Bab 10. Sebuah Permohonan

90 14 0
                                    

"Apa yang dikatakan Kak Taufan benar, bisa nggak sih kita rubah pola hidup kita, bukan yang seperti dulu, tapi jauh lebih baik lagi.  Selama ini gue udah muak hidup sama kalian, gue pengen punya teman yang rasa saudara, bukan saudara yang rasa teman" Ucap Ice yang masuk bersamaan dengan saudaranya yang lain.

"Iya, Thorn juga pengen punya teman biar bisa berbagi cerita, kalau sama kalian cerita kita semua sama, jadi apa yang bisa diceritain" Ucap Thorn.

"Tapi gue senang hidup kayak gini, setidaknya gue nggak diglendoti oleh cewek-cewek alay yang ngefans sama gue, secara gue kan populer" Ucap Solar.

"Bisa diem nggak sih kalian? Dengar ya, selama ini gue selalu berusaha jadi saudara yang baik untuk kalian, tapi gue nggak tahu apakah ada yang melakukan hal yang sama seperti gue" Ucap Hali miris.

"Maksud lo apa ngomong kayak gitu Kak? Maksud lo kita semua ini bukan saudara yang baik, oh jadi gitu, berdasarkan omongan lo yang tadi, secara tidak langsung lo bilang kalau disini cuma lo doang yang jadi saudara terbaik gitu?" Ucap Blaze memanas.

"Gue nggak ngomong kayak gitu ya, tapi seharusnya kalian pikir baik-baik, kalau kalian emang ngerasa menderita hidup dengan cara gue ya udah, kalian lakuin apa yang menurut kalian benar. Gue nggak mau kalian harus terpaksa ngikutin jalan hidup gue, yang bikin kalian nggak bisa ngejalanin hidup yang kalian inginkan" Ucap Hali marah, dia mencengkram kerah baju Blaze.

"Gimana caranya kita bisa ngejalanin hidup yang kita inginkan Kak, sedangkan kita udah dicap sebagai devil oleh seluruh warga sekolah. Lo mikir nggak? Dan untuk kalian semua, kalian bilang kalian pengen punya teman kan, yang terasa seperti saudara, apakah kita masih bisa dapat perlakuan kayak gitu, dengan label seorang devil, gue rasa itu nggak akan terjadi" Ucap Blaze melepaskan cengkraman Hali secara kasar dan pergi dari ruangan itu.

****
Di taman rumah sakit...

Blaze duduk di bangku taman seorang diri. Dia memperhatikan anak-anak yang bermain bola disana. Dia jadi teringat dengan masa kecilnya, dimana seluruh saudara-saudaranya menolak untuk diajak bermain bola, dengan alasan tidak hobi.

"Lo, ngapain cabut gitu aja tadi?" Tanya Ice duduk didekatnya.

"Nggak papa, males aja berantem sama Kak Hali" Ucap Blaze

"Menurut lo gimana Blaze? Ngebully orang itu asyik ya? Gue nggak pernah soalnya" Tanya Ice.

"Gue nggak tahu, saat gue ngelakuin itu, gue merasa seluruh hati dan perasaan gue pergi gitu aja" Ucap Blaze.

*****

Di tempat lain....

"Om Tante ada apa? Kenapa kalian datang kesini, apa Fang butuh sesuatu lagi, bagaimana dengan kacamata baru yang aku belikan, itu cocok kan?" Tanya Kaizo.

"Maaf Nak Kaizo, Om dan Tante datang kesini bukan karena Fang membutuhkan sesuatu, tapi Om ingin kamu berhenti melibatkan Fang dalam pembalasan dendam ini. Om tidak ingin kamu mengubah dia menjadi jahat." Ucap Om Dirga Ayah Fang.

"Bagaimanapun juga, Fang adalah adikku, dan dendamku adalah dendamnya juga, dia berhak membantuku balas dendam untuk kedua orangtuanya, aku sengaja memindahkan Fang kesana, agar dia bisa membantuku balas dendam." Ucap Kaizo

"Karena dia tahu bahwa The Devil Boys adalah putra dari musuhnya, Fang bahkan tidak takut sama sekali pada mereka. Tapi putra-putra Amato itu sangat kejam, mereka sama seperti Ayahnya, kalau kamu mau, biar Om dan Tante yang menghabisi mereka satu-persatu, asal kamu tidak melibatkan Fang dalam masalah ini" Ucap Ibu Fang.

"Kenapa harus satu persatu, jika bisa habisi semuanya" Ucap Kaizo, melemparkan sebuah tang ke arah Dirga.

"Saat mereka pulang dari rumah sakit bersama Amato, potong tali remnya. Dengan begitu mereka akan mati bersama-sama, itupun jika kalian berani melakukannya. Kabari aku jika kalian telah melakukannya" Ucap Kaizo, membuat keduanya saling menoleh.







Happy reading ya guys

Sekarang kalian bisa tebak kan, yang Devil Boys disini siapa

Para Boel? Atau Kaizo dan Fang?

Nanti kita tebak lagi sambil jalan ya

See you 👋😁





The Devil Boys Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang