Chapter 1: Masa SMA dan Kekacauannya

19 2 0
                                    



Suasana pagi di SMA Cheongdam selalu riuh. Siswa-siswi yang baru datang sibuk dengan rutinitas masing-masing—ada yang buru-buru mengejar waktu, ada pula yang santai berkelompok sambil tertawa keras. Di tengah keramaian itu, sosok Roseanne Park, atau yang biasa dipanggil Rose, tampak berbeda. Ia berjalan anggun dengan wajah kalem, seolah tak terganggu oleh hiruk-pikuk di sekitarnya.

Rose tersenyum kecil saat melangkah masuk ke kelas. Namun, senyumnya memudar ketika pandangannya tertuju pada Jeon Jungkook atau dipanggil Jeka yang sedang bersandar di kursinya, terlihat asyik mendengarkan musik dengan headphone besar di telinganya. Rambutnya sedikit berantakan, dan seragamnya yang harusnya rapi malah sengaja dibiarkan kusut, memperkuat imej cueknya.

"Kenapa kamu selalu kayak anak bandel gitu sih, Jeka?" Rose bergumam sambil mendekat.

Jeka hanya melirik sekilas, kemudian melepas satu sisi headphone dari telinganya. "Aku kayak gini karena kamu suka," jawabnya singkat, tanpa ekspresi.

Rose menahan tawa kecil. Jeka selalu punya cara untuk membuatnya tersenyum, meski jawabannya seringkali sependek itu. Ia lalu duduk di sebelah Jeka, dan tanpa disadari, tangan Jeka sudah meraih tangannya, menggenggam erat tanpa banyak kata.

Suasana di kelas mendadak lebih ramai ketika Lisa dan Bambam masuk sambil tertawa keras. Seperti biasa, Lisa yang tomboy dan Bambam yang ceria selalu membawa suasana riuh ke mana pun mereka pergi. Mereka berdua dikenal sebagai pasangan yang sering bercanda tak kenal tempat, tapi anehnya, hal itu selalu berhasil menghibur teman-teman mereka.

"Woy, Rose, Jeka! Dari tadi nempel terus ya, bucin banget!" teriak Lisa dari pintu kelas, tanpa peduli kalau beberapa murid menoleh ke arah mereka.

Bambam yang berdiri di samping Lisa hanya terkekeh, menambahkan, "Ih, liat deh. Kayaknya udah gak bisa dipisahin lagi. Nanti pas lulus sekolah juga masih nempel kayak perangko!"

Rose hanya tersenyum sambil menggeleng. Sementara itu, Jeka tetap tak bereaksi, matanya hanya tertuju ke depan seolah tak ada yang mengganggunya. Namun, tangannya masih erat menggenggam tangan Rose, menunjukkan betapa ia selalu peduli meskipun tak banyak bicara.

**

Saat jam pelajaran berlangsung, kelas mereka penuh dengan kekacauan khas remaja SMA. Jennie yang duduk di depan bersama Jimin tampak sibuk berbisik-bisik mesra, sementara Jin, yang duduk di belakang, sibuk mengganggu Jisoo  dengan leluconnya yang selalu garing.

"Jin, please deh. Diam sebentar bisa gak? Gue mau fokus," keluh Jisoo sambil menatap tajam pacarnya itu.

Jin hanya tertawa pelan. "Fokus gimana? Kamu kan udah cantik aja, gak perlu belajar keras."

Jisoo memutar matanya, meskipun dalam hati ia tertawa kecil mendengar lelucon Jin yang selalu gagal itu.

Di sisi lain kelas, Jennie yang biasanya terlihat dingin dan fashionable, kali ini sedang serius memarahi Jimin yang terlalu genit. "Ya ampun, kamu itu gak bisa serius ya? Sekali-sekali berhenti godain cewek lain di depan aku!"

Jimin menanggapi dengan cengiran khasnya. "Tapi kan kamu tahu, aku cuma genit sama kamu."

"Cuma kamu doang yang percaya itu," balas Jennie sinis.

Rose, yang mendengar percakapan mereka, hanya menggeleng pelan. Begitulah hubungan Jennie dan Jimin. Meskipun selalu diwarnai dengan candaan dan saling ejek, mereka sebenarnya sangat saling mencintai. Sama seperti Rose dan Jeka, meskipun dengan cara yang berbeda.

**

Waktu istirahat tiba. Rose, Jeka, dan teman-teman mereka bergegas menuju kantin. Seperti biasa, meja di pojokan kantin sudah menjadi tempat favorit mereka.

"Lisa, Lisa, aku laper banget nih!" keluh Bambam sambil menarik tangan Lisa, matanya terpaku pada etalase makanan di kantin. "Ayo, ayo, buruan antri sebelum habis!"

Lisa menepuk punggung Bambam dengan kesal. "Ih, lo kelaperan mulu deh! Bentar napa, lo gak liat ini masih ngantri?"

Bambam hanya tertawa, tak peduli dengan keluhan Lisa. Mereka akhirnya ikut mengantri bersama yang lain, sementara Rose dan Jeka duduk di meja, menunggu yang lain membawa makanan.

Jennie dan Jimin yang baru datang, langsung duduk bersebelahan. Jennie, dengan gayanya yang modis dan selalu peduli penampilan, menatap tajam pada sepiring makanan yang dibawa Jimin.

"Jimin, apa itu? Kamu serius mau makan makanan berminyak kayak gitu?" Jennie melirik sandwich yang terlihat penuh dengan daging dan saus.

Jimin mengangkat bahu. "Ini enak, Jennie. Kamu gak mau coba?"

Jennie menggeleng keras. "No way. Aku gak mau berat badan naik cuma gara-gara makanan kantin ini."

Sementara itu, Jeka yang duduk di samping Rose hanya tersenyum tipis. "Untung kamu gak kayak Jennie, ya. Aku suka liat kamu makan banyak."

Rose menoleh, tersenyum geli. "Tentu aja, aku kan gak seobsesi itu sama diet. Lagi pula, makan banyak itu nikmat."

Jeka hanya mengangguk, lalu tanpa disadari, ia sudah memesan dua porsi makanan untuk mereka berdua. Bagi Rose, ini adalah kebiasaan manis dari Jeka yang selalu membuatnya merasa diperhatikan, meski dengan cara sederhana.

**

Di tengah kehangatan makan siang mereka, suara keras dari ujung kantin terdengar. Itu suara Mingyu, salah satu sahabat lama mereka yang selalu membuat suasana semakin berantakan.

"Rose, Jeka! Lama gak liat kalian nih!" teriak Mingyu sambil berjalan ke arah mereka dengan tawa lebar.

Mingyu memang terkenal sebagai cowok yang selalu jail, terutama pada Rose. Meski mereka dulu pernah pacaran saat SMP, hubungan mereka kini tetap baik, dan Mingyu seringkali bercanda seolah-olah masih ada sesuatu di antara mereka.

Rose hanya menggelengkan kepala ketika Mingyu duduk di depan mereka. "Kamu selalu ribut ya, Gyu," ujar Rose sambil tertawa kecil.

Mingyu menyengir lebar. "Eh, gue cuma pengen bikin suasana rame aja. Masa dari tadi kalian mesra-mesraan doang sih, bikin bosen!"

Jeka menatap Mingyu sekilas, tapi tidak mengatakan apa pun. Rose yang melihat ekspresi Jeka hanya tersenyum kecil. Ia tahu Jeka tidak suka jika ada orang lain, bahkan Mingyu, terlalu dekat dengannya. Posesifnya Jeka kadang berlebihan, tapi itu justru membuat Rose merasa semakin dicintai.

Lisa yang mendengar percakapan mereka langsung ikut menyela. "Gyu, lo mau bikin masalah sama Jeka, ya? Nanti kena pukul baru tahu rasa!"

Mingyu tertawa keras. "Eh, gue gak takut lah. Jeka mah temen gue. Kita udah kayak sodara!"

Jeka yang dari tadi diam, hanya menatap Mingyu dengan tatapan datar. "Tapi kalau lo deket-deket Rose terus, gue gak bakal segan."

Suasana meja mendadak hening sejenak, sebelum semua orang tertawa terbahak-bahak. Itulah Jeka, selalu tenang tapi tegas, terutama jika menyangkut soal Rose.

Sementara teman-temannya terus bercanda, Rose menatap Jeka dengan penuh kasih. Meskipun sering kali kepribadian mereka begitu berbeda, itulah yang membuat hubungan mereka terasa begitu spesial. Rose tahu, selama Jeka ada di sampingnya, tak ada yang perlu ia khawatirkan.

Namun, di balik tawa dan candaan mereka, Rose mulai merasakan bahwa masa-masa tenang seperti ini mungkin tidak akan bertahan selamanya. Terkadang, cinta yang tampak begitu sempurna juga bisa teruji oleh hal-hal yang tidak terduga.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 14 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BUCIN BANGET SIH (ROSEKOOK)Where stories live. Discover now