Anna mendorong pintu kecoklatan yang menjadi ambang dari dunia luar dan ruang kerja Prabu. Terlihat pemilik ruangan ada disana sambil memegangi gagang telpon menoleh saat mendengar suara pintu terbuka.
Anna mengulum bibirnya lantas masuk kemudian menutup pintu dibelakang nya.
"Saya pastikan besok saya tidak akan telat. Selamat malam, Pak Anwar."
Setelah menutup telpon, Prabu berbalik dan berjalan menuju kursi nya. "Duduk, An."
Anna menelan ludahnya kasar, masih mencoba menebak apa yang akan dibahas selanjutnya. Namun Anna menurut, dia melangkah mendekat lalu duduk dikursi hadapan Prabu, hanya berbatas meja.
Prabu membuka laci nya lalu menyodorkan sebuah coklat. "Kamu suka coklat 'kan?"
Anna menaikkan satu alisnya. "Aku suka Strawberry."
Senyum Prabu sedikit memudar, ada rasa kecewa dibalik wajahnya yang segera ia tutupi dengan tertawa yang terdengar hambar. "Sorry, An. Papa lupa."
Anna perhatikan wajah pria dihadapan nya lekat-lekat. Ada yang berbeda. Entah kemana aura bengis dan serakahnya. Dia tampak teduh dan hangat.
"Lain kali Papa bakalan tanya Theo dulu sebelum ngasih kamu sesuatu." balas Prabu sambil membuka coklat tersebut dan mematahkan nya hingga terbagi dua lalu memberikan nya pada Anna.
Anna menatap patahan coklat itu sejenak lalu menatap Papa, ada yang terasa aneh saat Prabu menyebutkan nama pria lain dihadapan nya. "Papa bicara seolah Om Theo lebih dekat sama aku ketimbang sama Papa."
"Bukan nya memang begitu, An?" Prabu tersenyum. Anna mengeraskan rahangnya menatap senyuman tersebut, seperti sedang mengejek. "Selama dia menjadi Ajudan Papa, dia ga pernah mengajak Papa tidur ditempatnya."
D E G !
Anna mengepalkan tangan nya yang berada diatas kedua kakinya. Menebak-nebak, apa maksud dari pria kepala lima dihadapan nya.
Prabu menyodorkan patahan coklatnya sekali lagi lantas Anna dengan ragu-ragu menerima nya.
"Papa mau menjodohkan mu."
Anna menaikkan satu alisnya, "Lagi?" Prabu mengangguk sebagai jawaban. "Papa mau gunain aku buat nyari dukungan? Siapa? Papa ga kapok soal Jovan kemarin?"
Prabu tersenyum sambil menarik napas. "Dimakan dulu coklatnya—"
"Pa ...!" Anna semakin tidak tahan dengan sikap Prabu yang terlalu aneh dan tiba-tiba ini. Dia bingung, dia mau tahu apa maksud dibalik semua ini.
Prabu diam, ia menatap wajah putrinya lekat-lekat, seperti sedang mengenang. Inilah wajah darah dagingnya, yang dilahirkan dari rahim perempuan yang ia cintai setengah mati. Darah nya dan darah istrinya menyatu di tubuh Anna. Prabu sudah berjanji akan menjaga Putri mereka sebaik-baiknya, memastikan Anna mendapatkan kehidupan yang layak. Untuk memenuhi janji tersebut, Prabu rela terjun bebas ke lubang yang penuh dosa, menjadi pion kekuasaan untuk meraup keuntungan dari kepedihan rakyat. Tapi justru, janji itu yang membuat Prabu terasa jauh dari Anna. Bahkan membuat gadis itu memperangi Ayahnya sendiri.
Tanpa sadar mata nya berair dan dengan sigap ia mengusapnya.
Terlambat, Anna menyadarinya.
"Pa ..., ugh, iya aku makan." Anna memakan patahan coklat yang ada tangan nya lalu menaikkan kedua alisnya. "Ga perlu nangis."
Prabu tergelak lalu mencondongkan tubuhnya ke atas meja. "Papa ga nyangka kamu bisa secantik ini pas gede, An. Dulu kamu jelek, suka main panas, gamau tidur siang, dekil."
"Mck," Anna berdecak sambil menatap Papa nya kesal.
"Sekarang kamu malah jadi Primadona, semua orang ngomongin kamu. Cantik, Pintar, Pemberani." Prabu tersenyum, "Pantes Theo bisa suka."
KAMU SEDANG MEMBACA
HIS SECRET SIN
RomanceKamu dan Ajudan Ayah mu, terjebak dalam perasaan terlarang.