EMPAT

344 52 11
                                    

n: semua yg terjadi disini hanyalah fiksi!!

Souta menatap ponselnya malas, ini untuk pertama kali dalam hidupnya ia bosan dengan game. 3 hari sudah berlalu sejak hari dimana ia memilih kabur dari rumah dan bolos sekolah. Kesehariannya hanyalah main game, buka sosial media, main game lagi, makan, main game lagi dan sesekali nonton film bajakan yg ia temukan di website. Sungguh perilaku yg sangat buruk dan tidak baik untuk ditiru.

Mengingat besok weekend Souta memutuskan untuk sedikit night ride menghabiskan malamnya, melajukan motor membelah jalanan malam. Pikirannya kosong entah kemana saat dirinya berada di sebuah jalanan sepi ia tak sadar adanya polisi tidur membuat dirinya oleng dan jatuh ketepi jalan menabrak trotoar. Beberapa area tubuhnya tergores, tapi ia tak begitu mempedulikanya. Dirinya justru lebih terlihat khawatir pada motor kesayangannya yg juga ikut tergores aspal, dirinya mendecak tidak suka saat motornya terus menerus tidak bisa menyala. Ia menggeram kesal.

"Loh? Souta?"

Souta menoleh saat mendengar seseorang memanggil namanya, mendapati sebuah motor vespa putih yg menghampiri dirinya. Ia melirik ke arah si pengemudi, menghela nafas lelah begitu sadar siapa orang yg baru saja memanggil namanya itu. Memangnya siapa lagi yg punya vespa butut di sekolah kalau bukan Gin Dhanurendra.

"Motor lu mogok?" Tanyanya, Souta mengangguk seadanya.

"Ini udah tengah malem bengkel sekitar sini udah pada tutup, kalaupun ada yg buka 24 jam jauh dari sini" ucap Gin yg semakin membuat Souta misuh tidak senang

"Mau coba ke rumah gw aja? Deket sini kok, biar motor lu di bawa ke bengkelnya besok. Gimana?" Tawar Gin, cukup lama bimbang akhirnya Souta mengiyakan. Ia mulai menuntun motornya ditemani Gin menuju ke rumah dari kakak kelasnya itu.

Gin tak banyak bicara padanya seperti terakhir kali, bukankah ia baru saja bolos sekolah? Kenapa kakak OSIS yg biasa berisik tentangnya kini hanya diam saja? Sial, ia seharusnya senang jika Gin tidak lagi mencampuri urusannya.

Terlalu bergulat pada pikirannya tanpa sadar Gin sudah membukakan gerbang rumah untuknya, memarkirkan motor itu di halaman depan dan membiarkan Gin kembali mengunci gerbang rumahnya. Ekor matanya terus mengikuti pergerakkan Gin yg mulai memasuki rumahnya.

"Ayo masuk" ajak Gin, Souta tak bergeming sedikit pun.

"Kenapa?" Tanya nya

"Eum... gak sopan bertamu ke rumah orang tengah malem, ganggu waktu istirahat" ucap Souta berhasil mengukir senyum di wajah Gin. Tak pernah terlintas sedikitpun Souta akan mengucapkan hal seperti itu pikirannya. Pergelangan tangan yg sedikit lebih kecil darinya itu ia genggam dan sedikit menariknya lembut ke dalam rumah.

"Gak apa-apa, asal gak berisik aja. Anggep ini kunjungan kecil ke rumah kakak kelas" jelas Gin sedikit tertawa kecil.

Souta membiarkan dirinya di bawa masuk hingga kedalam kamar Gin, katanya ini tempat teraman jika tiba-tiba Souta teriak. Alasan konyol, padahal Souta sendiri sadar tentang situasinya saat ini yg tengah bertamu ke rumah orang saat tengah malam pula.

"Istirahat aja di rumah gw aja dulu Sou, besok pagi gw anter pulang" ucapnya sembari mencari sesuatu dalam laci mejanya.

"Gak mau, besok pagi gw minta Bang Riji jemput gw aja" jawab Souta yg mulai menumpu tubuhnya dengan salah satu tangannya.

"Kenapa? Karena lu kabur dari rumah? Makannya gak mau di anter pulang" ucapnya, nada yg keluar sedikit datar. Ujung matanya sedikit melirik reaksi apa yg Souta berikan dan mengeluarkan sebuah kotak dari dalam lacinya, melihat dari bentuknya sepertinya itu kotak P3K.

Souta terdiam, ia menunduk sedih, teringat kembali apa yg papa-nya ucapkan. Gin yg melihat itu menghela nafasnya panjang dan meraih tangan Souta untuk ia obatin luka-luka gores disana.

"Gw gak tahu alasan lo kabur apa, dari reaksi lu kayaknya ini masalah keluarga ya. Tapi meskipun begitu, banyak yg cari lu. Papa mama lu, Arion dan juga gw"

Souta tertawa sinis mendengarnya, mata birunya menatap selisik dalam kedua bola mata vermilion itu mencari kebohongan yg mungkin ada disana. "Gw peduli sama lo Sou, kita semua peduli. Pulang ya kasihan mama lu sedih terus" mohon Gin kali ini.

Souta meremat ujung bajunya, hal yg paling tidak bisa ia hindari adalah mamanya. Ia sangat menyayangi wanita paruh baya itu, satu-satu orang yg mengerti dirinya. Menghela nafasnya dan sedikit ragu mengangguk kecil, akhirnya ia memilih untuk pulang demi sang ibu.

Kerutan di dahinya memudar saat yg lebih tua mengelus pucuk kepalanya lembut, elusan itu bahkan turun menyentuh cuping dan rahangnya. Sedikit melirik senyuman puas yg entah sejak kapan terukir disana, tatapannya sendu hampir membuat Souta ikut tenggelam dalam lautan vermilion miliknya.

"Istirahat ya, besok aku antar pulang" ucapnya kemudian menarik diri.

Souta kembali menggigit pipinya dalam, sial Gin tak pernah selembut ini padanya. Nada tengil dan mengejek yg selalu ia beri di sekolah tak keluar sedikitpun hari ini dan apa itu barusan, 'Aku' ?!

"Lo nyebelin" misuh Souta, ia merebahkan tubuhnya di atas single bed milik Gin dan membelakangi sang empu. Ia memutuskan untuk menutup matanya rapat-rapat dan menarik selimut, mengabaikan tawa khas Gin. Meskipun begitu ia sesekali melirik Gin yg perlahan sudah terlelap diatas kasur lantai yg ia hampar tepat di samping single bed miliknya.

Nafas teratur dapat ia dengar, ia benar-benar tertidur nyaman meskipun kasur yg ia tiduri terbilang cukup tipis. Ia pasti akan sakit pinggang besok pagi.

. . . . .

Souta tersenyum kikuk saat ibunya Gin menyajikan sarapan untuknya di meja makan. Wanita itu tersenyum cantik meski sudah nampak sedikit kerutan sekitar bibir dan pipinya. Nada bicaranya santun, tatapannya teduh, benar-benar terlihat sangat cantik meski usianya sudah menyetuh setengah abad.

"Ibu seneng Gin bawa temen lain selain Nak Rion ke rumah, ibu kira Gin saking introvert-nya temennya cuman satu" ucap beliau dengan sedikit tawa kecil di akhirnya, manis sekali. Gin yg mendengar itu menekuk wajahnya, ibunya ini terkadang asal bicara.

"Dia adik kelas aku ibu, dia adik sepupunya Rion juga" ucap Gin memberi tahu. Sang ibu hanya ber-ohh ria dan kembali mengolok anaknya yg ternyata tak terlalu pandai bergaul. Souta menikmati suasana ini, meskipun dirumah ini hanya berisi Gin dan ibunya suasananya begitu hangat.

"Nak Souta, makasih banyak ya udah jadi temannya Gin. Maaf kalau Gin ini banyak ngerepotin" ucapnya kembali dengan nada sopan. Souta yg mendengar itu menggelengkan kepalanya kelabakan.

"Astaga engga tante, justru Souta yg merasa ngerepotin Kak Gin sama tante disini sekarang" ucap Souta tak enak hati.

"Kalau itu sih bener" sahut Gin mendapat cubitan kecil di pahanya dari sang ibu. Souta sedikit mencibir, Gin ini benar-benar merusak suasana.

"Apa sih bu, sakit" rintih Gin

"Mulut kamu tuh jelek banget, liat noh adek kelas kamu jadi cemberut gitu" bisik beliau, meski begitu masih terdengar sama di telinga Souta. Sang empu tertawa kecil dan membisikkan sesuatu ke telinga ibunya, wanita itu menatap putranya malas dan kembali tersenyum menatap dirinya lamat.

"Kenapa tante?" Tanya Souta

"Kata Gin kamu makin lucu kalau cemberut"










tbc...
Yuk bisa yuk buat cerita yg alurnya simple, gak neko-neko dan cepat tamat muehehehehe

Little BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang