"Apa kita akan terus berdiam diri saja? Kenapa sampai saat ini pangeran belum membuka kedua matanya, hah? Apa kau tidak memikirkan bagaiman caranya agar pangeran sadar, Valenti??"
Valenti memalingkan wajahnya ketika Baldwin bertanya kepadanya terkait Chille kepadanya.
"Jawab aku tolong!! Apakah tidak ada cara untuk pangeran bangun?? Aku, aku ingin melihat pangeran membuka matanya dan berbicara kepada ku. Aku tidak ingin melihat terus menerus keadaan pangeran! Hey, Valenti!" Baldwin meneteskan buliran air mata yang sudah ia tahan sedari tadi, mendesak orang yang saat ini masih bungkam.
Awalnya tadi Baldwin sedang berada di kamar Chille menemaninya agar sang pangeran tidak merasa kesepian, tapi karena saat berada di samping seseorang yang ia sayangi membuat ia terus menerus merasa sedih akhirnya ia memutuskan keruangan Valenti untuk menanyakan cara agar Chille sadar, tapi nihil sebab sang empu hanya berdiam diri layaknya sebuah patung.
Sebelum Baldwin membuka suara untuk mendesak Valenti, ia lebih dulu di selak dengan bentakan yang penuh penyesalan.
"Aku sudah berkali-kali mencari kalau kau tau! Kau pikir hanya kau saja yang takut, kau pikir aku tidak berusaha, hah! Aku terus menerus di desak oleh semua orang bahwa seakan-akan aku seorang penjahat, padahal aku hanya ingin semuanya selesai, tentang kutukan papa maupun yang lainnya, lalu kenapa aku terus di pojokan! Aku jadi merasa tertekan sekarang.." Valenti meremat rambutnya dan menangis tanpa suara yang dimana semakin membuat terlihat menyakitkan.
Baldwin merasakan sesak yang melanda, dirinya tahu bahwa orang yang ada di depannya ini begitu tertekan dilihat dari kantung mata yang menghitam di tambah dengan guratan wajah yang mengkeras menandakan bahwa ia tidak tidur tenang selama ini. Tapi dirinya ditutup oleh ketakutan akan kehilangan terkasihnya, sampai lupa keadaan orang lain.
Tanpa disadari oleh keduanya Marc mendengar semua pembicaraan mereka berdua, wajahnya menandakan rasa bersalah sebab akhir-akhir ini ia mendiami sahabatnya yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri. Dengan tergesa ia melangkahkan kakinya menuju kamarnya guna menenangkan perasaan gundah yang ada didalam dirinya.
Saat sedang asik menatap kearah langit malam ia
teringat dengan ucapan 'S
tévy' s
ang kartu yang sempat mendatanginya kemarin.
'S
aya bisa saja membantu anda untuk menyadarkan anak itu, dengan cara jiwa kau masuk kedalam dirinya. Tapi, saya tidak tahu resiko apa yang akan kau terima'
"Apa aku harus menggunakannya?" Tanpa pikir panjang Marc melangkah dengan tergesa menuju kamar Chille yang untungnya tidak terlalu jauh.
Sesampai-nya ia melihat seseorang yang selalu ia jailin masih tertidur tenang, tangannya mengepal kuat merasa ragu dengan keputusannya ini, tapi setelahnya ia menghilangkan rasa ragunya. Saat ingin menggunakan kekuatannya ia di kejutkan dengan tepukan di bahunya.
"Papa?"
"Kalau kau ingin menggukanakan kekuatan mu, akan aku bantukan. Ayo kita bawa Chille kembali.."
Marc mengangguk mendengarnya, ia kembali fokus saat ia merasakan kekuatan papa yang menyerap di dalam dirinya, Marc segera merapalkan kata dan setelahnya tubuh ia terasa enteng yang dimana menandakan jiwanya telah hilang dari raganya, begitupun dengan papa yang ada di belakangnya.
Mama yang berada di dekat pintu merapalkan doa agar penyelamatan anaknya akan berhasil tanpa resiko yang besar, Febrice, Baldwin dan Ernest berdatangan secara barengan di tambah dengan Valenti yang berada di belakangnya. Ketika saat berada di ruang Valenti, Baldwin tak sengaja mendengarkan decitan yang berasal dari suara kekuatan Marc. Melihat papa dan Marc yang berpeluh dan kesusahan mereka berempat segera bergabung mentransfer kekuatannya masing-masing sehingga membuat mereka ikut terserap jiwanya.
▪▪♡▪▪
Sunyi, hanya kesunyian yang mereka rasakan tanpaaa adanya kehidupan di dalam raga Chille. Mereka mencari keberadaan Chille sedikit susah karena entah kenapa banyak kabut bertebaran, cukup lamaa mencari mereka menemukan Chille yang tergantung dengan ribuan akar berduri tanpaa busana dan terlihat tak sadarkan diri.
"Apa ini? Kenapa itu seakan mengikat raga putra ku?"
Baldwin berlari dengan pedangnya memotong akar tersebut dengan cepat, tapi nihill setelah terpotong akarnya kembali menyatu. Yang lainnya ikut memotong bersama dengan Papa, Marc dan Valenti yang hanya tangan kosong, Fabrice yang sama seperti Baldwin. Berkali-kali mereka memotong akar tersebut tapi lagi-lagi kembali menyatu.
Resah, itulah yang mereka rasakan. sesak menjuru di pernafasannya, membuat mereka terlihat semakin melemah tapi tetap melanjutkan memotong akarnya walau hasilnya nihil. Baldwin terus bergerutu ketika ia lihat sendiri bahwa sang pangeran masih belum terselamatkan, nafasnya semakin menipis, dengan penuh tekanan ia menggunakan kekuatannya untuk memotong akar tersebut. Dan, berhasil akarnya runtuh beserta raga Chille yang terjatuh secara perlahan, akhirnya sang pangeran kesayangan mereka terselamatkan.
Jiwanya kembali kedalam raga yang sempat kosong, membuka mata yang sudah lama tertutup. Melihat senyuman lega dari seseorang yang menunggu ia untuk kembali, Chille tersenyum kepada mereka.
"Terima kasih dan aku kembali," ujarnya dengan senyuman penuh haru.
Kyle memeluk putra kesayangannya menangis haru ketika ia bisa melihat lagi senyum manis dari Chille. "Syukurlah kau telah sadar, tolong jangan bersikap gegabah lagi."
"Maafkan aku, Mama.."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIGOLD FAMILY || Jeongwoo harem
FanficMarigold Family, sebuah organisasi yang dimana berisikan orang-orang yang memiliki kekuatan supranatural, yang dimana kegunaannya untuk melindungin kota Margina dari mara bahaya. Kekuatan tersebut dinyatakan ada ketika sang pemilik memiliki tanda di...