Apron

15 5 0
                                    

-- 19.00

Karena bahan rotinya hampir habis, Selena berniat untuk berbelanja lebih awal. Karena bukan ke toko bibi, dia memilih ke pasar untuk membeli sekaligus bahan yang banyak karena tidak tahu apa yang bisa terjadi besok

Siapa tahu tokonya ramai seperti hari ini, dan untuk berjaga-jaga. Sania menyuruh Selena membawa kantong besar dan memberikan ongkos lebih untuk menaiki angkutan umum

"Aku kuat berjalan sampai ke pasar kak, simpan saja uangmu"

"Iya saat berangkat saja. Tapi nanti bawaanmu banyak saat pulang Sel. Naik angkutan umum akan mempermudah bawaanmu"

Daripada panjang urusannya, Selena memilih untuk menurut kali ini. Lagi pula Sania ada benarnya, lebih mudah menaiki angkutan umum dengan barang bawaan yang banyak saat pulang dan memilih untuk berjalan kaki saat berangkatnya saja

Berjalan ke depan toko untuk mengantar Selena sampai ke pintu, entah kenapa Sania masih merasa tidak tega membiarkan gadis berkulit putih itu berbelanja sendirian. Tidak henti-hentinya dia berpesan ke Selena

"Ingat, jauhi tempat sepi dan segera pulang jika tidak ada lagi yang harus dibeli"

"Baiklah, aku akan segera kembali kak"

"Hati-hati Selena!"

"Iya"

Saat Selena sudah berjalan jauh, Sania baru teringat akan satu hal "Aku lupa memberitahu Selena kalau dia masih memakai apron"

"Selena tetap cantik meskipun memakai apron yang penuh tepung"

Terkejut, dengan suara yang tidak diundang. Sania berbalik dan hampir mengutuk orang itu. Lelaki berambut pirang dan berbadan tinggi yang Sania belum pernah lihat dimanapun

"Mengagetkan saja!" Ucapnya sedikit tertahan

"Maaf aku tidak berniat mengagetkanmu, kemana gadis itu pergi?"

Melihat orang asing untuk pertama kalinya tentu saja Sania tidak ingin menjawab, matanya naik turun seperti memindai dari atas rambut sampai ujung kaki Sania harus berhati-hati

"Bisa kita berbicara di dalam?" Tanya laki-laki itu membuat Sania mengerutkan dahinya, siapa dia? kenapa mereka harus berbicara?

Karena Sania tidak ingin terjadi apa-apa, dengan halus Sania tolak. Apalagi dia sendirian di toko, tidak ada Selena yang menemani

"Maaf aku mau tutup" pamitnya tanpa ingin mendapat balasan

Namun sayangnya tangan lelaki itu lebih cepat menangkap lengan Sania, perempuan itu berhasil dibuatnya takut. Apa yang harus ku lakukan? jurus apa yang harus ku keluarkan? batinnya. Hanya Selena yang pernah belajar bela diri, Sania tidak pernah.

"Kau ini sebenarnya siapa?" Dengan memberanikan diri Sania bertanya. Kalau dia takut pasti orang aneh itu akan senang, sebisa mungkin dia harus berani menghadapinya

Karna lengannya masih ditahan, Sania juga terus berusaha melepaskan cengkramannya. Melihat Sania semakin jengkel dibuatnya, entah merasa tidak enak atau bagaimana, lelaki itu akhirnya melepaskan lengan Sania

Kesempatan ini ingin Sania gunakan untuk cepat-cepat memasuki toko nya. Namun lagi dan lagi laki-laki itu malah menutup akses pintu masuk dengan badannya yang tinggi dan kekar itu

Raut muka yang awalnya terlihat ramah berubah menjadi serius. Bersamaan dengan mendekatnya orang itu ke arahnya, Sania mundur untuk berjaga-jaga. Tidak mau Sania makin menjauh, lelaki itu berbisik "Selena Abraham" membuat Sania mematung seketika

Sania menyipitkan matanya, tau apa dia tentang Selena? batinnya lagi yang entah batin ke berapa. Orang asing itu membuat Sania banyak membatin

"Akan ku ceritakan maksudku jika kau membiarkanku masuk"

Bloodline RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang