Malam tadi setelah makan, Selena menyuruh Sior dan Migel tidur di sofa yang sebelumnya dua pria itu duduki saat pertama kali dia dibawa kemari. Karena posisi sofa membelakanginya, mereka tidak bisa melihat jelas apa yang dilakukan Selena. Gadis itu memilih untuk tetap di posisinya sambil merapihkan belanjaan yang sempat berantakan karena di bawa paksa
Tanpa diketahui Sior atau Migel. Selena berusaha untuk mengabari Sania melalui ponsel yang sempat di ambil darinya
Dengan mengetikkan kalimat panjang, Selena juga berpesan ke Sania untuk tidak menelponnya. Karena gadis itu tau, Sior tidak akan diam saja meskipun lelaki itu berjanji akan mengantarnya pulang
Setelah memastikan kedua pria itu sudah terlelap, Selena mulai beranjak. Dibawanya hati-hati tas belanjaan, berusaha untuk tidak menimbulkan suara. Saat meninggalkan gudang, ponselnya segera ia matikan
Sempat melihat jam menunjukkan pukul 2 pagi. Jalanan pasti sudah sepi, Selena ragu dia akan tau jalan pulang karena semua yang dilihatnya sekarang terasa asing
Namun langkah demi langkah dia ambil. Setidaknya gadis itu harus menjauhi tempat ini. Sebelum Sior atau Migel terbangun dan sadar akan ketidakhadirannya
Melihat ada cahaya lampu jalan didepannya, Selena merasa lega. Setidaknya dia akan memasuki area penuh pemukiman warga. Ada harapan di dirinya untuk bisa pulang dan sampai ke rumah
Namun saat Selena mulai berbelok mengikuti jalan, dia malah menemukan segerombolan orang yang sedang bergelut hebat. Sepertinya hari ini sedang tidak berpihak ke Selena. Gadis itu mulai memundurkan langkahnya, mencoba menjauhi kegaduhan dan berusaha untuk tidak melibatkan diri apalagi menjadi saksi
Bisa bahaya nanti
Sayangnya pergerakan Selena disadari salah satu pemuda disana, meskipun tangan dan badannya bergerak menghajar lawannya, netranya menatap ke arah perginya Selena
"Siapa dia?" gumamnya
Merasa penasaran, pemuda itu buru-buru menghabisi lawannya dengan satu pukulan kuat. Dia lebih penasaran dengan kehadiran gadis itu yang tiba-tiba muncul lalu pergi begitu saja
Berlari meninggalkan yang lain, pemuda ini mengejar Selena yang mungkin saja masih berada disekitaran sini. Benar, saat pemuda itu mencoba melewati gang. Dia bisa melihat Selena yang sedang bersandar di tembok dengan tas besar di bawahnya
"Butuh bantuan?" Ucapnya membuat Selena terkejut
Belum sempat Selena menjawab, tangan besar tiba-tiba menggeretnya. Kejadiannya begitu cepat, membuat Selena sedikit terhuyung karena tidak seimbang
Tas penuh belanjaannya juga tertinggal, tidak sempat dia raih karena ditarik dengan sangat kuat. Pemuda yang tadi menghampiri Selena hanya diam mengamati seperti penonton
Ingin rasanya Selena berteriak meminta tolong, namun Selena juga takut kalau orang lain terlibat. Nanti malah menyusahkan mereka. Selena tidak mau berhutang budi dengan orang lain apalagi orang asing
"Lepas!"
"Kenapa kau selalu mengambil resiko tinggi, Selena"
"Bukan urusanmu, Migel. Kau tau apa tentang hidupku sampai-sampai berlagak seperti seseorang yang tahu akan segala hal tentangku"
Selena seperti tersadar akan satu hal, dia merutuki dirinya. Menarik semua yang dia bicarakan tentang Migel. Migel sama saja dengan Sior, sama-sama psikopat, licik, haus harta, dan tak punya otak dua-duanya
Melihat Migel tersenyum miring, Selena makin menguatkan tangannya berusaha menyingkirkan tangan Migel dari lengannya. Dia benar-benar gila, batin Selena
"Kau lupa? Siapa yang membantumu lepas dari penculikan Om Guso? Kau bilang ingin berterimakasih denganku. Sekarang ku tagih janjimu"
Meskipun takut akan perubahan Migel, Selena berusaha untuk tetap angkuh. Tetap berdiri pada pendiriannya yang tidak akan luluh sedikitpun dengan Sior maupun Migel
"Panggil Sior sekarang, aku butuh seorang saksi untuk bisa membalas budimu"
Entah taktik apa yang Selena gunakan, Migel tidak menaruh curiga sama sekali. Namun untuk kali pertama, Selena bisa melihat wajah Migel yang seperti tidak nyaman setelah mendengar ucapannya
"Tidak takut kalau kau ketahuan kabur dari Sior?"
"Asal mulut buayamu itu tidak memberitahunya"
"Kalau dia bertanya bagaimana? Ini masih gelap dan kau berada diluar sekarang"
"Tinggal bilang saja, Migel mengajakku jalan-jalan. Kalau aku menolak bisa patah tanganku karena gandengannya yang kuat"
Migel reflek melepas tangannya dari lengan Selena, "Kalau tidak ku pegang, kau bisa kabur lagi"
Selena berdecih, matanya memicing seperti sedang menelisik lebih dalam seperti apa Migel itu. Kenapa pria itu seperti memiliki kepribadian ganda, kadang baik seperti orang yang bisa diandalkan namun kadang bisa berubah menjadi setan
"Apa?" Tanya Migel yang terganggu dengan tatapan Selena
Gadis itu kemudian menatap arah lain, tangannya ia tekuk ke depan. Mengambil nafas panjang sebelum berucap, membuat suasana hening sekejap
"Meskipun aku tidak hidup bersama keluargaku, tidak bisa mendapat perhatian dari orang tua ku, tapi masih ada Kak Sania yang menungguku pulang, Migel"
"Aku sudah memberitahu Sania sebelum membawamu kemari"
Bukan Migel yang bersuara, tapi Sior. Pria itu datang sambil membawa 2 kaca mata lalu memberikan salah satunya ke Migel. Selena bisa merasakan aura dingin sedang menghampirinya
"Kau bilang apa?"
"Untuk membantunya"
"Membantu? kau hanya bisa menghambat saja, Sior"
"Membantu menjagamu" Jawaban Sior terdengar serius. Selena tidak melihat Sior sedang bercanda, dari tatapannya bisa Selena simpulkan kalau maksud Sior membawanya kemari sebenarnya bukan benar-benar untuk diculik, sejauh ini mereka juga tidak berbuat apa-apa ke Selena
"Sudah ku bilang, aku akan mengantarmu pulang. Kenapa kau malah berkeliaran sendirian? Diluar sana ada banyak orang jahat yang tak segan-segan membunuhmu jika kau ketahuan berada disekitar mereka" Jelas pria berambut pirang itu
Saat Selena ingin menjawab, Migel lebih dulu memberikan isyarat untuk tetap diam dan tak melakukan apapun. Bibirnya bergerak tanpa suara, "Diam, dia marah"
"Kita harus pergi secepatnya sebelum bapak tua itu datang"
Sior dan Migel membawa Selena ke tengah, kedua lengannya dikunci dengan Sior di sebelah kanan dan Migel disebelah kirinya membuat gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa lagi
"Tas ku masih tertinggal di gang"
"Kita ambil"
Usaha untuk pergi yang sia-sia, batin Selena saat kakinya mulai melangkah mengikuti dua manusia tinggi itu
Kali ini Selena mengikuti saja kemana Sior dan Migel akan membawanya pergi. Sambil memikirkan solusi untuknya lepas dan menjauh dari mereka
...
note : hai, apa kabar? udah senin aja nih!
semoga seninnya jadi hal baik di akhir september ya
jangan lupa elus kepala sendiri soalnya kalian hebat bisa sampai bertemu di oktober lagisemangat semuanya 🫰
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloodline Rivalry
Short Story"Bloodline Rivalry" bercerita tentang seorang gadis pemberani yang terjebak dalam perseteruan lama antara musuh ayah dan keluarganya. Saat dia berjuang demi kelangsungan hidupnya, dia menemukan rahasia mengejutkan tentang garis keluarganya sendiri y...