Malam harinya barulah Rafa pulang ke apartemen sehabis dari rumah Vano, berkumpul seperti biasanya.
Saat memasuki kamarnya, istri cantiknya sudah tertidur pulas, tubuh Alin di balut oleh gaun tipis."Wake up, cutie."
Rafa merebahkan tubuhnya, memeluk Alin erat sambil mengenduskan wajahnya di leher istrinya. Tak lama kemudian akhirnya Alin terbangun, perempuan itu tersenyum malu mendapati wajah tampan suaminya.
"Kamu kapan pulangnya?""Baru aja, sayang. Bangun dulu yuk, kamu udah makan malam belum?"
Alin mengangguk. "Maaf aku makan duluan soalnya laper." Dia menyengir. "Aku temenin kamu makan aja gimana?"
"Boleh." Rafa turun dari ranjang, mengulurkan tangannya, namun Alin malah membuka lebar kedua lengan.
"Mau di gendong," pinta Alin terdengar manja, membuat Rafa mengulum senyum geli, langsung saja dia gendong sang istri dengan gaya ala koala membawa wanita itu menuju dapur.
Rafa makan sambil tetap memangku istrinya, kadang Alin menggoda jakun Rafa yang terlihat bergerak-gerak karena menelan makanan.
"Awas aja ya, abis ini kamu yang aku makan," ucap Rafa membuat Alin tertawa geli, dia peluk suaminya itu dengan gemas sambil menciumi pipi Rafa. Memang sejak ajang pengakuan cinta waktu itu membuat keduanya semakin menempel kayak perangko, pokonya jadi bucin setengah mampus.
"Eh gak bisa dong, kan nanti jam delapan kita bakal pergi. Kamu lupa malam ini ada promnight?"
"Why not? Kita bisa Ml sambil mandi," ucap Rafa, setelah itu membali menggendong Alin menuju kamarnya membuat istrinya itu tertawa terbahak-bahak, pasalnya Rafa menepuk-nepuk bokongnya.
"Aaa Rafa! Aku udah mandi tau ih! Turunin gak!"
"Yaudah mandi lagi aja, cutie.." Rafa tertawa, lantas menurunkan istrinya di bawah guyuran air shower hangat, Rafa dapat melihat bibir Alin menyerucut.
"Ih nyebelin banget."
"Biar nyebelin gini tapi kamu suka kan?"
"Nah itu dia masalahnya." Alin terkekeh, dengan cepat ia tarik suaminya agar ikutan basah seperti dirinya, keduanya tertawa.
"Cepetan buka bajunya, aku mau roti sobek!" seru Alin sambil melompat-lompat kecil, menarik-narik ujung kaos hitam suaminya.Rafa gemas melihat istrinya begitu pendek di hadapannya.
"Udah, mau sosis juga gak?""Mau!" ucap Alin penuh semangat, matanya berbinar melihat Rafa sudah shirtlees, dan kini cowok itu sedang menurunkan celana, memperlihatkan bukti gairah Rafa yang sudah tegak menantang.
Alin berjongkok meraih milik Rafa memasukkan kedalam mulutnya, sementara Rafa merem melek mengusap kepala istrinya, hh memang pasutri sinting.
"Pinggang kamu kenapa?" tanya Rafa setelah ia berhasil melepaskan pakaian istrinya, kedua matanya menajam melihat bekas keunguan tampak masih baru disana.
Alin gelapakan, jantungnya berdegup kencang melihat wajah galak Rafa, suasana lucu kini menghilang di gantikan suasana mencekam.
"Gak papa kok, tadi cuma kesandung dikit.""Dikit tapi sampe berbekas kayak gini?" Rahang cowok itu mengetat. "Bilang siapa yang lakuin ini sama kamu?"
"Udah aku bilang, aku cuma kesandung, Raf. Kamu gak usah berlebihan." Alin menepis sentuhan suaminya, ingin meraih handuk, namun Rafa menarik pergelangan tangannya, lalu mencengkram bekas di pinggang Alin, bekas yang Agnes ciptakan tadi di sekolah.
"Awwh, Raf sakit ih. Kamu apa-apaan?!" Alin meringis kesakitan, matanya berkaca-kaca.
"Bilang siapa yang bikin kamu kayak gini? Bilang sama aku, Alin!" bentak Rafa, sisi setannya mulai terlihat, kedua matanya melotot, memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere Love
Romance"Iya gue tau, tapi lo bisa nunggu kan? Please, Raf. Lo gak tau kalo pernikahan kita ini bikin gue stres, nikah muda gak ada di dalam mimpi gue.." Rafa manggut-manggut pelan. "Trus gue harus gimana kalo lagi birahi?" Bibir Alin berkedut menahan tawa...