“Sayang? Kenapa kau baru pulang pagi? Kau tidak melakukannya dengan wanita itu, kan?” Chesa menatap suaminya penuh curiga.
“Maafkan aku, Ches. Semalam aku akan pulang, tapi mama menahanku. Dia mengajakku untuk mengobrol sebentar sambil meminum kopi. Tapi mana ku tau jika didalam kopi itu sudah dia campurkan dengan obat perangsang.”
Chesa menatap penuh murka suaminya yang saat ini menunduk didepannya.
“Aku kecewa sama kamu, Mike!! Kau mengkhianati ku! Kau sudah berjanji jika hanya aku yang menjadi satu-satunya, dan hanya aku yang berhak dalam hidupmu! Kau berjanji bahwa dia hanyalah istri diatas kertas! Tapi apa ini? Kau membiarkan nya melakukan hal itu denganmu?!”
Mike hanya diam, menerima setiap kata-kata kasar yang dilontarkan oleh sang istri. Dia memang bersalah disini.
“Maafkan aku...” ucap Mike kepada sang istri, membuat Chesa menatapnya dengan tatapan tajam, sebelum pada akhirnya meninggalkan suaminya yang diam-diam tangannya terkepal erat, matanya memerah menahan marah dan dendam terhadap Helina.
‘Ini semua karena mu, Helina!’
🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾
Mike berjalan melewati lorong rumah sakit dengan perasaan marah, menghampiri seorang pemuda yang duduk dikursi tunggu tepat didepan salah satu ruangan yang ada disana.
"BASTIAN!"
Dengan kasar Mike menarik tangan putranya itu hingga pemuda itu berdiri, membuat Bastian menatapnya datar.
Dilihatnya terlebih dahulu situasi, yang terlihat sepi tidak ada satupun orang disana selain mereka, kemudian dia mulai berbicara.
"Apa yang kau lakukan, hah?! Kenapa kau membawa anak itu ke rumah sakit?! Biarkan saja dia mati di sana, tidak usah mencoba untuk menyelamatkannya!" Bentak Mike, dengan suara pelan namun sangat menekan, ditambah lagi dengan tatapan tajamnya yang amat menusuk.
Baginya Gamaliel hanyalah sebuah kesalahan, kelahiran anak itu sama sekali tidak diharapkannya. Gamaliel tidak ada artinya baginya.
Jika saja tidak berpikir tentang nama baiknya didepan publik, sudah tentu dia telah membuang anak itu ke jalanan setelah istri keduanya tiada.
Dia tidak sudi memiliki anak dari istri keduanya itu.
"Aku tau Daddy membencinya. Aku tau bagi Daddy dia bukan siapa-siapa." Bastian mulai bersuara.
"Aku juga membencinya, dad. Tapi..." Bastian menggantung ucapannya, kemudian menatap sang Daddy dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
"Daddy bilang ibunya adalah seorang pembunuh karena sudah membunuh Mami. Daddy sebut dia dengan sebutan seorang anak dari pembunuh. Tapi jika Daddy membunuhnya, maka julukan seorang pembunuh itu akan berganti padaku, karena ayahku telah membunuh seseorang!" Sambungnya.
"Aku tidak ingin Daddy membunuh siapa-siapa," ujarnya membuat Mike tertegun. Pria itu menutup mulutnya rapat-rapat setelah mendengar apa yang sudah dikatakan oleh sang anak.
'Didunia ini, hanya aku saja yang tau. Entah Bastian atau siapapun itu, tidak ada yang boleh tau.'
(•ө•)♡
Bastian kini berdiri sambil memandang ke arah Gamaliel yang saat ini masih belum juga sadarkan diri.
'Ck, aku kenapa sih?' dia merasa kesal dengan dirinya sendiri. Dia sedari tadi berencana untuk pulang saja, tetapi kakinya seperti di lem, sehingga dia tetap disana tanpa beranjak sedikitpun.
Kata dokter, keadaan punggung Gamaliel saat ini sangat parah, ada banyak luka di punggungnya, hingga ada yang dijahit akibat cambukan itu. Walaupun dibetis dan tangan juga banyak, namun di punggungnya yang lebih parah.
Mungkin karena itu adalah perbuatan daddy nya lah yang membuat Bastian enggan pergi kesana. Dia takut anak itu meninggal dan Daddy nya menjadi seorang pembunuh.
"Kamu kalau mau mati, ya sudah mati saja. Tapi jangan sampai kamu mati ditangan daddy ku!" Ucapnya, sambil memandangi wajah pucat Gamaliel yang tidak sadarkan diri itu.
Ini sebenarnya adalah kesempatan yang bagus untuknya agar menyingkirkan Gamaliel, mengingat hanya ada mereka berdua diruangan itu.
Namun disatu sisi dia tidak ingin menjadi pembunuh, jikapun Gamaliel harus tiada, maka jangan sampai dia tiada ditangannya ataupun ditangan daddy nya.
"Permisi, saya ingin memeriksa kondisi pasien," seorang dokter masuk ke ruangan itu, membuat Bastian keluar dari sana tanpa sepatah katapun.
Pokoknya apapun yang terjadi selanjutnya dia tidak ingin tau menahu lagi, apapun kondisi Gamaliel, dia tidak ingin mendengar apapun.
▪️◾◼️⬛◼️◾▪️
Gamaliel tersadar, matanya yang awalnya hendak terbuka, kini kembali tertutup rapat sambil mengeluarkan ringisan kecil dari mulutnya.
'Sakit sekali ya Tuhan,' batinnya sambil meremas guling, karena posisinya saat ini tengah menyamping, jadi dokter menaruh guling disana agar dia merasa sedikit nyaman.
Tetesan air mata keluar, ketika merasakan sakit yang teramat perih dari punggungnya dan beberapa bagian tubuh yang lain.
Dia pikir dia akan mati ditempat, karena cambukan itu sangat menyiksa dirinya. Tapi siapa yang membawanya ke rumah sakit?
'Siapa yang bawa aku kesini? Apa mereka terus membiarkanku hidup agar bisa merasakan penderitaan yang berkepanjangan?' batinnya senduh.
Dadanya terasa sesak karena menangis, tubuhnya bergetar hebat, ingin sekali dia berteriak, namun terisak saja dia menahannya.
'Seharusnya mereka membiarkan ku mati saja, biar aku bisa bertemu dengan Mommy dan bertanya padanya tentang yang sebenarnya terjadi!'
Dia benci dirinya karena dia lemah. Baik secara fisik maupun secara mental. Dia ingin sekali melawan dan membalas setiap pukulan yang diberikan oleh Daddy nya.
Tapi melihat wajah itu marah saja nyalinya sudah ciut, bagaimana bisa membalas?
🕯️🕯️ 🕯️
"Kamu kenapa menunggu anak itu sampai pagi begini, hm?" Jam delapan pagi Bastian tiba di mansion, tapi ternyata Daddy nya masih belum berangkat kerja.
"Aku hanya was-was saja, jika anak itu tiba-tiba saja menghembuskan nafas terakhirnya," jawab Bastian membuat Mike tersenyum.
"Dia tidak akan mati, tenang saja. Dengan hanya dicambuk, tidak akan membuat nyawanya melayang," ucap Mike sambil mengusap rambut anaknya.
"Tapi dia hampir saja mati, dad. Nyawanya sudah diujung tanduk!" Balas Bastian.
"Tapi tidak sampai mati, kan?" Bastian membuang nafasnya kasar mendengar hal itu.
"Jika daddy ingin menyiksanya, maka siksa saja mentalnya, jangan fisiknya. Jika daddy menyiksa fisiknya dan dia meninggal, maka Daddy akan jadi tersangka! Tapi jika mentalnya yang rusak dan dia bunuh diri sendiri, maka dia salah sendiri karena telah membunuh dirinya!" Mike terkekeh mendengar ucapan anaknya.
Katanya dia tidak ingin Daddy nya menjadi seorang pembunuh, tapi jika dengan menggunakan caranya, Daddy nya itu tetap akan menjadi pembunuh juga.
"Kamu pasti belum sarapan, kan? Ayo kita makan dulu. Daddy sudah menunggumu sejak tadi untuk sarapan bersama!" Mike mengalihkan percakapan.
"Daddy belum makan?" Tanya Bastian.
"Bagaimana mungkin daddy makan disaat anak daddy kelaparan," balas Mike sambil merangkul bahu sang anak, menuntunnya pergi ke ruang makan bersama.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Son Of A Murderer
Teen FictionCERITA INI HANYA TERDAPAT DALAM APLIKASI INI. JIKA ADA YANG MENEMUKAN YANG SERUPA DI APLIKASI LAIN, TOLONG LAPORKAN KEPADA SAYA. Peristiwa masa lalu yang tidak diketahui bagaimana kejelasannya, membuat Gamaliel hidup dengan title ' anak dari seorang...