4

152 21 14
                                    

Sampai dikantor, Airin langsung berganti pakaian untuk menemui tamu dari Australia. Sedangkan Chandra menunggu Jin sambil melihat-lihat kantor.

Beberapa saat kemudian. Airin dipanggil Jin ke ruangannya.

"Adikku akan mulai bekerja di kantor, dia butuh mentor untuk setiap tugasnya. Karena itu... Aku tugaskan kamu jadi asistennya sementara."

"Apa?" Pekik Airin melebarkan matanya.

"Ada masalah?" Tanya Jin menatap Airin yang segera menggeleng.

"Tentu, Tuan. Apapun perintahmu, tapi..."

"Tapi?"

"Jujur aku merasa dia terlalu cerewet dan tidak bisakah aku tetap jadi asisten anda dan Ken jadi asistennya?" Tanya Airin dengan mata yang penuh harap.

Jin terdiam menatap manik mata yang sangat indah itu.

"Hmm, hanya kamu yang kuanggap mampu menjadi mentor Chandra. Dia butuh orang berdedikasi dan berani sepertimu." Jin menyentuh pundak Airin yang hanya mengangguk pasrah. "Kamu akan terhibur dengannya. Maksudku, dia itu lucu. Pasti tidak akan membosankan."

"Ah, iya. Semoga saja, Tuan." Airin tersenyum pasrah dan menoleh pada lelaki yang datang ke ruangan itu.

"Chandra, kamu akan didampingi Airin sebagai mentor Dan tolong ikuti semua arahan dia. Paham?" Jin menatap adiknya yang tersenyum.

"Paham, Kakakku."

"Ayolah, berhenti bercanda. Airin akan menentukan hidupmu. Ingat itu." Ucap Jin pada adiknya.

"Benarkah?" Chandra menundukkan wajah dan menatap Airin yang hanya menarik nafas dalam. "Kita lihat siapa yang ditentukan hidupnya di antara kita. Aku yang menentukan masa depanmu, atau kamu yang menentukan masa depanku, gadis kecil."

Airin memalingkan wajahnya dan menggeleng kesal, ia memang tidak memiliki selera humor yang baik. Sementara itu, Chandra sangat suka bercanda dan menggoda. Ia pasrah harus menemani Chandra yang banyak bicara, padahal terbiasa dengan Jin yang dingin dan cuek.

*****

Keesokan harinya, Airin datang ke rumah Grisham seperti biasa. Menyapa para pelayan, menyapa nyonya besar dan nyonya muda, lalu menuju kamar tuannya.

Pintu terbuka dan Airin tersenyum.

"Pagi, Tuan." Sapanya dengan manis.

"Kamu di sini? Bukankah kamu bertugas untuk Chandra?" Tanya Jin heran.

"Ya ampun, iya. Maaf saya lupa. Permisi, Tuan." Airin tersenyum dan meninggalkan Jin yang terus menatapnya. Ia berdiri di depan pintu kamar Chandra dan lelaki itu keluar.

"Sedang apa kamu di sini?"tanya Chandra heran.

"Aku asisten anda, jadi seperti ini setiap pagi, sama seperti pada Tuan Jin." Jawab Airin.

"Ok, apa tugasku hari ini?" Tanya Chandra.

"Jam 07.00 Anda fitness bersama Tuan Jin, lalu mandi, lalu sarapan dan berangkat ke kantor."

"Baik, temani aku olahraga." Katanya menuju ruangan di mana Jin sudah memulai aktivitas membentuk tubuhnya. " Kak, apa dia selalu mengikutimu?" Bisik Chandra.

"Begitulah. Dia akan seperti bayanganmu. Kemanapun mengikuti."

"Oh, ya? Ke mana saja?" Tanya Chandra lagi.

"Ke kantor, ke semua tempat. Kecuali... Ke toilet." Kekeh Jin sambil tertawa pelan.

Keduanya tertawa dan menoleh pada Airin yang sibuk membaca berita melalui tablet yang digenggamnya.

Cinta Yang Dititipkan (Jinrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang