XX

372 29 1
                                    

Anggara masih tidak bisa memproses perkataan Aksara beberapa hari lalu, 'Agra itu diri gw yang lain. Dia ada karena gw mati, dan bokap gw niatnya ngehidupin Abang gw yang udah mati dengan alasan yang sama, tapi akhirnya gak berhasil terus malah nongol Agra' pusing menderanya.

Rasanya semua ini membingungkan.

Anggara menghela nafas sembari memijat pelipisnya, pintu terbuka menampilkan Lynx yang menahan pintu untuk si pemilik suara yang ia kenali.

"Angga!!"

Anggara tersenyum, ia membuka tangannya bersiap untuk Agra yang akan melompat ke arahnya. Tubuh anak itu ditangkapnya, dan mereka berpelukan hingga beberapa saat.

"Angga! Mau nen!" Anggara tersenyum lalu mengangguk. Lynx membuka pintu berniat meninggalkan mereka berdua. Anggara tersenyum ketika melihat Lynx yang pergi.

Dan Lynx membalas senyuman itu sebelum menutup pintu. "Katanya kamu habis berantem tadi?" Agra terdiam. "Kenapa begitu? Udah ngerasa keren kamu?" Agra menggeleng panik.

"N-nggak! Dia duluan yang mulai! Adek... Cuma ambil punya adek" Anggara menghela nafas. "Udah jangan nangis, udah berantem kok nangis" Agra semakin mengeraskan tangisannya.

"Ahahah maaf Adek, Angga cuma bercanda kok" Agra memukul dada Anggara pelan, lalu menabrakkan kepalanya ke dada Anggara.

"Kamu menang tadi?" Agra mengangguk, "pintar, besok jangan begitu lagi ya? Nanti luka, Angga nggak mau ngobatin" Agra mengangguk lesu.

"Jadi nggak nennya?" Agra mengangguk. Anggara kembali duduk di kursinya dengan Agra di pangkuannya. Membuka pakaiannya lalu membiarkan Agra minum.

Tak lama pintu di ketuk, Anggara menyuruh untuk membuka pintu. Pintu terbuka, Anggara kira itu Lynx yang datang dengan kopinya.

Ternyata tidak, lelaki baru yang magang di kantornya datang lagi. Sial. Anggara menutupi Agra menggunakan selimut lalu menatapnya datar.

"T-tuan Anggara, terimalah ini!" Anggara mengulurkan tangan, namun sebelum tangannya sampai, tangan Agra sudah lebih dulu menggapainya.

Agra memasukkan surat itu ke dalam selimut lalu menyembunyikan suratnya menggunakan tubuhnya. "See? Before you confess to me, my son already take it. So go and never come back" bertepatan dengan itu, Lynx datang.

"Kirim surat ke universitas nya dan bilang agar memindahkannya ke tempat lain, jangan disini" Lynx menaruh kopi Anggara lalu menarik pemuda itu.

"T-tuan! Kumohon! Terimalah aku!" Anggara mengelus kepala Agra, lalu mengambil suratnya untuk ia buang. "Angga jangan baca suratnya~" Anggara terkekeh "nggak, Angga buang" Agra mengangguk senang.

Ia kembali menyusu dengan tenang, sebelum jatuh tertidur. Anggara membenarkan posisi Agra lalu kembali mengerjakan berkasnya.

Perjalanan hari ini selesai dan saatnya beristirahat

Loha hola halo, gila stress banget tugas buat hari ini banyak banget, 6 pelajaran ada PR semua༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ

Asa (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang