003. Bukankah Aku ....

8 5 0
                                    

23.00
Minggu, 22 September 2024
2262 kata

Enjoy!

🌒👑🌘

"Kerahkan seluruh pasukan! Lindungi Pangeran Arran! Jangan sampai ras Iblis menemukannya. Kita jaga harta berharga kita. Meskipun nyawa yang menjadi taruhan. Semuanya, bersiap!" komando seorang pria dengan perisai. Ia mengacungkan pedang tinggi-tinggi. Mengembangkan sayap putih bersihnya. Lantas terbang menuju barisan terdepan.

Ia mengambang di udara dengan gagah. Menatap pasukan musuh dengan mata tajam. Sementara pasukan dari berbagai ras berjejer rapi di belakang. Tak sedikit pula yang terbang mengambang rendah di atas.

"Serahkan hak kami. Dengan begitu perang tak berguna ini tak perlu terjadi," ucap pemimpin Iblis dengan lantang. Barisan hitam itu terlihat sudah sangat siap.

"Tidak akan pernah! Kami lebih memilih mati daripada harus menyerahkan harta kami kepada kalian!" balas pemimpin dari ras beraneka tersebut. Ia sudah siap dengan pedangnya.

"Jika itu maumu, baiklah," ucap pemimpin Iblis sembari menggeram marah. "Pasukan, serang mereka! Bunuh mereka semua!"

"Demi Tuhan!" Arran terbangun.

Dadanya naik-turun tidak karuan. Peluh mengucur basahi kening. Iris hijau cerah miliknya tampak was-was. Ia mengusap kening. Refleks terduduk begitu terbangun dari mimpi buruk.

Ia terpaku sejenak. Mengedarkan pandangan menyapu sekitar. Ia terbangun di tengah-tengah hutan rimbun. Kondisi sinar matahari yang sedikit menerobos ke dasar. Hingga Arran tahu bahwa sekiranya ini siang hari. Ada sesuatu yang aneh. Namun, Arran tak mengerti hal apa yang terasa aneh di pikirannya.

Arran melotot sejenak. Meraba lehernya yang seketika digerayangi rasa kelu. Tubuh Arran menegang. "B-bukankah aku ...," ucapnya tercekat, "s-sudah m-mati? T-tapi ini—"

Arran memandangi telapak tangannya. Kemudian beralih menatap rimbunnya pepohonan. Membuang napas panjang. "Bagaimana mungkin?"

Ia menurunkan telapak tangan. Menatap kosong ke depan. Ada satu hal lagi yang terasa kurang. "Chloe! Kak Chloe di mana? Chloe!" Arran bergegas bangkit begitu teringat akan kakaknya.

Menyusuri hutan sendirian. Pakaiannya sudah robek dan kotor oleh darah, juga tanah basah. Namun, Arran tak begitu memedulikan itu. Bahkan ia melupakan sejenak mengapa ia kembali hidup. Apalagi mimpi aneh itu. Benar-benar hilang tak berbekas. Digantikan kekhawatiran akan Chloe.

"Chloe! Kenapa kau pergi lagi, huh? Bagaimana jika serigala itu menemukanmu? Chloe! Kembali kubilang! Aku khawatir padamu!" teriak Arran hingga urat-urat lehernya bertonjolan. Mata hijaunya memanas. Rasa sesak mengimpit dada. Perasaan kehilangan memenuhi hatinya.

Arran jatuh berlutut. Telapak tangan menapak pada tanah lembab. Air mata bercucuran. Rasa sesak mendominasi dada. Hingga ia kesulitan untuk bernapas. Arran mengangkat dadanya. Menarik napas dalam-dalam. Berteriak sekuat yang ia bisa, "CHLOE!" Suaranya menggema ke seluruh hutan.

Arran terengah seusai berteriak. Menunduk, tubuhnya terasa lemas. Seluruh emosi ia luapkan. Air mata tak henti basahi pipi. Sesenggukan. Berharap dengan itu, Chloe bisa mendengar suaranya. Tak peduli jika teriakannya mengundang binatang buas. Namun, ada yang aneh dengan hutan ini.

Mengapa tak ada burung liar yang terusik? Hutan ini sangat sunyi. Seakan tak ada kehidupan selain pepohonan yang tumbuh rindang. Akan tetapi, Arran telanjur tak peduli. Sekarang, yang ada di pikirannya hanyalah Chloe.

Arran masih dalam posisi berlutut hingga suara auman terdengar memekakkan telinga. Bukan, itu bukan auman singa atau pun harimau. Ini terdengar berbeda. Arran tak mengenal suara apa itu. Suara gerhaman itu terdengar makin dekat.

O1 || ARRAN : The Lost PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang