Chapter 21 - Selamat Malam

57 14 0
                                    

Dalam sekejap, anggota keluarga Mio kini bertambah. Sosok gadis kecil yang bergabung bersama kami di ruang makan adalah seorang spirit yang berhasil terpanggil oleh kontrak spirit Ibu Mio.

Sosok spirit ini tidak jauh berbeda dengan Mio, rambut pendek berwarna coklat cerah dan sepasang iris mata coklat yang bersinar terang menambah keimutan gadis kecil ini.

Yang membedakan gadis kecil ini dengan gadis kecil biasa adalah aura yang menyelimuti tubuhnya. Sebuah aura yang tenang dan berwarna kehijauan terbang mengelilingi tubuhnya. Saat aku mengamati dirinya, ia memandang balik ke arah ku dan tersenyum seperti menyapa ku.

Mio dan Ibu Mio duduk disampingnya sembari menahan isak tangis yang masih belum selesai. Sepertinya, mereka masih menyimpan kerinduan terdalam pada sosok Adik Mio yang telah pergi.

Ayah Mio ingin bergabung dengan mereka, hanya saja..

"Um? Bisakah kalian menyingkirkan mata pedang kalian menjauh dari kepala ku?" ucap Ayah Mio.

Ya, Ayah Mio kini sedang terjebak oleh dua mata pedang yang membatasi pergerakkannya.

"Nimi, cobalah makan ini.." Ibu Mio mencoba menyuapi sosok spirit yang menggunakan wujud anaknya.

Untuk suatu alasan emosional, spirit yang terpanggil ini mewarisi nama Adik Mio yang telah meninggal.

"Nimiiii~" Mio pun mencoba menyuapi Nimi dengan makanan kecil diatas sendoknya.

Pemandangan ini terasa menenangkan, tapi..

Kenapa dada ku terasa sakit setelah melihat Mio seperti ini. Aku tahu ini adalah hubungan yang wajar untuk melepas kerinduan terdalam pada sosok adiknya.

Hanya saja..

Aku merasa tidak nyaman dengan situasi ini.

Apa yang telah terjadi pada diri ku?

Aku berdiri dari kursi ku dan beranjak pergi meninggalkan ruang makan keluarga Mio.

Aku keluar dari rumah Mio dan berjalan menyusuri jalanan kota sembari menikmati suasana angin malam. Melihat kehangatan keluarga Mio dan luka hati yang perlahan terobati di keluarga mereka membuat ku teringat pada satu hal.

"Keluarga kah?" aku bergumam kecil seolah mencari jawaban atas pertanyaan kecil ku.

"Aku juga ingin merasakan keluarga yang seperti itu, tapi.."

Apa yang baru saja ku pikirkan?

Mendapatkan kehangatan keluarga seperti itu dengan kondisi fisik ku yang seperti ini?

Itu sangat mustahil kan?

Tanpa terasa, kaki ku melangkah ke sebuah taman kota yang ditumbuhi bunga-bunga berwarna violet. Ini pertama kalinya aku melihat bunga yang bercahaya violet di malam hari. Angin yang berhembus lembut ini menerpa tubuh ku dan memberikan rasa nyaman yang menenangkan.

[ Apa kau baik-baik saja, Lily-chan? ]

Oh, suara ini? Ada Dewi rupanya?

[ Tidak biasanya Lily-chan galau seperti ini, apa ada masalah besar? ]

Aku menggelengkan kepala ku dan duduk di atas bangku taman yang telah disediakan.

Kehangatan keluarga Mio sedikit membuat ku iri dengan perlakuan mereka terhadap sesama anggota keluarga. Berbeda dengan keluarga ku yang terlalu dingin dan diam tanpa komunikasi.

[ Fufu.. jadi itu masalahnya? Lily-chan tidak perlu khawatir. Kenapa tidak mencoba berkomunikasi dengan adik-adik mu dahulu? Lily-chan bisa menggunakan isi buku sihir sebagai topik pembicaraan. ]

Blessing Of Yuri GoddessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang