XIX

607 37 21
                                    

Challenge dimulai!!

"Sa, Agra itu siapa?"

Pertanyaan yang tiba tiba, Aksara terkejut. "Agra itu diri gw yang lain Ra—diem dulu. Dia ada karena gw mati, dan bokap gw niatnya ngehidupin Abang gw yang udah mati dengan alasan yang sama, tapi akhirnya gak berhasil terus malah nongol Agra, gw sengaja masukin diri gw kesini buat ngelindungin Agra dari bokap gw" Anggara terlihat akan bertanya namun Asa sudah lebih dulu membekapnya.

"Kenapa Agra mau dibunuh? Karena kalo eksperimen bokap gw gagal dia bakal bunuh eksperimennya sendiri sampe berhasil, makanya gw jadi jiwa kedua Agra terus kabur dari bokap."

Anggara menatap Aksara tidak percaya, "terus bokap lu apa kabar? Dah ditangkep?" Aksara menggeleng. "Gw waktu lari dari bokap, gw gak liat belakang. Gw trauma, jadi gw gak tau dah kabar bokap gw" entah dari mana, rokok sudah terselip di kedua jari Aksara.

"Siniin gak? Gw gak mau lu ngerusak paru paru Agra sama lu" Aksara terkejut, ia menatap tangannya yang sudah memegang rokok "kapan gw keluarin njir?" Aksara menyerahkan rokok dan pemantik nya pada Anggara yang langsung menghancurkan rokok itu.

Koreknya ia buang.

"Lu nggak marah?" Aksara menggeleng, ia meluruskan kakinya lalu menatap bulan yang terlihat bulat dan jernih.

"Gw udah nyerah sama rokok, gak ada kebahagiaan yang gw rasain. Gak kayak kata temen gw, bukannya seneng gw malah mati"

Anggara terkekeh, ia kembali duduk disamping Aksara mengusak lembut rambutnya. "Jangan gitu ah! Gw bukan Agra" Anggara menggeleng "mau lu Agra atau bukan, lu tetep orang penting di hidup gw" Anggara ikut menatap bulan yang masih terlihat jelas.

Aksara melirik Anggara sebelum kemudian kembali menatap bintang yang tiba tiba muncul.

"Masuk yuk? Dah tengah malem, lu kan alergi dingin" Aksara mengangguk, ia mengulurkan tangan pada Anggara yang sudah lebih dulu bangkit.

"Bangunin"

Anggara menggenggam tangan Aksara lalu menariknya bangun. Mereka berdua masuk ke dalam bersamaan, dan Lynx sudah menunggu dibalik pintu atap dengan selimut yang tebal.

"Sini tuan, Saya tahu anda tidak bisa menahan hawa dingin lebih lama lagi" tidak lama Aksara langsung menggigil, bibirnya mulai pucat dan Lynx sudah bersiap jika ini terjadi.

Selimut aluminium foil sudah membungkus Aksara yang kaku, ia menatap Anggara lemas dan dengan mata yang berkaca kaca.

Rasa takut tetap menggerogoti karena trauma yang diciptakan sang Ayah. 30 menit mereka melakukan segala cara agar Aksara hangat, setelah Aksara bisa kembali bergerak. Anggara menyentuh tangan Aksara yang gemetar dan kaku.

"Pegang ini Sa" Aksara memegang kompres air panas dan disuruh meremas remasnya hingga tangannya bisa bergerak lebih leluasa.

"Udah, Sayang?" Aksara mengangguk, Anggara menggosokkan kedua tangannya hingga hangat lalu menempelkan itu pada pipi Aksara.

"Udah tenang, Sayang?" Aksara kembali mengangguk.

Bibir yang tadinya pucat perlahan berubah menjadi pink lagi, tubuh Aksara ia angkat hingga mereka sampai di kamar.

Lynx membukakan pintu, menunggu tuannya masuk ke dalam. Tubuh Aksara ia bungkus dengan selimut lagi, dan akhirnya Aksara bisa tidur lelap.

"Lynx, terimakasih." Lynx membungkuk "sudah tugas saya, Tuan"

Perjalanan selesai dan saatnya beristirahat

Kiw, dah selesai nih chapter. Challenge dimulai yah Cui, kalo dah dapet awas minta lagi tak pites

Asa (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang