Bab 28 : Ledakan

394 41 4
                                    

Selamat membaca.

**********

Bersama satu pelayan pribadi, Athena menikmati teh manis di taman kaca yang tentunya tidak jauh dari pantauan Andreas.

Suasana damai ini tidak membuat Athena tenang. "Kenapa ya? Kadang aku ngerasa firasat aku selalu bener," gumam Athena menatap kosong cangkir tehnya.

"Ada apa Nona? Ingin melakukan hal lain?" tanya salah satu pelayan pribadi Athena yang beberapa hari lalu direkrut oleh Andreas.

"Marin, aku merasa firasat buruk akan terjadi," ungkapnya pada pelayan tersebut.

"Tenanglah Nona, itu hanya firasatmu saja." Marin berusaha menenangkan agar Athena tenang. Ia kembali menuangkan teh ke dalam cangkir milik Athena.

Athena menggelengkan kepalanya, "haaa, tidak bisa, aku khawati--" ucapan Athena terpotong ketika mendengar suara ledakan dari gerbang utama.

"Tuh kan." Athena meringis, firasatnya memang gila. "Ayo kita lihat!" Ia menarik tangan Marin yang malah menahan Athena agar tidak menuju tempat ledakan itu.

"Maaf Nona, aku diperintahkan Yang Mulia untuk melindungimu, lebih baik kita cari tempat aman." Marin menarik Athena untuk masuk ke dalam istana Emerald.

"Ta-tapi Marin, aku khawatir," ucapnya dengan jantung berdegup kencang membuat ia semakin panik. "Maaf, nanti aku tanggung jawab supaya kamu gak dihukum."

Marin terdiam sejenak, "baiklah Nona, aku serahkan ini padamu. Meski begitu, tetaplah waspada!"

Athena mengangguk paham lalu segera menuju arah ledakan bersama Marin. Dalam hatinya, ia merutuki gaun yang tengah dikenakan. Gaun jelek nyusahin aaarghh aku gak bisa lari cepet!

Beberapa saat kemudian, Athena sampai di sebuah sumber suara. Telah ramai dengan para pekerja, ksatria, serta Andreas tengah menodongkan pedang ke arah leher pria yang ada di depannya.

"Roderick!" teriak Athena dengan panik segera berlari ke arah mereka, menghadang Andreas yang siap memenggal kepala Roderick.

"Athena? Syukurlah kau baik-baik saja," ungkap Roderick dengan air mata mengurai memeluk Athena dengan rasa rindu mendalam.

Andreas mengepalkan tangannya, mendorong kuat agar Roderick melepaskan pelukan tersebut. "Jangan pernah sentuh wanitaku sialan!" Napasnya menderu, menatap penuh amarah dengan urat leher nampak.

Athena dilema, menatap Roderick tersungkur lemah dengan tubuh penuh luka yang ia dapati sebelumnya. Jika Athena salah melakukan sesuatu, bisa saja Andreas akan semakin marah dan membunuh Roderick.

"Bawa dia ke penjara bawah tanah dan buatkan jadwal untuk hukuman mati," titah Andreas dengan lantang pada para ksatria serta Griyone.

Athena menatap Roderick dengan khawatir, hatinya terasa sakit ketika melihat Roderick diperlakukan kasar oleh para ksatria itu. "Roderick," cicitnya yang tengah ditarik paksa Andreas masuk ke dalam.

Athena melihat ke belakang, Roderick terseret menuju penjara bawah tanah. "Kumohon jangan bunuh dia," ucap Athena menghentikan langkahnya membuat Andreas menatapnya dengan amarah belum hilang.

"Dia telah melakukan percobaan pembunuhan, ini pantas untuknya!" Ia kembali menarik tangan Athena begitu kasar.

"Kumohon, jangan bunuh dia," ujar Athena kembali, ia menahan rasa sakit dipergelangan tangannya.

Andreas mendengus, tertawa meremehkan seraya berkata, "kau memohon demi pria lain? Aku hampir gila mendengar permohonanmu."

Air mata mengalir di pipinya, begitu tak terkendali dan tiada hentinya. Athena menghapus kasar air mata itu serta mengatakan permohonan dengan Terpatah-patah.

Dadanya naik turun setiap kali menangis, ia menundukkan kepalanya, tak sanggup menatap Andreas. "Kumohon." Suaranya parau, tangan kirinya terus mengusap air mata yang mengalir tanpa henti.

Andreas melonggarkan tangannya yang menggenggam pergelangan tangan kanan Athena. Ia menghela napas frustrasi, mencoba menstabilkan emosinya.

"Tidak." Tegasnya segera mengangkat tubuh Athena dan ia bawa masuk ke dalam istana Emerald.

Roderick ... Lagi-lagi kamu pertaruhin nyawa untuk aku, batin Athena dengan hati yang terasa ditusuk oleh panah.

***

Malamnya Athena menangis, ia tidak tega jika mengingat Roderick akan diberikan hukuman mati oleh Andreas. Kenapa malah gini sih, aku stress jadinya, batinnya mengacak rambut kesal.

Ia menatap kedua tangannya, "penyihir tingkat S memang gak berguna! Masa giliran kaya gini aku gak bisa teleportasi!"

Athena menghela napasnya kasar, menutupi wajah dengan selimut, berguling ke sana kemari, gelisah akan akhir Roderick. "Aku harus apa?" Kamarnya terkunci dari luar oleh Andreas membuat Athena semakin frustrasi dibuatnya.

Ia segera bangkit, mengetuk kencang pintu kamarnya, memanggil nama Andreas berulang kali dengan nada lirih. Athena tak sanggup berteriak karena dirinya terlalu banyak menangis membuat tenggorokannya kering.

"Nona," panggil Marin dari luar kamar.

"Marin! Kamu bisa buka pintunya?" tanya Athena antusias.

"Maaf, saya tidak bisa, tapi saya membawa berita baru."

"Jangan beritahu aku jika itu buruk," ungkapnya dengan lemah terduduk di lantai serta menyenderkan tubuhnya pada pintu.

"Dengarkan terlebih dahulu Nona. Aku mendengar rumor dari para penjaga bawah tanah, mereka bilang pria tadi yang akan diberi hukuman mati menghilang dari selnya."

Athena berdiri dengan terkejut lalu bertanya, "jadi pria itu gak jadi dibunuh?"

"Iya Nona. Mereka bilang sebelum pria itu menghilang, Yang Mulia mendatanginya dan berbicara tak begitu lama. Mungkinkah Yang Mulia membebaskannya karena permohonanmu Nona?" Marin penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya.

"Baiklah Marin, terimakasih atas informasinya, kembalilah ke kamarmu."

"Baik Nona, selamat malam."

"Selamat malam juga!"

"Aku tidak diberi ucapan itu?" tanya Andreas yang telah berdiri di belakang Athena membuat si empu terkejut, jantungnya berdegup begitu kencang.

"Kamu bikin aku kaget!" Athena memegangi dada kiri sembari menstabilkan pernapasannya.

"Berikan aku ucapan seperti tadi." Matanya begitu sayu menatap Athena, ia memegang kedua pipi Athena agar si empu menatapnya.

"Ehm sebelum itu makasi--"

Andreas menutup mulut Athena dengan tangan kanannya. "Aku tidak ingin membahas soal tadi, berikan aku ucapan selamat malam."

Athena menganggukkan kepala membuat Andreas segera melepaskan tangannya dan kembali memegang lembut pipi Athena.

"Selamat malam dan tidurlah yang nyenyak, Andreas."

Andreas tersenyum simpul, mengecup singkat kening Athena dan menghilang dalam sekejap mata. Dia datang hanya untuk meminta dan melakukan beberapa hal saja agar emosinya dapat terkendali.

Athena memegangi bekas kecupan di keningnya. Heran akan perilaku Andreas yang tampak marah tetapi ingin sedikit bermanja.

"Setidaknya satu masalah selesai," gumamnya lalu berjalan menuju pintu balkon yang terkunci. Yap, Athena benar-benar terkurung daripada sebelumnya.

Rasanya pengap jika seluruh pintu dan jendela terkunci, Athena biasa tertidur dengan pintu balkon terbuka.

Tidak khawatir akan bahaya karena pengawasan istana begitu ketat. Apalagi kamar Athena, tidak terhitung berapa banyak ksatria bayangan yang menjaganya.

**********

Terimakasih telah membaca.

Am I the Reincarnation of a Goddess? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang