CHAPTER - 12

37 9 0
                                    

Olahraga termasuk salah satu hal yang kurang Selena suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Olahraga termasuk salah satu hal yang kurang Selena suka. Di lapangan ia berhenti berlari setelah tiga kali putaran. Selena mencoba mengatur pernapasannya dengan menghela napas panjang beberapa kali. Keringat membasahi bagian leher dan dahi. Tak kuasa menahan seluruh rasa lelah, Selena duduk menjauh dari beberapa temannya yang lain guna mencari tempat ternyaman untuk istirahat. Lebih tepatnya, Selena ingin duduk bersandar.

"Ck, harusnya pake ikat rambut tadi." Selena lupa untuk mengikat rambut panjangnya di saat jam mata pelajaran olahraga tiba. Selama diberi waktu untuk istirahat, Selena sempatkan memijat bagian kakinya yang sakit. Dia tidak menyadari bagaimana ada Althar yang memperhatikannya dari lantai dua.

Althar merogoh ponselnya, lalu memotret Selena dari jarak jauh saat dia hanya duduk sendiri di lapangan. Althar tersenyum tipis hingga ide bermunculan di otaknya.

"Samperin kali, ya? Atau jangan?" Althar bergumam pelan sembari memerhatikan keadaan kelasnya yang berisik karena jam kosong. Ia masih terdiam ditempat dan ragu untuk turun ke lapangan menemui Selena. Althar takut cewek itu akan terganggu. Cara berpikirnya berubah ketika melihat Aklesh berjalan mendekati posisi Selena duduk, Althar mengernyit tak suka.

Tanpa berpikir panjang Althar keluar dari kelas dan berlari kecil untuk cepat turun. Sial. Althar mengumpat dan berbelok arah untuk melewati jalan lain menghindari Bima dan teman-temannya. Untuk berhadapan dengan Bima, bukan rasa takut yang Althar rasakan. Dia hanya tidak mau untuk mencari masalah dan membuat orang tuanya dipanggil lagi dan lagi di ruang BK.

Bima menyadari bagaimana Althar menghindarinya.

"Sayang!" Althar datang dari arah belakang Selena dan memeluknya dari belakang. Sedikit Althar mencuri kesempatan untuk melihat Bima yang sedang mengamati setiap pergerakannya.

Selena tersentak kaget. Ia menoleh dan memberontak ingin lepas dari pelukan Althar. "Lepasin."

"Bentar, si bajingan itu masih liatin gue. Tolong, Sel, tolong." Althar menundukkan kepala menenggelamkannya di bagian permukaan leher Selena. Selena mencari-cari siapa yang Althar maksud. Dia berlagak seperti orang yang ketakutan dikejar hantu.

Selena mendecak singkat, lalu diam ketika tahu jika ada Bima di sana. Selena mundur satu langkah ke belakang saat pelukan itu semakin erat dilakukan oleh Althar.

"Oh, ya—sampai mana tadi, Lesh?" Selena lupa apa yang mereka bicarakan berdua sebelum Althar datang. Sejak Althar datang, fokus Selena mulai buyar ke mana-mana.

Aklesh hanya diam. Pandangannya mengarah pada kedua tangan Althar yang melingkar di tubuh mungil Selena. Aklesh juga melihat bagaimana Althar yang tersenyum miring kepadanya. Aklesh tahu itu bukan sekedar senyum biasa. Entah kenapa Aklesh merasa Althar sedang berusaha mengatakan jika Selena miliknya.

Aklesh mengusap tengkuk belakangnya yang tak gatal. Tiba-tiba saja suhu tubuhnya meningkat lebih panas dari sebelumnya.

"Lepasin nggak?" ujar Selena.

Kita dan SeniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang