburu di hutan. Ia tersadar bahwa selama ini ia selalu menuruti hawa nafsu dan terlalu sibuk dengan urusan dunia,"

"Akhirnya Ibrahim bin Adham memutuskan untuk berkelana. Di dalam pengembaraannya, Ibrahim bin Adham bertemu dengan seorang lelaki yang tidak membawa perbekalan sedikitpun. Ketika hari memasuki waktu maghrib, lelaki tersebut salat lalu mengucapkan suatu kalimat yang tidak dipahami oleh Ibrahim bin Adham. Tak lama setelah itu, tiba-tiba terhadir di samping lelaki itu piring-piring penuh makanan dan gelas-gelas penuh minuman. Lelaki dengan penuh keberkahan tersebut ternyata adalah Nabi Khidir,"

"MasyaAllah banget ya para orang-orang sholih." Terkagum-kagum Zira mendengar penuturan yang di sampaikan oleh Fiqri padanya.

"Itu baru satu cerita yang saya jabarkan dalam kitab hikayat as-sholihin masih banyak kisah-kisah para orang-orang sholih lainnya yang menggugah hati,"ucap Fiqri.

"Zira gak sabar mau denger kisah yang lainnya."

"Sekarang istri saya sudah senang ya maknain dan mengkaji kitab kuning,"ucap Fiqri.

Zira tersenyum simpul mendengar ucapan Fiqri. Percayalah waktu pertama kali Fiqri memperlihatkan Zira isi kitab kuning perempuan itu bergidik ngeri melihatnya, tapi saat Fiqri pertama kali mengajarkan Zira memaknai kitab kuning yang membahas tentang kisah isra mi'raj perempuan itu malah kecanduan untuk terus belajar memaknai dan mengkaji kitab kuning dengan benar sampai sekarang.

"Masih belum bener juga maknain kitabnya tapi gak tau kenapa seru aja kaya gini,"ucap Zira.

"Gak papa, namanya juga belajar pasti ada prosesnya gak mungkin langsung bisa."

"Makasih ya kak Fiqri mau ajarin Zira dengan sabar caranya maknain kitab kuning. Makasih udah bimbing Zira dengan baik sampai sejauh ini. Makasih banyak-banyak," ucap Zira sembari mengenggam erat tangan sang suami lalu ia mendekatkan tangan itu untuk di kecupnya.

Fiqri mengusap kepala Zira dengan lembut, "Sama-sama. Itu udah tugas saya sebagai suami,"ucap Fiqri.

Zira mengulas senyum begitupun dengan Fiqri. Keduanya saling menatap satu sama lain, "Saya mau tunjukin kamu sesuatu tapi besok gak sekarang,"ucap Fiqri.

"Kak Fiqri tuh kebiasaan suka banget bikin orang penasaran. Kalau bisa sekarang kenapa harus nunggu besok,"ucap Zira.

"Gak papa niat saya kan biar surprise." Mendengar itu Zira mengembungkan kedua pipinya. Fiqri yang melihat gemas sendiri sampai laki-laki itu mencubit kedua pipi sang istri. "Kak Fiqri main asal cubit aja,"ucap Zira sembari menurunkan tangan Fiqri dari kedua pipinya.

"Siapa suruh buat saya gemes sama kamu."

"Gak ada Zira buat gemes kak Fiqri. Zira tuh sebel tau sama kak Fiqri karena sering banget bikin Zira penasaran."

Fiqri mencolek hidung Zira, "Maaf ya kalau selalu buat kamu sebel karena ulah saya. Sekarang sebelnya di pending dulu ya kita baca surah Al-mulk dulu biar bisa cepet tidur terus besok gak kesiangan dan kamu tau deh apa yang saya akan tunjukkan besok biar kamu gak sebel sama saya lagi, Ok,"ucap Fiqri sembari mengangkat ibu jarinya.

Zira hanya menjawab dengan deheman. Fiqri yang melihat mimik muka sang istri hanya tersenyum, "Sabar ya." Fiqri berucap sembari mengusap pelan kepala Nazeera.

"Ayo sekarang kita baca Al-Mulk." Sesebel-sebelnya Zira nyatanya perempuan itu tetap patuh juga apa yang di ucapkan oleh Fiqri.

🦋

EMBUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang