Lebih Dari Yang Kusangka

2 0 0
                                    

     Philip duduk di bangku taman sekolahnya, menikmati sinar matahari pagi di jam istirahat sambil menyeruput mi-nya. Menunggu kedatangan sahabatnya, Renata, yang mungkin masih membeli makanan di kantin, atau sedang dalam perjalanan ke Philip.

     "Dorr! Menunggu lama ya?" Renata muncul dari belakang Philip dengan tiba tiba, dengan es krim di tangannya, mengagetkan Philip sambil tersenyum cerah.
"Enggak kok", kata Philip sambil menepuk nepuk bangku taman di sebelahnya- maksudnya menyuruh Renata untuk duduk di sebelahnya.

     Philip sangat senang bersama Renata, saat dia menceritakan tentang Jenny kepada Renata, matanya bersinar dan senyum di wajahnya tak pernah luntur.
"Kamu bersemangat sekali sih tiap menceritakan tentang Jenny," kata Renata sambil tertawa kecil.

     Di sisi lain, Jenny adalah siswi kelasnya Philip, ia cantik dan ceria, ramah sekali sifatnya. Temannya banyak karena ia seorang yang nyaman untuk diajak bicara. Sudah jadi rahasia umum perasaan Philip terhadap Jenny. Semua orang tahu itu. Jenny sendiri pun juga tahu.

     Tapi, akhir akhir ini Jenny bersikap sedikit aneh. Dia sering memberikan kode kalau dia tidak memiliki perasaan yang sama terhadap Philip. Sampai suatu saat, Jenny terang terangan membicarakan tentang laki-laki lain yang dia suka.

     Tapi anehnya, Philip tidak merasa sedih. Saat Jenny bercerita tentang laki-laki lain sambil tersenyum bahagia, Philip tidak merasa sedih, dia justru tersenyum.
Ini aneh, pikirnya... Kenapa dia tidak merasa sedih? Kenapa dia tidak merasa kecewa saat "crush"nya menunjukkan senyum bahagia untuk laki-laki lain? Bukankah seharusnya ini momen yang sangat dia takutkan? Bukankah seharusnya dia merasa dunianya hancur...?

     Dia merenungkan hal itu dalam perjalanan pulangnya. Dalam perjalanannya bersama Renata. Sambil Renata masih berceloteh menceritakan hal hal kecil, dengan candaan. Walau pikirannya kosong, suara dan tawa Renata terasa seperti melodi yang menenangkannya.

     Tiba-tiba langkah Philip terhenti. Dia menyadari sesuatu. Dia menyadari, tiap ia bercerita, dia merasa bahagia bukan karena Jenny, melainkan Renata. Bukan topiknya yang dia sukai, melainkan waktu bersama Renata. Ceria dan semangatnya itu bukan tiap dia menceritakan Jenny, tapi tiap dia bercerita pada Renata. Yang ia senangi adalah momen momennya bersama Renata. Reaksinya, tawanya, caranya mendengarkan cerita Philip dengan baik, ekspresinya yang tetap cantik meski dia diam saja, dan responnya yang manis sekali saat Philip menjahilinya.

     Hatinya berdegup kencang.
"Kenapa, Lip?" Tanya Renata, melihat Philip yang berhenti.
Kevin mengubah arah pandangannya, kini ia menatap sosok gadis berkacamata yang sedang menatapnya juga dengan kebingungan. Di bawah sorot sinar matahari sore yang menembus pohon pohon sisi jalan, ia terlihat sangat cantik lebih dari biasanya.
"Renata," kata Philip
"Aku sangat menyukai saat ini." Kalimat itu keluar begitu saja, tanpa berfikir, tanpa persiapan.
Renata tersenyum tipis, "Maksudnya?"
Philip merasa gugup. Tiba tiba postur tubuhnya tegap tanpa ia sadari.
"Aku...aku senang bersamamu. Aku senang caramu mendengar celotehan ku, caramu merespon ku dengan manis. Aku menyukaimu, Renata." Jantungnya berdegup kencang. Namun dia merasa lega seolah olah akhirnya melepaskan sesuatu yang sudah lama ia pendam.

       Di bawah sorot sinar matahari sore yang hangat, Philip baru menyadari, selama ini, yang membuat hari harinya cerah, yang membuatnya bahagia bukanlah gadis yang dia kagumi dari kejauhan. Bahwa perhatian dan perasaanya selama ini adalah untuk Renata, yang sudah ada tepat di sampingnya

Lebih Dekat Dari Yang Kusangka || CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang