Penghakiman

137 10 2
                                    

Makan malam yang hangat menjadi sunyi ketika Zhan masuk ke ruang makan dengan menggandeng tangan Yibo. Tatapan keluarga besar saling bertatapan merasa semua ini asing. Zhan tersenyum palsu yang hangat, dia menenteng sekeranjang buah dan memberikannya kepada sang pelayan yang mendekat.

Tanpa mengatakan apa pun, Zhan mengambil tempat duduk paling dekat dengan tetua, dengan meminta Yibo duduk di sebelah kirinya menggeser keberadaan Xiao Yan demi kekasih adiknya.

Tak heran, Zhan mengambil duduk paling dekat dengan tetua sekaligus di depan ayahnya, itu keinginan mereka, dan sengaja menyisakan satu meja paling dekat.
"Maaf ge, aku benar-benar tidak bisa membuatnya duduk jauh dariku."

Zhan duduk dengan masih menggenggam tangan Yibo, jauh dalam lubuk hatinya dia merasa sangat khawatir dengan keadaannya kali ini, tetua alias sang kakek tak melepas tatapan dari dirinya sedangkan sang ayah melakukan hal yang sama.
Paman berkata terlebih dahulu, "Ge, aku akan mengambil alkoholnya."

Mereka berbincang sangat nyaman, saling melempar candaan tanpa ada yang menggoda Zhan untuk bicara, posisi Zhan memang paling dekat dengan dua kepala keluarga namun dia seperti tembus pandang. Yibo merasa tidak nyaman juga dia melirik ke arah Zhan yang sama sekali tidak berusaha untuk berbicara seperti dia cerewet biasanya. Hidangan pertama mulai di tuangkan ke dalam mangkok masing-masing, semua di sajikan dengan hal yang sama, di awali sang kakek dan di akhiri Wang Yibo, Zhan? dia mendapatkan lebih akhir lagi dengan mangkok yang sudah di sajikan.

Zhan menatap makanan dengan ragu, dia menghela nafas mengulum bibirnya penuh keraguan. Raut wajahnya menjadi tidak enak di pandang, ini bukan makanan laut yang tak bisa dia makan, namun dia merasa kenapa hanya dia yang disajikan dengan penyajian yang berbeda.

Yibo mencicipi makanan dengan damai, rasanya sangat nikmat sesuai seleranya, koki yang mereka pakai sungguh luar biasa.

"Wang Yibo, apa makanan enak?"
Suara ayah membuat Yibo mengangguk membenarkan.

"Ini makanan pembuka terlezat yang pernah saya makan."

Semua tertawa kecil, tuan Xiao menjawab, "Sering-seringlah datang, kamu akan menemukannya jika kamu bersedia datang ke rumah nanti dengan Xiao Zhan."

Zhan tersenyum kecil, menyendok sekali lagi dan sekali lagi, dia hanya menghabiskan setengah tubuhnya sudah terasa sangat pegal seperti tersengat oleh sesuatu.

Suara tawa bibi dengan coletahan Xiao Yan membuat suasana menjadi begitu hangat, makan malam seperti ini biasa terjadi ketika acara besar sesekali dalam beberapa bulan, lantas menembak Zhan dengan pertanyaan terkait acara lengser secara terang-terangan.

Zhan tersenyum kecil ke arah ibu tiri, "Aku serahkan saja pada ayah, sekarang gege akan segera menikah, pernikahan bentuk dalam tanggung jawab besar, seharusnya perusahaan bukanlah tandingan, Gege pasti bisa melakukannya."

Ibu tiri bertanya, "Kapan sebaiknya di lakukan?"

Ayah Xiao memotong, "Jangan pikirkan itu sekarang, Yan harus bisa menguasai anak perusahaan dahulu, maka akan aku berikan posisi Zhan jika sudah bisa menguasai anak perusahaan."

Kakek tertua menaruh sepotong ikan tuna lagi di piring Zhan, Zhan tidak banyak bicara memakannya, kakek sedang berperang dengannya.

"Oh kakak ipar, bagaimana dengan Liu?bukankah kau berjanji akan membuat hidupnya nyaman?" itu suara bibi, mereka menjadi sengit.

Ayah Xiao berkata dengan baik, "Benar, Yan akan menggantikan Zhan, namun tidak besok juga, banyak hal yang harus Zhan selesaikan dulu sebelum dia lengser."

Zhan memejamkan matanya meredam emosi, perutnya sangat panas dan perih, apalagi hidangan yang mereka sajikan benar-benar memang ingin berperang dengan Zhan itu sendiri.

"Bagaimana bisa anak gelap itu kau berikan selama ini suamiku..."

Zhan terbatuk sangat terkejut dengan jawaban frontal ibu tirinya, Yibo yang sejak tadi bertelinga panas menoleh ke arah ibu yang dia kira nyonya rumah.

"Sudah lebih dari satu dekade anak hubungan gelapmu ini menguasai satu keluarga besar, bagaimana kau masih begitu keras kepala bahwa Xiao Yan jauh lebih pantas mendapatkan itu.."

Yibo melirik ke arah Zhan yang bungkam, dia menikmati makanannya seolah tidak mendengar hinaan fakta yang tertuju untuk dirinya.

"Pintar sekali dia menjilat dengan wajah polos itu, apa yang sebenarnya tidak di miliki Yan hingga kau tak meliriknya?"

Zhan merasa mual, dia segera bangkit menuju ke toilet meninggalkan Yibo, Zhan memuntahkan semua makanannya dengan cairan darah tak bisa dia tahan lagi, perutnya sangat perih dan tubuhnya pegal sekali. Dia tak bisa menahan air matanya bahwa secara kekuasan bahkan dia tidak bisa untuk menolak hidangan racun yang di sajikan padanya.
"Ibu.." lirihnya kakinya sangat lemas dia tidak pernah menyangka bahwa jalan hidupnya untuk hidup tenang sangat terjal.

Ketika dia keluar, Yan segera menekannya ke dinding dan menyerang lagi dengan jarum suntik, Zhan tidak melawan kepalanya sangat lemah untuk melawan apa pun.
"Apa tidak bisa menunggu lebih sabar lagi?"

Zhan mengernyit tajam ketika cairan itu di lepaskan ke pembuluh darahnya.

"Ibu berkata, ibu akan memberikan penawarnya jika kamu bersedia untuk lengser dalam waktu dekat."

Zhan mengangguk, tubuhnya hampir roboh lantas pergi meninggalkan Xiao Yan untuk menuju ke kamar dirinya dan juga sekarang tambahan Yibo di dalamnya, melihat Yibo yang menuruti perintah, Zhan memeluknya dengan erat ketika bertemu menghirup aroma parfum manis Yibo.
"Aku merindukanmu, Yibo.."

Yibo perlahan mengangkat tangannya untuk membalas pelukan Zhan, fakta yang mengejutkan jika Zhan benar-benar orang asing di dalam keluarga ini cukup mengejutkannya, apalagi beberapa menit yang lalu ia tak sengaja melihat Xiao Yan menyerang Zhan dan berbicara sengit tentang lengsernya Zhan nanti.

Zhan memejamkan matanya, dia sangat suka pelukan dari siapa pun, dia sangat haus kasih sayang sejak lama, merasa tak beres Zhan melepas pelukan untuk membersihkan hidungnya yang mengeluarkan darah. Yibo tampak khawatir namun Zhan menggeleng seolah berkata dia akan baik-baik saja.

Yibo diam-diam merasa khawatir, menunggu Zhan selesai mandi dia hampir ketiduran, namun pelayan dari luar membawa botol air minum dan juga beberapa obat berkata jika itu dari Jim dengan nada berbisik-bisik.

Yibo meninggalkan di dekat meja, ini hampir lewat larut malam, Yibo hampir tertidur pulas jika saja dia tidak mendengar suara jatuh. Ketika membuka mata dia melihat Zhan yang bersandar di dekat pintu kamar mandi, Yibo bangkit dengan naluri sebagai manusia mengkhawatirkannya.

Zhan menggeleng, namun air matanya tidak bisa berbohong, "Tolong, tolong bantu aku bangun."ucap Zhan, suaranya parau dan bergetar.

Zhan menguatkan kakinya agar tidak terlalu berat sebelah di pihak Yibo, mendapatkan ranjangnya Zhan menghela nafas dan membuka laci dengan susah payah untuk inhaler miliknya. Yibo menjadi sangat tidak tega, dia melihat bagaimana setiap tarikan nafas begitu sangat Zhan hargai.

Yibo diam-diam mulai duduk di sebelah ranjang, berbaring dan melihat punggung Zhan yang bergetar sibuk menghirup inhalernya.

Tak pernah terpikirkan jika pria angkuh dan sombong itu sekarang sangat tak berdaya, dengan penuh kesadaran Yibo berbaring dan memeluknya dengan hangat.
"Aku akan memegangnya untukmu." Ucap Yibo mengambil inhaler dan memastikan Zhan menggunakan dengan baik.

Zhan berbalik, membalas pelukan Yibo untuk mencari hangatnya pelukan, Zhan sejenak merasa khawatir, dan dia berkata, "Jika aku mati..aku tidak punya apa pun untukmu."

Zhan bergetar, Yibo menarik selimut untuknya, "Jangan membahas apa pun, tidurlah."

.
.
.
Tbc

Harga Sebuah Cinta ( Zhanyi Yizhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang