Tittle : Imajinatta (Oneshoot Ver.)
Author : D'Angel
Cast :
- Park Minri (OC)
- Sehun (EXO)
Genre : Romance & Fluff maybe ""
Rating : PG 13
Length : Oneshoot
A/N : Warning! Typo bertebaran! FF ini sebenarnya sudah pernah author share di beberapa grup EXO dalam bentuk Chapter dengan menggunakan akun pribadi Author. Dan sekarang author kembali merombak ulang dan jadilah FF ini dengan bentuk Oneshoot. Semoga Readers sudi untuk membaca FF amberagul ini. Jangan plagiat apalagi SILENT READERS. Respon kalian sangat berarti untuk author "" Happy Reading~
****
Imajinasi.
Satu kata yang mampu menarik seluruh orang di jagad raya. Membayangkan pangeran mencintai upik abu dan menyerahkan apa saja untuk mempertahankannya. Adakah kisah yang lebih manis dari itu?
****
.
.
.
.
"Minri, aku mencintaimu. Sangat sangat mencintaimu." Sehun menatap lekat ke arah gadis mungil di depannya. Senyuman tipis terukir di wajah Sehun yang sukses membuat persentase ketampanan yang Sehun miliki bertambah.
"Aku jugaㅡ mencintaimu, Sehun."
Minri berujar malu-malu. Rona pink menjalar di pipinya membuat gadis itu tampak lebih menggemaskan.
Sehun menundukkan wajahnya. jarak antara wajah Sehun dan Minri sangatlah tipis. Jika salah satu di antara mereka memajukan wajahnya sedikit saja, maka bibir mereka akan bertemu.
"Aku mencintaimu." Sehun berujar lirih. Desahan napasnya menerpa wajah Minri dan itu mengakibatkan Minri semakin gugup. Wajah Sehun mendekat dan .....
****
"Yaa! Minri! Kau sebenarnya mendengarkan aku atau tidak?!"
Sebuah lengkingan merdu menghantam telinga Minri. Gadis itu tersentak, lalu melemparkan death glare kepada sang empunya suara melengking itu.
"Apa yang sedang kau lakukan? Berimajinasi lagi? Astaga, Minri! Berhenti menghayal sesuatu yang mustahil! Sadarlah! Ini dunia nyata, bukan dunia dongeng!" nada geram terdengar jelas dari ucapan yang Nicole tujukan untuk sahabatnya ini.
Minri memutar bola matanya, "Kau menggangguku, Nicole. Padahal tadi sebentar lagi aku akan berciuman denganㅡ"
"Sehun?! Kau berkhayal berciuman dengan Sehun, hah?!"
Perkataan Minri dipotong oleh Seruan geram Nicole yang memiliki oktaf lebih tinggi dari lengkingannya tadi. Sontak Minri menutup telinganya.
"Nicole, jangan berteriak seperti itu! Kita sedang berada di tempat umum," bisik Minri. Matanya mengitari seluruh sisi restaurant itu lalu ia menghela napas lega. Untunglah, hanya ada 1-2 orang di rrestaurant ini dan sepertinya aktivits mereka lebih menarik daripada mendengar nyanyian merdu sahabatnya ini.
"Kau gila, Minri. Aku rasa kau perlu berkonsultasi dengan psikiater."
Minri mendesis, "Aku tidak gila, Nicole. Aku ini waras."
****
.
.
.
.
Minri terpaksa menghentikan langkahnya di lorong yang menuju lapangan basket dan kantin saat melihat sesosk figure yang sangat ia kenal.
SehunㅡSang Pujaan Hatinyaㅡ berdiri tak jauh darinya dengan kondisi yang sangat errr ... Sexy.
Jersey basket yang Sehun kenakan membalut tubuh kekarnya dengan memperlihatkan lengan berototnya yang terlihat kuat.
Minri menahan napas saat melihat pemandangan yang dapat menggugah imannya. Bagaimana tidak?
Kulit laki-laki itu yang seputih susu tampak mengkilat karna keringat. Rambutnya sangat berantakan dengan beberapa anak rambut yang menempel di dahi. Sungguh, dalam kondisi seperti ini pun aura mempesona Sehun masih memancar kuat.
'Tuhan, tolong kuatkan aku.'
Sehun yang sedari tadi sibuk membersihkan keringat di tubuhnya dengan handuk menghentikan aktivitasnya saat sadar seseorang memperhatikan laki-laki itu.
Sehun menatap sang pemilik mata yang terus-terusan mengintip dia yang sedang membersihkan diri.
Park Minri.
Sehun memutuskan menghampiri gadis itu.
"Kau punya air mineral? Aku lupa membelinya tadi saat di kantin."
Hening.
Minri masih terpaku dengan napas yang tersendat-sendat. Matanya mendelisir ke wajah tampanㅡnyaris sempurna milik Sehun.
Astaga, Ya Tuhan! Kau menciptakannya dengan sempurna.
Minri memperhatikan lamat-lamat setiap inchi wajah laki-laki itu lalu menyimpannya dalam memori otaknya.
Matanya yang tajam dengan alis tebalnya, hidungnya mancung, bibirnya yang kecil tapi penuh lalu di sempurnakan dengan dagu lancip dan rahang yang tegas.
Lalu mata Minri turun ke arah leher dan dada Sehun. Minri memperhatikan jakun laki-laki itu yang bergerak naik turun secara teratur. Lalu dadanya yang bidang ....
Minri makin tersengal. Matanya terus terpaku di dada Sehun. Membayangkan gelenyar apa yang timbul saat menyentuh dada bidang dan kekar itu.
Bagaimana rasanya saat aku menyandarkan kepala di sana?
Bagaimana rasanya saat aku menangis di sana?
Bagaimana rasanya saat dada itu yang menemaninya setiap malam?
Pemikiran-pemikiran konyol masih bernaung di kepala Minri. Dan itu semua didahului dengan kata 'Bagaimana rasanya'. Konyol sekali.
"Minri? Park Minri?"
Minri mengerjap saat suara milik Sehun mengembalikannya ke alam nyata. Minri seketika menatap Sehun dan ia mendapati Sehun sedang menatapnya heran.
Minri menunduk malu, dan tanpa ia sadari wajahnya telah berubah seperti tomat rebus.
"Kau kenapa?"
Minri menggelengkan kepala beberapa kali, lalu tanpa pamit ia melenggang pergi begitu saja.
****
.
.
.
Minri menghembuskan napas kasar saat rasa sesak menyapa rongganya. Tangannya mengepal kuat melihat pemandangan menyayat hati yang berada di depannya.
2 sejoli yang sedang berciuman Sehun dan Krystal. Pasangan yang baru saja resmi berpacaran 2 hari lalu.
Mereka baru kemarin sore berpacaran tapi sudah berani berciuman panas seperti ini?
Tatapan Sehun akhirnya berhenti pada Minri. Mereka bertatapan lama hingga akhirnya Minri memutuskan untuk pergi dari sana. Hatinya terasa sakit tapi ia masih kuat agar tak menangis.
****
.
.
.
.
Minri tersenyum cerah saat mendapati sosok laki-laki tampan sudah berdiri di depan rumahnya sepagi ini. Matanya mendelisir perawakan laki-laki itu. Jeans dan sweater coklat gelap. Sangat sederhana tapi tak mengurangi kadar ketampanan laki-laki itu.
"Sudah berapa lama kau berdiri di sini, Oh Sehun? Kau merangkap menjadi penjaga rumah ku, ya?"
Sehun terkekeh lalu melihat jam yang bertengger di tangan kanannya, "Aku di sini sejak 25 menit yang lalu. Bersiaplah, tata penampilanmu secantik mungkin untukku. Ku beri waktu 30 menit setelah itu kita pergi."
Minri terkekeh lalu memutar bola matanya mendengar perkataan Sehun. Ajakan kencan ala Sehun. Bukannya berkata "Kau mau berkencan denganku hari ini? Bersiaplah, aku akan menunggu." justru laki-laki malah mengajak dengan kalimat menuntut dan memberikan batas waktu untuknya berdandan.
Minri mundur beberapa langkah memberi ruang agar Sehun bisa masuk, "Baiklah, kau tunggu di sini. Mau minum apa?"
"Susu pisang."
Minri tergelak. Apa? Dia ingin minum apa? Susu pisang? Di usianya yang sudah sedewasa ini dia masih minum susu pisang?
Sehun mendengus menyadari ekspresi Minri yang seolah-olah mengejeknya karna menyukai susu pisang. Hei, apa yang salah? Susu pisang di tujukan untuk semua umur 'kan?
"Jangan mentertawakanku. Apa salahnya aku menyukai itu? Rasanya enak."
Minri menghembuskan napas berusaha menahan tawanya. Tapi mau tak mau senyum jenakanya masih muncul dan itu membuat Sehun makin kesal.
"Baiklah, aku tahu kau kan anak yang cerdas jadi wajar minumanmu setiap hari adalah susu pisang yang punya banyak vitamin dan protein."
"YA!"
****
.
.
.
.
Sehun terpaku menatap perawakan gadis di depannya. Minri benar-benar terlihat manis. Tubuh mungilnya dibalut gaun santai berwarna merah jambu dengan perpotongan beberapa senti di bawah lutut. Di bagian bawah dada terdapat pita berukuran sedang berwarna putih yang menambah kesan manis pada gaun itu.
"Kau cantik sekali."
Minri terkekeh, "Kau yang menyuruhku tampil cantik."
Sehun meraih pinggang Minri dan memeluknya posesif. Tak jarang ia mengelus punggung gadis itu untuk menyalurkan rasa hangat.
"Sehun, bagaimana caranya kita bisa berpacaran?"
"Tragedi ciuman panas. Setelah aku mencium Krystal aku mengejarmu lalu memelukmu dari belakang."
Minri tersenyum lembut mengingat kenangan itu, "Lalu apa yang membuat kau menjadikanku kekasihmu?"
Sehun meraih dagu lancip milik Minri lalu mencium bibir gadis itu dengan singkat, "Aku sudah tahu sejak lama kalau kau menyukaiku. Dan aku memang sudah lama memperhatikanmu. Tapi sayangnya saat itu aku belum cukup berani, jadi aku memilih untuk bermain-main dengan wanita agar aku bisa melupakanmu."
"Jadi kau tak bisa berpaling dariku?"
Tawa Minri pecah saat Sehun menyusupkan jemarinya di dalam surai hitam milik Minri lalu mencium leher jenjang gadis itu.
Sehun makin merapatkan tubuhnya ke tubuh Minri, merasakan aroma khas bayi yang menguar dari tubuh mungil gadis itu.
Sehun mengangkat wajahnya dan langsung bertatapan dengan mata indah milik Minri. Gadis itu tersenyum, senyumnya yang mampu membuat hati Sehun hangat seketika.
Lalu tanpa aba-aba Sehun meraih bibir kecil dan penuh itu dan mengulumnya. Tentu saja itu membuat Minri kaget dan lemas seketika.
Sehun tersenyum dalam ciumannya, lalu mengeratkan dekapan mereka. Saling berbagi kehangatan di antara angin sore yang berhembus.
END
Feel ga dapet? Ancur? Maafkan author :'3 Masih belum ahli ngebuat ff dengan genre fluff. Responnya kawan-kawan.