CHAPTER 32

264 42 5
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak guys!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa tinggalkan jejak guys!!

Gak sampai 1 menit kok buat klik ikon vote nya

Jangan jadi silent riders ya guys ya

Paling gak kalo bersedia untuk membaca berarti harus bersedia untuk meninggalkan baik itu vote maupun komen

1 vote dan 1 komen dari kalian itu bisa jadi penyemangat bagi aku yang udah nulis beberapa kata di lapak ini ya!!

Voment Juseyo 🙏

* Happy Reading *


***


Setelah menyelesaikan persiapan keberangkatan, Mark melaporkan perkembangannya.

“Yang Mulia, persiapannya sudah selesai.”

“Tunggu sebentar.”

Jenaro menatap jendela kamar Reiza.

Ruangan melalui jendela masih terang benderang. Sebuah bayangan hitam berkedip di latar belakang, menunjukkan bahwa mereka masih mengemasi barang-barang mereka.

“Tolong kirim Reiza ke Akademi.”

Mungkin itu karena dia adalah satu-satunya kerabat darahnya.

Tapi Jenaro tidak pernah merasakan emosi khusus untuk saudara sedarah nya.

Dia tidak memiliki saudara kandung, untuk memulai, dan bahkan kemudian, dia tidak merasakan kasih sayang yang begitu besar untuk orang tuanya.

Ibunya telah meninggal segera setelah melahirkannya, dan ayahnya dingin dan kejam seperti garis keturunan Clarence biasanya.

Bahkan putranya tidak terkecuali.

Ketika Grand Duke Donghae Clarence Lee sebelumnya menemui ajalnya, Jenaro berada di medan perang. Dia tidak kembali ke Kadipaten, meskipun gelombang pertempuran sudah berbalik dan kemungkinan memang menguntungkannya.

Hanya ada laporan singkat bahwa pemakaman telah berhasil di laksanakan yang di tulis oleh Mark.

Jadi emosi yang di tunjukkan Renata kepada adiknya agak asing bagi Jenaro.

Setelah beberapa saat merenung, mata merah Jenaro menyipit saat dia melihat sesuatu.

Lampu di ruangan itu padam.

Sesaat kemudian, pintu terbuka, dan seorang wanita kecil menuruni tangga, memegang tangan anak itu.

Langkahnya cepat saat dia berjalan ke arahnya. Tapi itu adalah jalan yang anggun, seperti air yang mengalir, sehingga hanya seseorang dengan tatapan tajam yang akan menyadarinya.

Grand DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang