Tentang Hagi

413 64 21
                                    

Hello guyss

Enjoy with this story...

******

Jeha tak menyangka bahwa manager yang tengah menjadi buah bibir itu adalah seorang Cakka Bimasena yang merupakan orang yang juga ikut menorehkan luka dihatinya. Hampir tiap malam dia selalu meminta pada semesta untuk tidak membawanya kembali pada orang yang telah memberikan duka dimasa lalunya, namun sayang seribu sayang semesta tidak mengabulkan permintaannya.

Kepalanya tersandar pada kaca bus yang membawanya pulang ke kostannya. Tubuhnya tiba-tiba saja terasa lemas. Harusnya dia pergi ke tempat kerja keduanya, namun tiba-tiba saja suasana hatinya kurang baik. Sehingga dia memutuskan mengabarkan atasannya bahwa dirinya tak bisa masuk bekerja dan hanya di balas dengan emoticon jempol saja.

Suasana bus selalu ramai saat jam pulang kerja. Beberapa dari mereka berdiri sambil mendengarkan musik denga earphone bluetoothnya. Beberapa juga ada yang memejamkan matanya untuk menghilangkan sedikit lelah setelah seharian berkutat dengan pekerjaan. Mungkin mereka semua terlihat tenang, namun pikiran dan perasaannya ramai dengan segala kemelut yang datang di kehidupan mereka.

See? Semua orang punya permasalahan masing-masing, lantas kenapa ada orang lain yang menuntut untuk selalu dimengerti atas segala yang terjadi dihidupnya?

"apa gue keluar dari kerjaan yang sekarang aja, terus cari kerjaan lain?"

"tapi mau kerja dimana gue?"

"atau gue minta pindah aja ke lantai dua? Seenggaknya gue gak selalu ketemu dia kan?"

Segala rencana berputar di otaknya. Dia sungguh-sungguh ingin menghindari Cakka.

Flashback

Jeha baru saja masuk kedalam kost dan disusul oleh Cakka yang ternyata mengikutinya. Laki-laki itu langsung merebahkan tubuhnya diatas single bed dengan sprei soft green milik Jeha tanpa melepas kaos kakinya.

"Kamu ngapain ngikutin aku?" tanya Jeha.

"Emang gak boleh?"

"Udah malam, Ka. Aku mau istirahat."

"Ya tinggal istirahat. Emang salah gue tidur di kostan pacar sendiri?"

Jeha hanya menghela nafas sebentar. Salahnya sendiri memilih tempat tinggal yang bebas seperti ini. Ia ingin sekali pindah, tapi harga kostan yang lain cukup mahal. Jelas kondisi keuangannya belum cukup jika harus pindah ke kostan khusus putri yang biayanya pasti lebih mahal. Akhirnya Jeha hanya bisa mengalah. Dia abaikan Cakka dan memilih membersihkan diri setelah seharian ini berkutat dengan pekerjaannya.

Selesai dari kamar mandi, Jeha mendekati tempat tidurnya. Ditariknya kasur kecil yang biasanya digunakan oleh teman-temannya jika sedang menginap, lalu merebahkan dirinya. Matanya mulai terpejam hingga sebuah bantal mendarat tepat dikepalanya.

"Pake tuh bantal," ucap Cakka.

Jeha tak menyahut. Dia sempat membuka gawainya membalas pesan dari ibunya serta beberapa temannya termasuk Hagi.

Hagian

Udah pulangg belum?

Udah, baru sampe gue.

We just friends, right?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang