51 : Hello, Bitch! 🖤

301 26 17
                                    

"Aku merasa sebagai selingkuhanmu." Jeno mendengus begitu Jia masuk ke dalam mobil miliknya. Dia kesal kenapa Jia baru akan pergi dengannya ketika Haechan sedang memiliki jadwal lain.

Jia mengusap tengkuknya dengan ringisan kaku. "Maaf,"

Setelah acara award selesai, Dream mendapat jatah libur selama hampir sepekan sebelum persiapan world tour. Hari ini Haechan memiliki jadwal dengan 127, membuat Jia bisa kemanapun dengan bebas tanpa Haechan tahu.

Jeno menghela nafas saja, berusaha meredamkan kecemburuannya. Lagi pula kecemburuannya tidak akan mengubah apapun.

"Aku membeli sandwich dan stroberi di jok belakang. Ambillah, kau pasti belum makan." kata pria itu setelah membuang perasaan tidak menyenangkan dalam dadanya.

Jia lantas memutar kepalanya ke belakang. Di tempat tersebut terdapat dua buah paperbag.

"Eoh, gomawo Oppa." Jia memang belum sempat sarapan. Haechan pergi ke perusahaan di pagi buta, membuat mereka tidak sempat sarapan bersama. Itupun Haechan bangun sedikit terlambat.

"Oppa, kau sudah makan?" tanya Jia. Terdapat dua buah sandwich di box tersebut, sebuah susu pisang dan satu box stroberi.

"Aku sudah makan."

"Kenapa ada dua sandwich?"

"Untukmu semua."

Jia meringis. "Satu sandwich dengan susu saja sudah cukup mengenyangkan untuk sarapan."

Jeno menyungging tipis. "Kau harus makan banyak untuk menambah energimu."

Jia menghentikan kunyahan di mulutnya, membuat pipinya menggembung lucu. "Apha? Inhi sudhah cwukhup hunthuk enwerghikhu." ucapnya tidak begitu jelas.

Jeno tidak menjawab. Dia hanya tersenyum saja sambil menatap jalanan lurus di depan.

Senyum Jeno tampak aneh. Jia menatap pria itu dengan kedua alis menaut dalam. Kira-kira, apa yang di pikirkan oleh pria itu?

Jia telah menelan makanannya dan meminum susunya, kemudian lanjut menyantap stroberi segar.

"Oppa, mau stroberi?" Jia mengulurkan buah itu kepadanya.

Jeno meringis melihat benda itu. "Aku tidak suka asam."

"Ini manis, loh."

"Baiklah," Jeno akhirnya membuka mulutnya. Baru beberapa detik mengunyahnya, badannya bergidig dengan kedua matanya menyipit.

"Ya, kau bilang ini manis?" protesnya.

Jia menyengir. "Bagiku tidak terlalu asam."

Tepat saat di lampu merah, mobil tersebut berhenti. Jeno mengulurkan tangannya untuk menarik tengkuk gadis itu yang tengah sibuk mengunyah buah asam itu.

"Hmmmmpp," Jia mendelik terkejut dengan aksi tiba-tibanya.

Jeno tersenyum miring. "Ini baru manis." katanya dan kembali mengulum bibir itu dengan singkat. Jeno tidak bisa berlama-lama karena lampu akan segera berubah.

"Aku terkejut, tahu." Jia mendengus.

Jeno tersenyum saja saat kembali menjalankan mobilnya.

"Omong-omong, kita mau kemana?" tanya Jia.

"Enaknya kemana?" Jeno malah bertanya balik.

Jia kontan membulatkan matanya. Jadi sejak tadi, Jeno tidak tahu harus kemana?!

"Oppa, kau sudah mengemudi lebih dari setengah jam, dan kau tidak tahu tujuanmu kemana?!" Jia menganga.

Jeno terkekeh. "Bercanda~ aku ingin bersepeda lagi denganmu."

POISON [LEE HAECHAN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang