Jia tampak diam di meja kerjanya. Dia hanya memainkan pulpennya ditangannya, sedikit tidak fokus karena memikirkan ucapan Minho sedari tadi.
Harusnya dia senang mendengar ajakan kencan dari Minho. Di hari spesialnya lagi.
Tapi masalahnya dari awal Jia sudah berencana untuk mengajak Seungmin, mentraktirnya makanan di sebuah restoran yang sering dia kunjungi dulu. Itu dilakukan saat Jia menerima gaji pertamanya untuk rasa ucapan terimakasih karena Seungmin begitu banyak membantunya saat dia menginjakkan kakinya di kantor ini.
Tapi kembali Jia dilanda rasa galau.
"Kenapa dari tadi diam saja sih? Sedang memikirkan sesuatu?" Manusia yang sedari dipikirkan secara kebetulan berada disampingnya. Itu Seungmin.
"Minho oppa mengajakku kencan si hari ulangtahunku.." Jia berucap sambil menatap Seungmin, dia ingin melihat reaksi apa yang ditunjukkan lelaki beramput cepak itu.
"Bagus dong. Bukannya itu yang kau inginkan sedari dulu?" ucapnya dengan nada datar dan ekspresi yang datar juga. Beranjak dari tempatnya untuk sekedar mengambil kopi dan kembali ke meja kerjanya.
"Lalu kamu galau kenapa? Seperti akan ada cowok lain lagi yang akan mengajakmu berkencan saja."tambah Seungmin lagi.
Jia masih menatap Seungmin, sedikit berharap
"Aku tidak akan mengajakmu kencan, buang-buang uang saja. Kecuali kamu yang traktir aku."
"Ah sialan. Gaklah." ucap Jia sambil melempar gumpalan kertas ke Seungmin.
Dalam hati Jia ada sedikit rasa kecewa, tapi dia mencoba mengesampingkan perasaannya.
*****
Jia merebahkan badannya dikamar sebentar setelah selesai mandi. Pulangnya selalu saja larut karena dia tetap harus mengurus kuliahnya. Jia selalu pulang dalam keadaan matahari yang sudah tenggelam.
Dia menatap langit-langit rumah dan bergumam,"Kenapa aku tidak bahagia? Bukannya ini mimpiku dari awal?"
"Jia makan malam sudah siap." teriakan tantenya membuyarkan lamunannya.
Diapun segera duduk di kursi makan dimana semua makanan sudah terhidangkan dimeja.
"Imo, besok hari ulangtahunku aku izin pulang telat. Takusah membeli tart dan menungguku."
"Apa keponakan cantikku ini ada kencan?"
Jia menggangguk sambil tersenyum kecil
"Siapa yang mengajakmu?"
"Minho oppa. CEO perusahaan Faith Corps."
"Kubilang juga apa, kamu kan cantik. Kamu bisa menggaetnya." ucap tante Jia sambil memukul-mukul Jia. Dia sendiri malah kegirangan melebihi Jia.
Sedetik kemudian dia menatap Jia yang terlihat biasa saja dan berucap, "Kenapa wajahmu seperti itu? Bukannya kau suka dia?"
Jia menggeleng,"Tidak kok, hanya saja.."
Jia memasukkan nasi dan sup kedalam mulutnya kemudian melanjutkan ucapannya
"Ng, imoo... Bagaimana kalau, ini misalnya lho.. Bagaimana kalau aku tidak mencintai Minho dan malah mencintai karyawan biasa?"
"Hah? Apa kau sudah gila? Tidak ada misalnya. Minho itu tujuan utama kita. Kau bekerja disana juga untuk mencari pria kaya. Kenapa sekarang saat kau akan mendapatkan pria itu kau malah ragu sendiri. Jangan katakan kalau kau jatuh cinta dengan karyawan biasa disana?"
"Tidak kok. Aku hanya, misalnya saja kok."
Tante Jia menambahkan nasi ke mangkok Jia dan berucap,"Zaman sekarang tidak usah cari cinta, cari harta dulu, cinta itu mengikuti, pelan-pelan bisa kok di tumbuhkan."