“Belum. Tuan besar belum memberikan balasan apapun,” jawab Rey. Pria besar itu bahkan bisa terlihat tidak berdaya dihadapan Aryo. “Anda tahu seberapa keras kepala beliau.”
Veen mendengus keras, meminta bawahannya tersebut keluar. Lalu menghabiskan waktu seorang diri. Ia beranjak dari kursi, kemudian pergi ke area balkon.
Senja sudah tiba. Veen duduk ke salah satu kursi yang tersedia. Sesaat, pria itu terdiam. Bingung harus berbuat apa. Namun, pandangannya tiba-tiba jatuh ke rumah kaca berisi ladang strawberry.
“Aku susah payah membangun semua ini hanya untukmu, Sallyana,” bisiknya diikuti helaan nafas rendah. Merasa lelah. “Seandainya aku tidak berpaling padamu di masa lalu. Akankah aku menjadi suamimu dan hidup bahagia bersama anak-anak kita?”
Entahlah. Veen pun tidak tahu. Masa depan senantiasa menjadi kehendak Tuhan. Oleh sebab itu, sekalipun Sallyana sudah bersuami hingga memiliki dua anak. Lantas mengapa?
Masa depan tidak ada sesiapa yang tahu. Selagi dia berusaha, bukannya tidak mungkin untuk kembali bersama, 'kan?
Demikianlah pemikiran Veen selama sebelas tahun terakhir. Sekaligus semenjak dia memutuskan, akan mengikuti Aryo. Lalu meninggalkan Arya dan Alisya. Ia belum mendengar kabar sedikitpun tentang orang tuanya.
Aryo memotong semua akses Veen saat berusaha mencari lokasi orang tuanya setelah kasus bertahun-tahun silam.
Semua karenanya.
“Aku bersumpah, aku akan menjagamu dengan hidupku. Sasa ...” Veen tertunduk letih. Bahunya meluruh ke bawah. Sosoknya terlihat lemah dan putus asa. Ekspresi wajahnya kosong selama sesaat. “Terlalu banyak kenangan yang harus dibuang ...”
Seperti ketika Sallyana pertama kali bertemu dengannya. Anak itu baru mulai berjalan, tapi karena terlalu pemalas, Sallyana kecil hanya akan menempel padanya.
Dan karena Veen tidak punya adik perempuan, dia memanjakkan Sallyana dengan baik.
Setiap kali Sallyana kesulitan, Veen selalu di sisinya. Menjaga dan merawatnya sebaik mungkin. Kemudian saat gadisnya memiliki masalah, orang pertama yang akan dicari Sallyana adalah dia.
Hidup Sallyana bergantung padanya. Akan tetapi, dia begitu kejam membuang gadis muda itu ke belakang demi Sela. Mungkin disebabkan dia terbiasa mengurus Sallyana yang manja. Ketika bertemu Sela yang mandiri, cerdas, dan dewasa—hatinya merasakan kesegaran baru.
Lalu berpaling dari Sallyana. Masih jelas memori ketika Sallyana tersenyum cerah padanya setelah sekian lama menghilang. Tetapi, dia justru memarahi Sallyana. Menuduhnya ingin mengganggu kehidupannya bersama Sela.
Ada lagi, saat dia menendang gelas berisi susu panas. Hingga tangan Sallyana terluka. Walau lukanya bisa hilang, Veen sekilas bisa melihat sisa bekasnya seminggu lalu dan tadi pagi.
Pria besar tersebut bisa berubah menjadi sosok lemah saat berkaitan dengan Sallyana. Ditambah rasa bersalah serta penyelasan yang menghantui.
“Aku tahu jalanku salah, namun,” Veen menatap lurus ke arah langit senja. Melanjutkan lirih, “Inilah satu-satunya cara yang bisa aku gunakan untuk merebutmu kembali. Sekalipun kamu berakhir membenciku, aku tidak masalah sama sekali. Aku hanya ingin melihatmu setiap hari, bersamaku dan menemaniku ...”
Harapannya sederhana. Sayangnya, cara yang digunakan Veen terlalu semena-mena dan sembrono. Selama bertahun-tahun, Veen menjauhi para perempuan. Hubungan asmara terakhirnya adalah Sela. Mereka pun tidak lagi berhubungan.
“Sallyana ...” Veen memanggil seperti seorang pengguna narkotika yang mengalami delusi parah. Dia bahkan bisa melihat bayangan Sallyana kecil sedang berdiri di dekat balkon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Berusaha Merayuku, Tuan! - [ On Going ]
RomanceBook 1 : Wanna Be Me [ Bisa dibaca melalui akun @azzurayna ] Book 2 : Sallveen [ Bisa dibaca melalui akun ini] Book 3 : Jangan Berusaha Merayuku, Tuan [Seasons terakhir - status sedang berlangsung ] Penulis : zuramoons Karya : Original Start : 6...