Chapter 4 - 6

76 9 0
                                    

Chapter 4

Di kota abad pertengahan yang sibuk, Alice menjalani hari-harinya antara tugas keluarga dan waktu pribadi.

Pagi-pagi sekali, Alice sudah berada di rumah pedagang, tempat yang sibuk dengan berbagai barang dari negara jauh seperti Inggris dan Flanders. Ia membantu ayahnya, John si Pedagang, mengurus barang-barang dan transaksi.

Di rumah pedagang, banyak hal terjadi—ada negosiasi, transaksi, dan pekerja yang datang dan pergi. Alice menjalani tugasnya dengan baik, membantu mengatur segala sesuatu.

Namun, di tengah kesibukan itu, Alice sering pergi ke kebun belakang rumahnya untuk bersantai. Di kebun, ia merasa lebih tenang dan bisa menjauh dari kesibukan.

Selain mengurus rumah pedagang, Alice juga mengelola urusan rumah tangga lainnya. Ia bisa menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga dengan baik.

Saat Peter tidak ada, Alice sering menghabiskan waktu sendirian, merenung di bawah bintang-bintang dan merasa nyaman dengan rutinitasnya. Kebun menjadi tempat favoritnya untuk bersantai.

Saat malam tiba dan lilin kota menyala, Alice melanjutkan tugasnya dengan tenang, merawat kebutuhan keluarganya dan kebun rahasiannta, menjalani hidup dengan sederhana.

Chapter 5

Di tengah tuntutan tugas-tugas kebangsawanan dan harapan yang berat sebagai ahli waris, kunjungan Peter ke Alice menjadi momen langka yang sangat berharga. Namun, karena keinginan untuk melarikan diri dari batasan perannya, ia mulai merencanakan cara-cara halus untuk mencuri waktu.

Pada suatu sore, ketika matahari menciptakan bayangan panjang di halaman kastil, Peter memanfaatkan kesempatan singkat. Ia mengalihkan perhatian para pengawalnya dengan urusan kastil, berpura-pura sibuk, sambil diam-diam pergi menuju ke halaman belakang rumah Alice.

Dengan menyelinap melalui koridor kastil dan pintu tersembunyi, Peter tiba di pinggiran kastil tanpa terdeteksi. Di sana, kuda menunggunya untuk membawanya ke rumah pedagang.

Sesampainya di rumah Alice, Peter mengganti pakaian kebangsawanannya dengan pakaian sederhana yang membuatnya sulit dikenali. Ia memakai jubah sederhana dan warna-warna pudar, sehingga bisa bergerak tanpa menarik perhatian. Dengan langkah hati-hati, Peter mendekati kebun—tempat di mana gelar dan harapan tidak berpengaruh. Ia memanggil, "Alice!"

Alice muncul dengan penuh semangat dan kerahasiaan, siap untuk berbagi momen istimewa. "Peter," sapanya dengan lembut, "apa yang membawamu kemari hari ini?"

Peter tersenyum, "Aku butuh istirahat dari pekerjaan. Sungai di hutan terlihat seperti pelarian yang sempurna."

Mereka pergi bersama ke sungai hutan, jauh dari pandangan kastil. Di tepi sungai, mereka bermain-main dan tertawa, melepaskan beban dari dunia mereka. Suasana ringan dan ceria menggantikan keseriusan kehidupan mereka.

Saat mereka bermain air, salah satu cipratan air mengenai pakaian Alice, memperlihatkan sedikit siluet didalamnya. Peter merasa canggung dan dengan cepat menutupi Alice dengan jubahnya, sambil tersenyum malu.

Setelah bersenang-senang di tepi sungai, mereka duduk untuk memanggang ikan sungai yang baru ditangkap. Aroma ikan panggang mengisi udara saat mereka makan siang sederhana yang intim, berbagi tawa dan tatapan penuh makna.

Di bangku tua di tepi sungai, Peter mulai membuka diri kepada Alice tentang beban hidupnya. "Alice, sepanjang hidupku, aku selalu dianggap sebagai anak tidak sah. Ekspektasi yang ada mengharuskan aku tetap di belakang, tidak bersaing dengan saudaraku yang sah. Aku dikirim ke studi clerical sejak kecil, seolah-olah tanggung jawab sebagai ahli waris merupakan hal yang tidak mungkin untukku."

Under a Dimmed Sun - Bahasa Indonesia [R15]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang