chapter 十

100 25 6
                                    

HAPPY READING

10






Memutuskan untuk tidur, Felix akhirnya bangkit dari kursi, berjalan menuju kamar.

Tapi baru beberapa langkah ia berpindah dari posisinya semula, pintu utama rumahnya tiba-tiba saja terbuka.

Felix menoleh. Disana, seorang pria dengan setelan berwarna hitam berdiri menjulang dengan wajah lebam. Pria itu tampak berantakan, kemejanya keluar dari celana, tidak memakai dasi, bahkan dua kancing teratasnya terbuka.

Itu Minho, seseorang yang Felix tunggu sejak tadi.

Felix tak bergeming, ia terpaku di tempat memperhatikan Minho yang tengah berjalan gontai ke arahnya seraya melepas jas hitam yang ia kenakan. Pria itu lalu melemparnya ke sembarang arah.

Dan saat ini, tepat di hadapan Felix, Minho menyunggingkan seringaian kecilnya. Detik itu pula Felix bisa membedakan sesuatu, senyum Minho sekilas memang terlihat menggoda, tapi tidak dengan tatapan matanya. Ada yang tengah pria itu tahan dari caranya menatap Felix, tersirat rasa putus asa disana.

Dan dari jarak sedekat itu, Felix dapat mencium aroma alkohol yang pekat menyeruak dari tubuh Minho. Tidak salah lagi, pria itu mabuk.

"Felix." Suara berat yang sedikit serak itu memaksa masuk ke dalam indera pendengarannya. Minho berucap rendah, tepat di depan wajah Felix.

Felix benar-benar tidak mengerti, sebenarnya apa yang baru saja terjadi. Terlebih lagi, meski samar warna keunguan di sudut bibir pria itu tertangkap jelas oleh kedua mata Felix, belum lagi rambut Minho tidak tertata rapi seperti biasa.

"Kak ..." Felix berseru pelan, tangannya terulur ingin meraih pipi Minho.

"Ini kenapa—"

Minho menghalau tangan Felix kemudian menciumnya secara tiba-tiba. Pria itu membungkam bibir Felix tanpa basa-basi.

Ia belum ingin mendengar pertanyaan apapun keluar dari mulut laki-laki manis itu. Minho pasti akan kemana arah pembicaraan mereka nanti, dan ia masih terlalu muak untuk membahasnya.

Minho terus bergerak, melumat bibir Felix dengan sedikit kasar, memaksa Felix untuk membuka mulutnya. Felix juga tidak diam saja, ia membalas ciuman itu, berusaha mengikuti permainan yang tengah Minho lakukan sekarang.

Baru kali ini Felix merasakan sisi liar Minho, ia tidak menyangka saat mabuk pria itu akan jauh lebih agresif dari biasanya.

Semakin lama ciuman mereka semakin tak terkendali, tangan Minho yang tadinya berada di pinggang itu seketika berpindah pada tengkuk si laki-laki manis, mengisyaratkan Felix untuk memperdalam ciumannya. Minho benar-benar tidak mengizinkan Felix untuk sekedar mengambil napas, pria itu tak kunjung melepas pagutan bibir mereka.

Ini salah. Felix tidak menyangkal bahwa ia cukup menikmati perlakuan Minho, tapi tetap saja napasnya mulai terasa sesak sekarang. Felix tidak bisa membiarkan Minho terlalu lama, ia ingin berhenti.

Akhirnya Felix memutuskan untuk perlahan mendorong tubuh pria itu, memilih menarik diri sebelum setan di dalam pikirannya berhasil menghasut lebih jauh.

"Kak Minho." Felix berucap pelan, memperhatikan Minho lamat-lamat dari jarak dekat, kemudian mengusap pelan rahangnya. Tatapannya sayu, pria itu menatap Felix sendu.

"Ada masalah apa?"

Bukan menjawab, Minho justru menyunggingkan senyum pahitnya, kemudian berbisik. "Nanti saja ceritanya, saya butuh kamu."

Beyond EvilWhere stories live. Discover now