Bab 9: The Girl He Loved

730 33 9
                                    


Sejak foto-foto gadis itu terpanjang di papan yang biasanya digunakan untuk menempel pengumuman seputar perkuliahan, Rasi sudah bisa menebak seberapa hebatnya gadis bernama Manisha itu. Hampir semua orang membicarakan Manisha. Sebagian besar membicarakan seberapa hebat Manisha yang berhasil mewakili kampus mereka dalam sebuah perlombaan tingkat Internasional di Belanda.

"Katanya sih itu semacam lomba peradilan semu, tapi ini versi internasionalnya. Gue denger-denger, dari region kita cuma Kak Manisha yang lolos sampai final di Belanda kemarin."

Itu adalah informasi yang diberikan oleh Hanami saat mereka berdua sedang duduk di kantin kampus. Rasi hanya menyimak dengan saksama dan enggan berkomentar meskipun kepalanya saat ini mulai memroses berbagai informasi yang didapatkannya dari Hanami.

"Kemarin tuh sebenarnya dia satu tim sama Kak Nigel. Mereka lolos ke tingkat Nasional. Tapi yang lolos sampai tahap final, ya, cuma Kak Manisha," lanjut Hanami.

"Oh jadi mereka udah kenal lama?" Akhirnya Rasi terlihat tertarik untuk menanggapi ucapan Hanami

Gadis blasteran Jepang itu menganggukkan kepala. "Kalau dari yang gue denger mereka udah deket dari semester awal. Katanya juga sih, orangtua Kak Nigel sama Kak Manisha temenan."

Tangan Rasi yang sejak tadi bergerak mengaduk bubur di atas mangkuk seketika berhenti. Tatapannya langsung terlihat menerawang ketika ia mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh Hanami kepadanya.

Orangtua Nigel dan gadis bernama Manisha itu saling mengenal. Rasi sudah kalah telak.

"Oh gitu...." Itu adalah tanggapan yang bisa diberikan oleh Rasi.

"Kok lo kelihatan nggak excited setiap bahas Kak Nigel, sih? Lo beneran udah move on ya?" Hanami menatap Rasi dengan kedua matanya yang menyipit.

"Mungkin," balas Rasi. "Lagian nggak ada gunanya juga bahas dia lagi."

Sejak awal Rasi kembali ke Indonesia untuk melanjutkan pendidikannya, gadis itu memang sudah berkomitmen untuk melupakan segala hal yang pernah mengikatnya bersama Nigel di masa lalu. Apalagi sekarang Rasi mengetahui bahwa ada gadis lain yang mungkin akan memulai cerita baru bersama Nigel. Rasi menjadi semakin tidak ingin membahas laki-laki itu.

"Tapi dari kemarin kelihatannya Kak Nigel masih ngejar-ngejar lo," cetus Hanami.

"Mungkin dia emang lagi bosen aja," balas Rasi.

"Feeling gue, kayaknya dia masih suka sama lo, deh," tanggap Hanami.

Rasi langsung mengembuskan nafasnya saat mendengar ucapan Hanami. Kalaupun Nigel masih menyukainya, gadis itu tidak akan membiarkan hubungan masa lalu mereka kembali mengusik hidupnya. Cukup satu kali saja, Rasi tidak ingin merasakan pengalaman yang serupa.

Namun, takdir manusia sudah tertulis dan sukar untuk diubah, bukan?

()

Bayangan Manisha ketika ia kembali ke Indonesia setelah hampir dua minggu berada di Belanda adalah disambut oleh seseorang yang sangat dirindukannya. Menjadi salah satu delegasi Indonesia dalam kompetisi tingkat Internasional sepertinya cukup menjadi alasan yang kuat bagi Nigel untuk setidaknya memberikan satu pelukan singkat kepada Manisha.

Namun, laki-laki itu tidak melakukannya. Nigel memilih menghindar ketika Manisha sudah kembali ke kampus dan menjalani perkuliahan seperti biasa. Bahkan ketika Manisha menghubungi Nigel untuk mengajak laki-laki itu bertemu, Nigel tidak membalas pesannya sama sekali.

"Lo beneran nggak ketemu Nigel dari tadi?" Eknanth, sahabat Manisha bertanya dengan nada sinis.

"Dia nggak mau ketemu sama gue." Balas Manisha. "Mungkin lagi sibuk."

Turning PointTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang