part 11

291 0 0
                                    

Hari ini adalah hari kelulusan bagi wiwi, nia, novi, boby, ika dkk. Mereka sangat berbahagia dengan hasil yang mereka raih. Mereka menemui semua guru untuk berterima kasih tak terkecuali sang kepsek yang telah menyesatkan hidup mereka itu. Boby yang perlahan mulai melupakan rasa cintanya dengan novi memutuskan untuk mencari istri yang benar-benar serius di kemudian hari sehingga kini ia memilih untuk single berbahagia saja. Wiwi merasa bahwa bebannya yang harus selalu memuaskan hasrat kedua bandot tua sekolah ini telah usai, dan ia pasti aku merindukan mereka nantinya. Novi yang saat ini tengah mengandung anak pak trisno di usia kandungan ke-9 turut merayakan hari kelulusannya namun ditemani oleh pak trisno dari kejauhan, ia hanya dapat melihat teman-temannya berpesta pora dari kejauhan. Nia dan ika bergembira bahwa usahanya dalam beberapa bulan ini membuahkan hasil yaitu mereka berhasil ‘hijrah’ menjadi wanita baik-baik dengan mengenakan pakaian yang serba tertutup dan dilapisi dengan jilbab panjang nan indah.


Novi

Ya hari ini adalah hari kelulusanku, aku bangga namun juga sedikit khawatir, karena dalam hitungan minggu aku akan melahirkan anak hasil ‘hubungan gelap’ ku dengan pak trisno, walaupun pada masa kehamilanku yang kedua, pak trisno menemuiku dan meminangku, yang dengan sangat jelas ditolak mentah-mentah oleh kedua orang tuaku, kedua orang tuaku murka dan mengusirku dari rumah. Hingga akhirnya aku tinggal di salah satu rumah kontrakan pak trisno, disitu beberapa minggu sekali ia meminta ‘jatah’ walaupun ia mengetahui bahwa aku tengah mengandung anaknya. Akhirnya aku dan pak trisno memutuskan untuk menjalin ’kawin kontrak’ dengan perjanjian apabila anak yang kukandung ini telah lahir maka anak ini akan diambil oleh pak trisno dan diasuh oleh beliau dan istri-istri beliau lalu aku akan diberikan uang modal hidup dan sebuah rumah di daerah perkotaan yang berada tidak jauh dari tempat tinggalku sekarang.

Hari persalinan telah tiba …

“Hueekkk…huuueekkk…hueeekk” terdengar suara tangisan bayi mungil yang digendong oleh suster sedang menangis dalam pelukannya. Kulirik keluar sudah ada pak trisno bersama kedua istrinya yang terlihat sangat tidak suka dengan kehadiranku, mereka berdua menatapku sinis. Saat aku hendak melihat anakku, pak trisno menahan suster tersebut dan meminta agar aku tak melihat anakku sendiri. “Gak perlu kamu liat, nanti kamu tidak rela, nih uang dan kunci rumah untuk kehidupanmu berikutnya” ucap pak trisno sembari memberikan selembar cek uang miliaran rupiah dan sebuah kunci rumah. Aku terbaring lemas di kasur pasien ini. Aku merasa hidupku sudah tak memiliki arah lagi, ingin saja rasanya aku mengakhiri hidupku, namun aku mengurungkan niat itu, aku bertekad hendak memperbaiki diriku yang telah rusak ini.

Ika

Aku, nia, wiwi dan juga boby berkuliah di satu universitas yang sama, kami sering hangout bareng hanya sekedar melepas penat dan berbagi cerita. Hidup yang kujalani saat ini benar-benar terasa tentram dan aku hidup diantara orang-orang yang patuh pada agamanya. Di kota tempat kami berkuliah ini, aku tinggal satu kontrakan dengan nia dan seorang akhwat forum,yaitu aliyah. Aliyah adalah gadis dengan perawakan bertubuh kecil dan berwajah manis, setiap ikhwan yang melihatnya pasti sangat ingin ‘meminangnya’. Aku dan nia sering terpesona terhadapnya karena sikap ramahnya yang sungguh menyejukkan hati. Hari ini katanya boby hendak berkunjung ke kontrakan kami. “Tok tok tok” terdengar suara ketukan pintu, aku bergegas hendak membuka pintu depan namun sudah keduluan aliyah yang kebetulan sedang berada di dapur. “Eh cari siapa ya mas?” ucap aliyah. “Maaf, ika dan nia nya ada tidak ya?” Tanya boby.

“Oh mbak ika dan nia, ada kok mas sila duduk dulu” ucap aliyah ramah, aliyah bergegas meninggalkan boby di ruang tamu dan menuju dapur “Itu temannya ukh” ucapnya singkat. “Eh udah sampai bob, susah gak cari rumah ini?” tanyaku ramah. “Ah enggak kok, si nia man aka?” tanyanya. “Oh nia masih ada kuliah katanya tadi” jawabku, kulihat boby seperti melirik-lirik ke arah dapur seolah mencari keberadaan aliyah. “Hush bob!” aku mengagetkannya. “Liat apa atuh bob?” tanyaku. “Itu temenmu ya? Cantiknyaaa” bisik boby. Tak lama, aliyah datang membawakan dua gelas teh hangat. “Sila diminum ukh, mas” ucap aliyah ramah. Lalu ia masuk ke kamarnya. “Heh bob! Heh!” ucapku pada boby yang seolah tak berkedip melihat aliyah. “Jangan bengong! Masih murni anak orang itu, jangan dibobol ya, kalau mau halalin gih, eaakhlah” candaku. “Bobol bobol! Emangnya aku PK hah?” ucapnya sebel. “Jadi dari masa SMA, hingga sekarang kamu dan nia udah gak pernah ‘gituan’ lagi lah ya?” seketika arah pertanyaan boby berubah.

💖Skandal Sekolah Pelosok💖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang