26: Puncak Hilangnya Harapan 3

444 85 16
                                    



















#POV SHANI

Aku mendapat Pertanyaan yang menusuk hati, namun aku terlalu tertekan untuk segera menjawabnya.

Saat dia bertanya, "Kak Shani benar-benar cinta dengan Gito atau tidak?", aku hanya bisa mengangguk. Rasanya bibirku terkunci, berat sekali untuk sekadar mengatakan "iya" dengan jelas.

Namun, sebelum aku bisa benar-benar meresapi emosiku, Chika kembali melontarkan pertanyaan yang lebih mengejutkan.

"Lalu siapa Marchel itu, Kak?"

Jantungku berdebar lebih cepat. Marchel? Bagaimana Chika tahu soal Marchel?



Flashback





Gito masih sibuk dengan laptopnya, tatapan seriusnya tidak teralihkan sama sekali. Sementara di sofa, Chika semakin kesal karena merasa diabaikan. Dia sudah mencoba segalanya untuk menarik perhatian Gito, bahkan mulai menggoda sahabatnya dengan candaan dan gombalan, tetapi hasilnya nihil.

"Git, lo beneran lebih cinta sama laptop itu daripada gue?!" Chika bercanda, berharap Gito akan menanggapinya dengan setidaknya sedikit perhatian.

Tetapi Gito hanya menggelengkan kepala tanpa sepatah kata pun. Tangannya tetap mengetik, seolah-olah Chika tak ada di ruangan itu.

Chika mengembuskan napas keras-keras, merasa kesal dan frustrasi.

"Ya ampun, Git, lo emang dari dulu gitu-gitu aja, ya. Gue harus apalagi sih biar lo liat gue?!" katanya dengan nada mengeluh. Tapi Gito hanya menggumamkan sesuatu yang tak jelas, masih tak peduli.

Chika menatap Gito lama-lama, lalu mengalihkan pandangannya ke arah kamar mandi. Dia memutuskan untuk pergi ke sana tanpa mengatakan apa pun, berharap ketika kembali nanti, Gito sudah sedikit lebih santai. Tapi dia tahu dalam hati, kecil kemungkinan hal itu terjadi.

Begitu kembali dari kamar mandi, Chika melihat ponselnya tidak ada. Dia mulai mencari-cari di seluruh ruangan, tapi tetap tak menemukannya.

"Git, lu liat hape gue enggak?" tanyanya, merasa kesal karena ponselnya menghilang.

Gito, lagi-lagi, hanya menggeleng tanpa menoleh.

Chika yang semakin frustrasi mengambil ponsel Gito dari meja dan menekan nomor teleponnya sendiri untuk mencari di mana ponselnya berada.

Tak lama, suara dering ponselnya terdengar, menandakan bahwa benda itu tertinggal di bawah bantal sofa tempat dia duduk tadi.

"Hp lo tuh," kata Gito, akhirnya bersuara, tetapi masih tak beralih dari laptopnya.

Chika membalas dengan nada kesal,

"Ya iyalah, ada bunyinya, dasar kulkas!" Dia tertawa kecil, tapi hatinya tetap kesal karena Gito sama sekali tak memperhatikan dirinya.

Saat Chika hendak mengembalikan ponsel Gito, tiba-tiba notifikasi pesan muncul. Pesan itu berasal dari nomor yang tak dikenal, tanpa nama, hanya sederet angka.

Rasa penasaran mulai muncul di benaknya. Pesan itu terlihat seperti spam terkirim begitu banyak, tetapi setelah diperhatikan lebih lanjut, isinya cukup mencurigakan-terutama ketika dia melihat banyak foto Shani di sana.

Matanya membesar, terkejut. Chika mulai menggeser layar ponsel, melihat foto-foto lain yang muncul.

Ada foto Shani bersama seorang pria yang tak ia kenali, dan mereka tampak sangat akrab. Perasaan bingung menyelimuti Chika, karena ini jelas bukan foto yang diambil secara sembarangan.

CERITA DIBALIK KONTRAK (GITSHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang