Bayangan di Balik Jendela

Pendahuluan

Di sebuah desa terpencil yang terperangkap dalam bayangan masa lalu, berdiri sebuah rumah tua yang telah lama ditinggalkan, dikenal sebagai "Rumah Jendela Bayangan." Jendelanya yang pecah menjadi saksi bisu dari malam-malam yang penuh dengan bayangan misterius, melayang tanpa sosok yang bisa dikenali di baliknya. Para penduduk desa tidak pernah berani mendekat, terlalu ketakutan oleh legenda kelam yang menyelimuti rumah itu—tentang seorang wanita yang dahulu dianggap sebagai penyihir, dihukum dengan cara yang mengerikan, dan kutukan yang katanya masih menghantui di dalamnya.Alya, seorang jurnalis muda yang rasional dan skeptis terhadap hal-hal mistis, ditugaskan untuk mengungkap sejarah rumah tersebut dan menulis artikel tentangnya. Untuk menggali lebih dalam bisikan-bisikan yang beredar di kalangan penduduk desa, Alya memutuskan untuk bermalam di dalam Rumah Jendela Bayangan. Dia tidak percaya pada hantu, apalagi kutukan.Namun, seiring berjalannya malam yang panjang, keyakinannya mulai goyah. Langkah kaki terdengar di lantai atas, meskipun tidak ada seorang pun di sana. Bayangan-bayangan tak wajar bergerak dengan sendirinya. Mimpi-mimpi yang jelas menghantui tidurnya—mimpi tentang wanita yang pernah tinggal di rumah itu, tentang penduduk desa yang berbalik melawan wanita itu, dan tentang entitas jahat yang bersembunyi di sudut-sudut gelap rumah itu.Saat Alya menggali lebih dalam, dia menemukan sebuah kebenaran yang telah lama terkubur: wanita yang dulu disebut sebagai penyihir bukanlah musuh, melainkan seorang pelindung. Kematian misterius di desa bukan disebabkan oleh sihirnya, melainkan oleh kekuatan gelap yang sedang menunggu untuk bangkit kembali. Rumah itu bukan sekadar tempat terkutuk—melainkan medan pertempuran antara cahaya dan gelap, kebenaran dan kebohongan.Sekarang, Alya harus membuat pilihan: melarikan diri dari kegelapan yang mendekat atau berdiri dan melawan entitas yang siap menghancurkan desa. Keputusannya tidak hanya akan mempengaruhi hidupnya, tetapi juga nasib seluruh desa yang tidak menyadari bahaya sesungguhnya yang mengintai di antara mereka.Bayangan di balik jendela tidak sekadar menatap—mereka menunggu.