Friend-Shit

418 27 2
                                    

mohon lebih bijak dalam membaca, karena semua ini hanya fiksi dan karangan penulis.


Malam ini menjadi malam yang berat bagi First. Dia harus menghadapi tuntutan pekerjaan yang diluar kendalinya, inginnya mengejar target agar pekerjaan cepat selesai ternyata membuat badannya remuk redam. Meraih kenop pintu dan semerbak harum parfum memenuhi indra penciumnya saat pintu itu terbuka.

Tempat itu bukan miliknya tapi milik teman sejawatnya, Khaotung Thanawat.

Pertemanan yang mereka jaga selama lima tahun terakhir, membuat mereka bisa keluar masuk apartemen masing-masing tanpa menunggu pemilik aslinya pulang. Ah pulang, ya? First memiliki apartement nya sendiri, tidak jauh berbeda dengan milik Khaotung karena bangunan mereka masih dari satu pengelola yang sama. Hanya beda kawasan.

Khaotung dan First adalah teman sejawat yang juga bekerja di tempat yang sama. George Music and Management. Khaotung lebih sering menghabiskan waktunya sebagai aktor yang merangkap menjadi soloist, sedangkan First menghabiskan waktunya sebagai aktor dan presenter. Mereka bahkan beberapa kali bertemu dalam satu series maupun iklan.

"kamu wangi banget? Mau pergi?"

First mendudukan dirinya di sofa panjang depan tv, menanggalkan dasi dan kacamata yang bertengger jenaka di hidung mancungnya.

"enggak, biasanya juga kayak gini. Hidung kamu kali yang gak biasa"

Khaotung membalas namun sosoknya masih berkutat di dapur, membuat minuman untuk First.

"kita udah gak ketemu berapa lama sih, parfum kamu ganti apa gimana?"

Khaotung yang mendengar protes dari First mengerutkan keningnya. Sembari membawa minuman, Khaotung memperhatikan sosok temannya yang sekarang duduk santai dengan kepala bersandar pada headboard sofa.

"mau aku siapin air hangat buat mandi? Atau mau makan dulu? Tapi makanan dari luar sih aku males cuci alat masak"

Sejenak Khaotung bisa melihat kelelahan yang First rasakan. Daripada bertanya ini itu yang menguras energinya lebih banyak, Khaotung memilih untuk memberikan opsi yang menenangkan temannya itu.

"mandi dulu deh, tapi gak usah air hangat, seadanya aja gak papa"

"oke, handuk dan lainnya, tempatnya kayak biasa"

Obrolan itu terhenti. First sibuk dengan acara mandinya, dan Khaotung kembali sibuk dengan ponselnya, berselancar di sosial media dan memantau bagaimana reaksi penggemar tentang akting atau penampilannya di atas panggung. Hanya berfokus pada benda persegi panjang yang ada ditangannya, hingga dia lupa bahwa First sudah selesai mandi.

"rambut kamu basah first, kena aku ih"

"minta tolong keringin, boleh?"

"hair dryernya ada di meja, ambil aja"

First bangkit mencari mesin pengering rambut itu, dan kembali duduk disamping Khaotung saat menemukannya.

"apa?"

"keringin rambut aku, tolong"

Baik, jika keinginan First tidak segera dituruti, maka Khaotung sendiri yang akan kelimpungan. First akan merengek sampai keinginannya terpenuhi.

Setelah dirasa rambut First kering, Khaotung memindahkan dirinya untuk duduk diatas kedua kaki First, mengendus aroma wangi yang menguar dari tubuh teman sejawatnya itu.

"Khaotung..."

Gerakan pelan yang Khaotung berikan, sedikit banyak membuat fokus First terpecah. Dia lebih sibuk memikirkan bagaimana mendiamkan gerakan tubuh teman yang ada diatasnya ini.

FIRSTKHAOTUNG : FRIEND-SHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang